Allah Mengontrol atau Mengontrol Allah?

Devotion

Allah Mengontrol atau Mengontrol Allah?

22 May 2023

Pada zaman Timur Dekat Kuno, orang-orang membawa persembahan kepada dewa/ilah mereka untuk mendapatkan berkat. Persembahan yang diberikan bermacam-macam, tetapi pada umumnya berupa makanan karena bagi mereka, dewa/ilah membutuhkan makanan dari mereka. Jika dewa/ilah mereka menyukai makanan tersebut, maka mereka akan diberkati. Sikap memberi persembahan seperti ini sebenarnya menunjukkan bahwa mereka ingin mengontrol dewa/ilah mereka.
Sebagai orang Kristen, tentu saja kita tahu bahwa Allah tidak dapat dikontrol. Jikalau Allah bisa dikontrol, maka dia pasti bukan Allah. Namun, sering kali kita tidak sadar bahwa kita sedang berusaha mengontrol Allah. Ini terbukti ketika kita berusaha mengontrol hidup kita sendiri dan juga sekitar kita–termasuk Allah–untuk memenuhi keinginan diri kita.
Bentuk dari tindakan mengontrol ini bisa berbagai macam; Israel berusaha mengontrol Allah yang telah membawa mereka keluar dari Mesir dengan menyindir Allah melalui kata-kata. Bangsa Israel bersuka cita ketika Allah melepaskan mereka dari Mesir. Namun ketika mereka mengalami kelaparan, mereka mengatakan,  “Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun?” (Mzm. 78:19) dan kemudian menunjukkan bukti-bukti kepada Allah bahwa kehidupan mereka sebelumnya di Mesir lebih enak daripada di padang gurun. Di sini bangsa Israel sebenarnya sedang menunjukkan bahwa mereka sedang berusaha mengontrol Allah dengan kata-kata mereka.
Bagaimana dengan kita saat ini? Kita mungkin tidak berusaha mengontrol Allah dengan cara menyindir Allah secara blak-blakan seperti bangsa Israel; kita menggunakan cara yang lebih halus, yaitu dengan menggunakan ketaatan kita. Ketaatan yang dimaksudkan di sini adalah kehidupan Kristen yang secara luar tampaknya sangat saleh, tetapi di dalam hati sebenarnya sedang ingin menyogok Allah. Kita sering mengatai agama tetangga bahwa mereka menyogok Allah menggunakan perbuatan amal untuk masuk surga. Namun kita sendiri juga melakukan hal yang sama. Ketaatan yang seharusnya menjadi respons kita terhadap pengorbanan Kristus, justru kita pakai untuk mengharapkan imbalan yang lebih besar dari Allah. Bukankah ini menunjukkan bahwa kita juga sedang berusaha menyogok dan mengontrol Allah?
Marilah kita bertobat dari sikap seperti ini. Marilah kita sadar bahwa Allah kita bukanlah Allah yang dapat dikontrol melainkan yang mengontrol segala sesuatu. Allah tidak pernah bergantung kepada kita, perbuatan kita, atau hal-hal lain apa pun di dunia ini; sebaliknya, seluruh dunia ini bergantung kepada Allah. Kiranya Allah menolong kita untuk bergantung sepenuhnya kepada kontrol-Nya, sehingga melalui kehidupan kita yang bergantung ini, kita dapat menunjukkan Allah yang sejati kepada dunia; Allah yang tidak dapat dikontrol dan tidak bergantung kepada apa pun; namun justru Allah yang kepada-Nya segala sesuatu bergantung dan oleh-Nya segala sesuatu dikontrol. (SW)