Badai dalam Perjalanan Menuju ke Roma #1

Devotion

Badai dalam Perjalanan Menuju ke Roma #1

22 March 2021

Bacaan: Kisah 27:24

Sesuai dengan yang diduga Paulus, badai benar-benar menghadang kapal mereka. Sebelumnya Paulus sudah memperingatkan Yulius, perwira Romawi itu, tetapi ia tidak percaya kepada Paulus. Tentulah pada saat itu perwira Romawi, nahkoda, dan juru mudi sangat menyesali keputusan mereka karena tidak mendengarkan Paulus. Namun Paulus tidak menghina ataupun mencaci-maki mereka. Paulus memang sempat mengeluh dengan mengatakan seandainya nasihatnya dituruti tetapi ia tidak menyatakan hal ini dengan kebencian, melainkan dengan kasih. Hal ini dapat kita ketahui dari kalimat selanjutnya. Paulus menghibur semua orang yang ada di atas kapal dengan mengatakan bahwa tidak ada satu pun dari mereka yang akan binasa, sesuai dengan pesan malaikat Tuhan.

Jikalau kita ada di posisi Paulus, kita mungkin akan menjadi seperti Yunus; berharap Tuhan membinasakan mereka saja. Mereka sudah diperingatkan sebelumnya dan nyatanya tetap keras kepala dan bebal. Tuhan bisa saja membinasakan semua orang dan menyisakan Paulus dan rekan-rekannya. Tuhan tidak melakukannya, dan Tuhan memberikan karunia-Nya untuk menyelamatkan semua orang di kapal itu. Bukankah Tuhan kita begitu pemurah?

Lebih lagi ketika kita melihat isi dari kapal itu. Selain juru mudi, nahkoda, para pelaut, prajurit Romawi, dan perwira Romawi, di atas kapal masih ada tahanan. Total ada 276 jiwa (Kis. 27:37). Mereka semua adalah orang jahat. Prajurit Romawi pun berencana untuk membunuh mereka supaya tidak melarikan diri, tetapi ditahan oleh perwira (Kis. 27:42-43). Namun Tuhan menolong mereka semua, bukankah Tuhan kita begitu pemurah?

Sepertinya tidak ada seorang pun yang layak diselamatkan di atas kapal itu. Namun cara Tuhan bekerja sangat mengherankan dan berbeda dengan dunia, alih-alih menumpas habis mereka yang melawan Dia, Tuhan malah menyelamatkan penjahat-penjahat itu, orang-orang yang selayaknya dihukum mati. Tuhan memanggil murid-murid yang pekerjaannya adalah nelayan dan pemungut cukai yang merupakan musuh masyarakat; Tuhan memanggil Paulus yang menganiaya dan membunuh pengikut-Nya. Dia menyelamatkan dan memanggil mereka yang tidak layak menerima anugerah-Nya. Bukankah Tuhan kita begitu pemurah?

Sebagai orang Kristen, yang memiliki Tuhan dan Raja yang demikian pemurah, bahkan kepada kita ketika kita masih menjadi seteru-Nya sekalipun (Rm. 5:10a), apa seharusnya respons kita? Satu-satunya respons yang pantas adalah bersyukur dan dengan rendah hati meletakkan hidup kita di hadapan-Nya. Jangan ada di antara kita menganggap diri kita penting karena tidak ada satu pun yang layak di hadapan-Nya. Kita semua diselamatkan oleh karunia Allah melalui iman, bukan karena hasil usaha kita (Ef. 2:8). Bukankah Tuhan kita begitu pemurah? (S)