ALLAH di atas Problematika Hidup

Devotion

ALLAH di atas Problematika Hidup

29 August 2022

Selama manusia hidup di dalam dunia, dia pasti pernah menghadapi dan mengalami problematika dalam kehidupannya. Entah itu ringan, entah itu berat. Entah problematika itu berasal dari kesalahan dirinya, atau orang lain, atau lingkungan alam, atau dari hal lainnya. Daud, Raja yang dikenal hati yang dekat dengan Tuhan, pun pernah mengalami problematika dalam hidupnya. Bermacam-macam problem yang dia hadapi. Kali ini kisah tentang kesedihannya yang amat sangat karena kematian anaknya hasil hubungan gelapnya dengan Batsyeba.

Kita tahu kisah pilu bagaimana Daud meniduri istri Uria, Batsyeba, dan kemudian ia menjadikan Batsyeba istrinya setelah Uria mati di medan peperangan. Uria matipun karena hasil “settingan” Daud agar ia mati di medan peperangan setelah ia meniduri Batsyeba dan tahu Batsyeba hamil. Allah kemudian mengutus nabi Nathan untuk menegur Daud. Daud kemudian sadar akan dosanya, dan ia bertobat. Namun Daud harus menanggung akibat dosa yang diperbuatnya. Allah menghukum Daud dengan membuat anak hasil hubungannya dengan Batsyeba menderita sakit berat. Daud memohon kepada Allah agar menyembuhkan anaknya. Ia berpuasa dengan tekun dan semalam-malaman ia berbaring di tanah. Bahkan Daud sama sekali tidak menyentuh makanan yang diberikan kepadanya. Pada hari ketujuh, matilah anak itu. Para pegawai takut memberitahukan kepada Daud akan kematian anaknya. Mereka berpikir kalau saat anaknya sakit saja, Daud sangat sedih, apalagi kalau mendengar kematian anaknya. Para pegawainya takut jangan-jangan Daud akan mencelakakan dirinya kalau mendengar anaknya, bukannya sembuh malah mati. Namun ternyata apa yang dikhwatirkan oleh para pegawainya tidak terjadi. Daud justru bangun dari lantai, mandi, berurap, dan bertukar pakaian. Ia kemudian masuk ke dalam rumah Tuhan dan sujud menyembah. Sesudah itu Daud pulang ke rumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan kepadanya roti, lalu ia makan.

Mengapa Daud bisa berbalik demikian? Bukannya makin sedih malah ia berhenti dari kesedihannya dan pergi menyembah Allah. Padahal saat anaknya sakit, Daud berdoa dengan sungguh-sungguh agar anaknya disembuhkan oleh Tuhan. Namun Tuhan tidak mengabulkan doa Daud, malah membiarkan anaknya mati. Inilah jawaban Daud mengapa ia tidak lagi bersedih: "Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup.  Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku." (2 Samuel 12: 22-23).  Daud kemudian menghibur hati Batsyeba istrinya, ia menghampiri dan tidur dengan istrinya dan Allah memberikan anak kepada mereka. Daud memberi nama Solomo kepada anak itu. Tuhan mengasihi anak ini.

Pelajaran apakah yang kita petik dari sikap Daud ini? Problema hidup tidak bisa kita hapuskan, tapi kita bisa menjalaninya dengan bertobat dan menundukkan diri di hadapan Allah. Taat kepada kehendakNya, dan berjalan di dalam kehendakNya. Problem boleh ada, tetapi problem tidak boleh mengikat kita, apalagi menghancurkan hidup kita dan menjauhkan kita dari Tuhan.

Marilah kita menyadari akan dosa kita dan menghadapi problem hidup kita dari kaca mata Allah. Bersandar kepadaNya, dan taat menjalankan kehendakNya. Kiranya Allah menguatkan kita. Amin. (DS)