Corona!

Devotion

Corona!

13 July 2020

Saya yakin seyakin-yakinnya, setiap hari hampir di seluruh dunia, kata yang laris manis menjadi bahan pembicaraan saat ini adalah: corona. Kata ini mendadak menjadi primadona di dalam setiap percakapan manusia di seluruh penjuru dunia.

Corona artinya mahkota. Mahkota biasanya didambakan orang. Tetapi, kali ini semua orang yang tahu corona pasti tidak ingin mendapatkan corona yang satu ini. Corona ini dikaitkan dengan pemutusan hidup manusia, alias kematian. Ya, dialah si virus corona.

Nama penyakitnya kemudian disebut COVID-19 (Corona Virus Disease tahun 2019). Setiap manusia mendadak menjadi sadar akan kehidupan yang harus dijaga—jangan sampai si corona ini mencabut nyawa kita. Yang tadinya tidak biasa mencuci tangan, sekarang jadi rajin mencuci tangan bahkan bisa berkali-kali. Yang tadinya tidak biasa menggunakan hand sanitizer, sekarang menjadi akrab di tangannya karena sering kali digunakan, bahkan setiap kali setelah menyentuh barang lainnya. Yang tadinya tidak biasa memakai masker, sekarang berburu masker untuk melindungi dirinya. Semua kegiatan tersebut dilakukan supaya virus corona tidak menghampirinya dan kemudian mencabut nyawanya.

Kasus corona ini menggelitik saya untuk berpikir. Kalau virus yang super kecil, yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop elektron ini saja mampu membuat seluruh manusia di dunia menjadi takut, bahkan pemerintah pun disibukkan oleh si corona ini karena dianggap sangat ganas mencabut nyawa manusia, lalu mengapa manusia tidak memiliki rasa takut akan Allah yang adalah Sumber Kehidupan yang mengontrol hidup matinya seorang manusia?

Pemberitaan firman akan penghakiman Allah bagi manusia berdosa selama ini seolah dianggap sepi, seperti hanya menumpang lewat begitu saja. Bahkan, kesadaran manusia akan Allah seolah hilang—bahwa bukan virus corona yang mampu mencabut nyawa manusia, tetapi Allah. Virus corona hanyalah sesuatu yang dipakai oleh Allah untuk menegur manusia agar sadar dari tidurnya. Sayangnya, manusia malahan menjadi lebih takut kepada virus yang hanyalah ciptaan super kecil daripada kepada Allah Sang Pemberi dan Pengambil Hidup manusia.

Bagaimana dengan kita? Sebagai orang Kristen, adakah kita menjalani hidup ini dengan rasa takut kepada Allah? Adakah kita berfokus kepada Allah daripada kepada penghakiman Allah, apalagi kepada virus corona itu?

Kepada apa atau siapa fokus kita, menunjukkan level kematangan rohani kita. Kiranya kita boleh menjadi orang Kristen yang bukan disibukkan karena virus corona tetapi karena ketaatan menjalankan perintah dan panggilan Tuhan dalam setiap situasi dan kondisi yang Tuhan hadirkan. (DS)