Apakah Waktu Itu?

Hal yang tidak disadari pemuda

Apakah Waktu Itu?

12 February 2015

Apakah waktu itu? Bagaimana kita mengerti waktu? Agustinus seorang bapa gereja mengatakan, “Apabila orang lain tidak bertanya mengenai waktu, saya merasa bahwa saya mengetahui apakah waktu itu; namun ketika orang menanyakan hal tersebut, tersadarlah saya bahwa saya tidak mengerti apakah itu waktu”. Sebagian besar dari kita akan setuju bahwa waktu adalah sesuatu yang begitu sulit untuk dimengerti.

Waktu, jikalau dilihat dari proses berjalannya, maka waktu harus dimengerti dari dua unsur, kronos dan kairos. Kronos adalah perguliran waktu yang terus mengalir tanpa ada perhentian. Ketika kita mulai merelasikan waktu dengan keberadaan diri kita, muncullah beberapa kondisi yang tidak bisa kita hindari. Waktu yang sudah lewat tidak akan pernah kembali lagi, dan waktu yang akan datang tidak akan pernah bisa kita percepat atau perlambat kedatangannya. Tidak peduli seberapa menyenangkan ataupun memedihkan hati waktu yang telah berlalu, masa lalu akan tersimpan di dalam memori selamanya. Tidak peduli berapa besar keinginan atau ketakutan kita untuk menapaki masa depan, ia akan mengetuk pintu rumah kita cepat atau lambat. Di antara waktu yang sudah lewat dan waktu yang akan datang, terletak momen “sekarang”.

Sekarang sebuah pertanyaan yang harus kita jawab adalah: berapa panjang waktu yang dinamakan “sekarang” tersebut? Agustinus mengatakan bahwa “sekarang” hanyalah sebuah titik. Satu titik inilah yang kita kenal dengan nama kairos. Jadi, ketika satu titik tersebut lewat, titik tersebut akan didesak pergi oleh ribuan titik yang lain. Kondisi yang kritis ini membuat kairos menjadi sebuah hal yang sangat penting di dalam kehidupan kita. Ketika kita mengerti berapa pentingnya kairos itu, maka kita harus gunakan kairos demi kairos yang ada untuk menebus kehidupan kita yang begitu sempit, tajam, dan serius. Ingatlah bahwa keberadaan kita terus digeser oleh rentetan titik-titik itu.

Ketika kita mulai mengerti betapa kritisnya waktu, dan mulai menapaki waktu dengan kesadaran, kita dihadapkan dengan sebuah pertanyaan berikutnya: “bagaimana kita meletakkan setapak hidup kita di dalam waktu?”

Hal pertama yang dapat kita renungkan di dalam menjawab pertanyaan di atas adalah pengajaran Musa di dalam Mazmur  90:10-12. Ia mengajarkan kepada kita bahwa waktu tidak bisa dibicarakan tanpa mengaitkan waktu tersebut dengan Penciptanya. Kita tidak mungkin dapat mengerti akan apa itu waktu tanpa kita kembali kepada Tuhan yang menciptakan waktu.

Hal kedua di bagian yang sama, Musa menggambarkan murka Tuhan ketika kita menggunakan waktu yang telah Ia pinjamkan kepada kita dengan sembarangan. Ketika kita menyadari murka Allah menanti di ujung hidup yang dihidupi dengan sembarangan, kita akan belajar untuk menghitung hari-hari kita. Kita belajar, di dalam kesadaran demikian, untuk mempergunakan waktu demi menjadi berkat bagi orang lain, demi kemuliaan Allah.

Hal ketiga, kita membutuhkan kebijaksanaan dari Tuhan – di dalam pemeliharaan dan pimpinan dari Tuhan. Kita tidak mungkin mampu menjalani hidup di tengah himpitan waktu di dalam keterpisahan kita dengan Allah. Ketika kita melepaskan pimpinan Tuhan dari hidup kita, tentulah kita akan tersesat.

Kita saat ini sedang berada di dalam waktu, suka atau tidak suka. Kita juga sedang berada di dalam pergumulan bagaimana mempertanggungjawabkan waktu. Dan di dalam semua ini, Tuhan memimpin dan menyertai kita. [S]

Disadur dari Khotbah Pdt. Sutjipto Subeno @GRII Medan pada tanggal 11 Jan 2015.