Childish or Childlike?

Christian Life

Childish or Childlike?

4 March 2019

Ketika masih kecil, kita ingin sekali menjadi dewasa. Berlaku seperti orang dewasa dan berpakaian seperti orang dewasa. Sering kali kita mengatakan, “Nanti kalau sudah dewasa...” Dengan demikian, setiap kita ingin sekali segera menjadi dewasa. Akan tetapi, ketika dewasa, kita justru suka mengingat kembali masa kecil kita. Bahkan sebagian orang dewasa masih suka berlaku seperti anak kecil, dan hal demikian bisa terlihat sangat menyebalkan. Tetapi, di dalam Alkitab dikatakan bahwa barang siapa ingin masuk ke dalam Kerajaan Sorga harus menjadi seperti anak kecil. Apakah di sini Tuhan mengajarkan kita untuk bersikap seperti anak kecil? Apa maksudnya?

Matius 18:1-5 tertulis bahwa, Yesus mengatakan, “Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” “Seperti anak kecil” menjadi penekanan di ayat ini. Tuhan meminta kita menjadi childish atau childlike? Childish tidak sama dengan childlike. Yang hendak Yesus ajarkan di sini adalah supaya kita menjadi seperti anak kecil (childlike) dan bukan kekanak-kanakan (childish). Apa bedanya? Seorang yang childish adalah seorang yang tidak peduli, sulit mengontrol emosi, suka ngambek, tidak dapat memosisikan diri di hadapan orang lain, dan tidak memiliki tanggung jawab. Hal ini berbeda dengan seorang yang childlike. Yang hendak Tuhan Yesus ajarkan adalah supaya kita memiliki iman seperti seorang anak kecil (childlike) yang rendah hati. Seperti yang dicatat di ayat 4, “barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.”

Seorang anak kecil tidak mempunyai ambisi, kesombongan, dan keangkuhan. Anak kecil cenderung rendah hati untuk mau belajar dan tidak munafik. Ketika Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita harus memiliki iman seperti anak kecil, itu artinya adalah tidak ada kepalsuan di dalam diri kita, diri kita bersifat polos/jujur, dan sangat bergantung kepada Tuhan.

Melalui perikop ini, Tuhan ingin mengajarkan kita arti humility (kerendahan hati). Kerendahan hati adalah sesuatu hal yang sulit untuk dipelajari. Kita perlu untuk menjadi rendah hati seperti anak-anak. Menjadi rendah hati seperti anak-anak bukan berarti menjadi anak-anak dalam pemikiran (1Kor. 14:20), suka berubah-ubah (Ef. 4:14), atau yang suka bermain-main (Mat. 11:16), melainkan kita harus seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan rohani. Dengan demikian, kita akan bertumbuh dan beroleh keselamatan (1Ptr. 2:2), tidak khawatir akan apa pun dan selalu berserah kepada Bapa di sorga yang memelihara kita (Mat. 6:31). Kita tidak menjadi orang berbahaya dan tidak mudah untuk membenci (1Kor. 14:20), berada di bawah pengawasan dan dapat diatur (Gal. 4:2). Kita menjadi seorang anak kecil yang rendah hati, yang tidak mencari kehormatan atau kemuliaan untuk meninggikan diri. Usia anak-anak adalah usia belajar. Anak-anak sering kali mudah kagum, bahkan untuk hal yang paling sederhana.

Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya jikalau mereka tidak menjadi seperti seorang anak kecil, maka tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Suatu teguran bagi para murid yang berambisi ingin menjadi besar di dalam Kerajaan Sorga. Yesus mengingatkan kepada mereka akan dosa ini. Suatu dosa yang dapat menyebabkan mereka tidak dapat berbagian di dalam Kerajaan Sorga.

Ambisi seperti apa yang sedang kita kejar? Apakah kita mengejar agar kita menjadi besar di mata dunia? Ataukah kita makin hari makin bergiat demi rencana Allah digenapi melalui kehidupan kita? Kiranya kita diberikan kerendahan hati untuk terus bergantung kepada Tuhan dan memiliki hati yang mengasihi jiwa-jiwa demi rencana Allah digenapi dan nama Tuhan dipermuliakan. (TW)