Pengakuan iman bukan sekadar berbicara tentang siapa yang kita percayai, tapi juga terkait dengan identitas diri kita sebagai orang percaya. Maka kalimat berikutnya menegaskan identitas sejati dari komunitas umat percaya. Hal ini sangat penting supaya kita dapat hidup sebagai orang kristen yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Selaras dengan apa yang Tuhan firmankan sekaligus melanjutkan pergumulan gereja Tuhan di sepanjang zaman.
Gereja yang Kudus (The Holy Church). Apa yang pertama kali kita pikirkan ketika berbicara tentang gereja yang kudus? Sebagian besar dari kita pasti menjawab bahwa kudus adalah murni secara moralitas, tidak bercacat, tidak berdosa, dan suci adanya. Orang itu kita sebut kudus atau suci karena ia tidak pernah berbuat jahat, melainkan selalu hidup di dalam kebaikan. Tidak ada yang salah dengan pengertian ini. Tetapi Alkitab jauh melampaui apa yang kita pikirkan. Ketika gereja disebut sebagai umat yang kudus, itu bukan sekedar hidup yang tidak berdosa. Gereja yang kudus berarti sekelompok orang yang dikhususkan oleh Allah sebagai umat perjanjian-Nya.
Dalam bahasa Ibrani kata “kudus” diterjemahkan sebagai “Qodesh”. Kata ini berasal dari akar kata “Qadash” yang berarti "dipisahkan untuk tujuan tertentu". Ketika Allah menyebut bangsa Israel sebagai bangsa yang kudus (Kel 19:6), itu berarti Allah mengkhususkan bangsa Israel sebagai umat-Nya. Di antara segala bangsa-bangsa lain yang menyembah ilah-ilah palsu, hanya Israel yang diberikan anugrah untuk menyembah kepada Allah yang sejati. Mereka adalah bangsa yang kudus, bukan karena tidak ada keberdosaan di dalam hidup mereka, tapi semata-mata karena kasih karunia Allah. Israel sebagai umat-Nya yg kudus, dipilih Allah untuk hidup di dalam perjanjian-Nya.
Perjanjian ini dilanjutkan di dalam perjanjian yang baru kepada gereja-Nya. Tidak sekadar dipisahkan untuk menyembah kepada Allah yang sejati, tapi ada kuasa penebusan yang terjadi. Jika bangsa Israel hanya dipisahkan dari bangsa lain melalui keturunan fisik, maka gereja dipisahkan sebagai umat tebusan Tuhan. Gereja adalah umat yang telah dipindahkan dari kehidupan yang berdosa kepada hidup yang baru di dalam Kristus.
Hidup yang baru ini bukan sekadar tidak mencuri, tidak membunuh atau perbuatan imoral lainnya, melainkan hidup yang berbeda dengan dunia. Termasuk hal-hal yang mungkin kita anggap bukan hal berdosa. Seperti belajar, bekerja, nonton film, makan enak, dan hobi yang memang tidak dilarang oleh Tuhan. Tetapi kita justru menjadikan kegiatan tersebut sebagai yang paling utama hingga menggeser posisi Tuhan. Bukankah hal itu menandakan kita gagal hidup sebagai gereja yang kudus?
Seperti yang Paulus katakan, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2). Kiranya setiap kali kita mengucapkan “Gereja yang kudus”, kita diingatkan kembali akan identitas kita sebagai umat yang dikhususkan bagi Allah. Tidak lagi hidup seperti dunia yang hanya mementingkan dirinya sendiri, melainkan memberi keseluruhan diri untuk hidup bagi kemuliaan Allah. Tidak sekadar hidup di dalam moralitas yang baik saja, tapi urusan makan minum pun kita kerjakan bagi kemuliaan-Nya (1 Kor 10:31). (TP)