Guilty Feeling

Devotional

Guilty Feeling

21 November 2016
"Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, dan berkata: "Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah." Tetapi jawab mereka: "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!". Maka iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri. Imam-imam kepala mengambil uang perak itu dan berkata: "Tidak diperbolehkan memasukkan uang ini ke dalam peti persembahan, sebab ini uang darah." Sesudah berunding mereka membeli dengan uang itu tanah yang disebut Tanah Tukang Periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing. Itulah sebabnya tanah itu sampai pada hari ini disebut Tanah Darah." - Matius 27:3-8

Kita pasti pernah berbuat salah kepada orang lain, apalagi karena kesalahan kita, orang lain yang jadi menanggung akibatnya dan kita baik-baik saja. Guilty feeling gak sih? Apalagi kalau orang lain itu adalah sahabat karib kita, orang tua kita, pacar kita, atau orang yang sangat kita hormati dan kagumi. Hati kita pasti rasanya gak enak banget dan rasa guilty feeling pun mungkin bisa menghantui kita. Kalau saja ada sesuatu yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki kesalahan kita, kita pasti akan kerjakan itu. Begitu menyesalnya dan inginnya kita memperbaiki kesalahan kita itu demi relasi boleh terjaga. Bukan itu saja, kita akan kemudian semakin berhati-hati memelihara relasi itu agar tidak terulang lagi kesalahan yang sama.

Tetapi, pernahkah kita pikirkan, bagaimana sikap kita ketika berelasi dengan Tuhan? Ketika Kristus yang tidak mengenal dosa memberikan nyawa-Nya supaya kita dibenarkan, perasaan bersalah seperti apa yang ada pada kita? Atau jangan-jangan kita terlalu mementingkan relasi kita dengan orang yang dekat dengan kita melebihi Tuhan, alias kita merasa bersalah pada orang lain tapi tidak merasa bersalah pada Tuhan. Ketidakacuhan kita akan dosa dan pengorbanan Kristus sudah membius hati nurani kita. Alhasil, tidak heran kalau kita masih terus menerus berbuat dosa dan tidak merasa bersalah.

Mungkin di antara kita tidak semuanya seperti itu, setidaknya kita ada perasaan bersalah pada Tuhan. Tetapi kalau kita hanya ada guilty feeling saja, memang bisa bawa kita ke mana sih? Pertobatan bukan hanya sekadar guilty feeling, tetapi mencakup keseluruhan proses penyesalan akan dosa, perubahan hidup, kewaspadaan menjaga hidup, dan keinginan memuliakan Tuhan kita. Sudahkah kita mengalami pertobatan sejati atau selama ini hanya punya guilty feeling saja? (LS)