Humility before God

Devotion

Humility before God

25 December 2023

Kita sebagai manusia selalu ingin untuk ditunggu dan bukan menunggu. Perasaan “ditunggu” jauh lebih baik dan menyenangkan dibanding perasaan “menunggu”. Sebagai pemuda atau pemudi, kita sangat senang jika kita “ditunggu” oleh orang yang kita kasihi dan bukan dalam posisi menunggu. Ya, memang inilah posisi yang paling menyenangkan. Tetapi sewaktu menjalani hidup ini, kita menjadi sadar banyak hal yang tidak menunggu kita. Waktu tidak menunggu kita. Kesempatan tidak menunggu kita. Pelayanan tidak pernah menunggu kita. Waktu, kesempatan, dan pelayanan terus berjalan tanpa kita.
Dalam hal waktu, setiap manusia memiliki waktu 24 jam yang sama dalam sehari. Tanpa meminta izin manusia, waktu terus maju. Tanpa menunggu manusia, waktu terus melaju. Dalam momen kelimpahan ataupun kesulitan, waktu terus bergulir seakan kondisi kita tidak berarti. Waktu terus berjalan dan di balik ini semua, ada Allah yang terus menggerakkan waktu berjalan. Allah yang terus bekerja tanpa menunggu manusia. Inilah satu realitas kebenaran yang sudah ada dalam diri kita tetapi ditekan akibat keberdosaan kita. Berhentilah berpikir bahwa tanpa Anda dan saya segala sesuatu tidak berjalan. Berhenti berpikir bahwa kontrol itu ada pada kita. Kenyataannya, Allah tidak pernah menunggu kita untuk melakukan kehendak-Nya.
Mari hari ini menyadari dan memupuk kerendahan hati seperti Yakobus dengan berkata “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu” (Yak. 4:5). Mari menyadari bahwa kontrol itu ada dalam tangan Tuhan serta hanya dalam perkenanan-Nya kita bisa melakukan berbagai hal. Hanya dalam perkenanan Tuhan, saya bisa melakukan banyak hal dalam waktu, kesempatan, dan pelayanan yang Tuhan berikan. Bukan saja melakukan banyak hal, tetapi menjalankannya dengan tepat seperti cara dan isi hati Tuhan. Hanya dalam perkenanan Tuhan, saya bisa memenangkan hati seseorang kembali kepada Kristus. Hanya dalam perkenanan Tuhan, saya bisa melakukan pekerjaan dengan benar. Hanya dalam perkenanan Tuhan, saya bisa menolak godaan dosa dan berjuang hidup kudus. Hanya dalam perkenanan Tuhan, saya hari ini masih diberikan nafas kehidupan dan diberi kesempatan untuk bertobat.
Kesadaran seperti ini harusnya bukan menjadikan kita tidak membuat rencana atau berpikir ke depan, tetapi kesadaran inilah yang harus membuat kita mengerti makna hidup sebagai umat tebusan Tuhan yang sedang menjalankan kehendak Tuhan setiap harinya. Suatu pengakuan yang rendah hati bahwa hanya dalam perkenanan-Nya saya masih ada sampai detik ini dan terus didorong berjalan maju oleh dan bersama Tuhan. (DB)