Dan Hidup yang Kekal

Pengakuan Iman Rasuli

Dan Hidup yang Kekal

27 February 2023

Orang-orang skeptis berkata bahwa ide mengenai kehidupan yang kekal adalah ide yang sangat menakutkan; mereka berkata bahwa kehidupan yang kekal akan sangat membosankan. Ini sebenarnya adalah bukti bahwa orang-orang seperti ini melihat kehidupan sebagai sesuatu yang membosankan, sehingga mereka tidak sanggup membayangkan bagaimana kehidupan bisa dibuat selamanya menyenangkan dan berharga. Betapa kasihan orang-orang skeptis ini. Di sini kita melihat efek buruk dari usaha manusia untuk menafsir realitas dengan pikirannya sendiri tanpa Allah.

Berbeda dengan kaum skeptis, orang Kristen – dalam pengakuan iman yang mula-mula yaitu Pengakuam Iman Rasuli – dengan penuh keyakinan percaya terhadap “Hidup yang Kekal”. Ketika Pengakuan Iman Rasuli berbicara mengenai hidup yang kekal, ini bukan sekadar berarti “keberadaan yang tidak akan berhenti” (sebab, setan dan orang-orang yang terhilang pun akan mengalaminya juga), tetapi merupakan kebahagiaan dan sukacita kekal bersama dengan Allah. Itulah sebabnya, dalam Pengakuan Iman Rasuli, pernyataan “hidup yang kekal” didahului oleh pernyataan bahwa Yesus akan datang “untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati”. Kehidupan yang kekal baru akan terjadi setelah Yesus menghakimi semua manusia.

Dalam penghakiman-Nya, Yesus akan memisahkan “kambing” dari “domba” (Mat. 25:31–46); Ia akan berkata kepada domba-domba, “Ikutlah dengan-Ku ke surga-Ku.” Sedangkan kepada kambing-kambing Ia akan berkata, “Pergilah ke neraka siksaan abadi.” Penghakiman Kristus memulai takdir abadi bagi kedua golongan ini. Semua manusia akan mewarisi hidup yang kekal; mereka yang beriman kepada Kristus akan memasuki kehidupan kekal yang penuh sukacita, yang kedalamnya Kristus telah masuk (Ibr 12:2), dan yang Ia jamin akan dimiliki para pengikut-Nya; mereka yang tidak datang kepada Kristus akan menghabiskan kekekalan dalam siksaan neraka.

Maka, inti dari kehidupan yang kekal adalah pengenalan dan kebersamaan dengan Allah dan Yesus Kristus, Juruselamat, Guru, dan Sahabat kita (Yoh. 17:3). Seperti dikatakan oleh Mr. Standfast dalam tulisan John Bunyan, “Dulu saya hidup dari kata-kata orang dan dengan iman, namun sekarang saya akan menuju tempat di mana saya hidup dengan melihat, dan bersama dengan Dia…”

Kita tidak dapat membayangkan bagaimana detail kehidupan di surga, dan orang bijak sepertinya tidak akan mencoba untuk berspekulasi. Namun, yang pasti adalah umat tebusan akan memperoleh apa yang paling mereka inginkan – bersukacita bersama Allah, bersama umat Allah, melihat seluruh karya dan pekerjaan Allah, serta akhir dari segala kesulitan, perkabungan, ratap tangis, dan dukacita (Why. 21:4). Tidak akan ada kebutuhan yang tidak terpenuhi dan pada saat itu, kebutuhan utama kita adalah “bersama dengan Allah selamanya” (1 Tes. 4:17). Kita mungkin pernah mengalami kebahagiaan ketika bersama dengan orang-orang yang kita kasihi, lalu kita berkata “Aku tidak ingin momen ini berakhir,” namun tetap saja momen itu berakhir. Namun, ini berbeda dengan surga. Tidak akan ada yang akan menghalangi persekutuan kita dengan Allah selamanya.

Orang-orang Kristen adalah satu-satunya kelompok yang akan mengalami apa yang diharapkan di dalam seluruh dongeng: kita (ya, Anda dan saya, orang berdosa yang bodoh dan diselamatkan) hidup, dan hidup bahagia, dan dengan belas kasihan Tuhan yang tak berkesudahan akan hidup bahagia selamanya.

Kiranya pengharapan ini boleh menguatkan kita. Esensi dari pengharapan adalah sesuatu yang ada di depan dan belum terwujud, tetapi mampu memberi kekuatan kepada kita di sini dan sekarang. Dan kiranya pengharapan ini dapat kita bagikan kepada dunia ini; dunia yang putus asa, depresi, dan tidak bersemangat, yang memerlukan secercah harapan untuk melanjutkan hidup mereka.
(MR)