Kemanusiaan dan Hati Nurani

Devotion

Kemanusiaan dan Hati Nurani

29 May 2023

Saat kita mendengar sebuah kisah dari seseorang yang berada di dalam perundungan, entah karena alasan apa pun, normalnya kita akan cepat merasa iba terhadap dia. Hal itu sangat wajar terjadi karena kita adalah manusia. Manusia yang diciptakan oleh Allah memiliki perasaan simpati terhadap manusia lainnya. Perasaan bertenggang rasa itu melekat pada diri manusia itu sendiri. Kita bisa sedih saat melihat orang lain sedih, atau senang saat melihat orang lain senang. Karena itu, saat kita sedang menonton suatu film atau membaca suatu kisah mengenai seseorang yang menderita, biasanya hati kita akan merasa tergerak.

Akan tetapi, nyatanya, kita juga sering melihat begitu banyak tindakan kejam, asusila, kejahatan, maupun ketidakpedulian yang terjadi dalam dunia saat ini. Betapa banyak orang kaya yang memanfaatkan situasi maupun kondisi untuk mengeruk uang sebanyak-banyaknya dan menjadikan pihak yang lain menderita. Contoh sederhana saja, ketika masa pandemi COVID-19, berapa banyak obat yang melambung tinggi harganya, hanya karena ada kebutuhan yang tinggi, ada kesempatan mendapatkan keuntungan yang banyak. Harga masker yang awalnya hanya beberapa belas ribu saja bisa naik menjadi ratusan ribu per kotak. Melalui perbuatan semacam ini berapa banyak orang yang dirugikan? Berapa banyak yang tidak mendapatkan jatah barang-barang itu karena tidak memiliki uang?

Melihat kondisi yang seperti demikian, bukankah nilai-nilai kemanusiaan yang seharusnya ada pada manusia menjadi terkesan tidak ada? Perasaan kemanusiaan itu sebenarnya ada, akan tetapi sudah menjadi bebal. Kebebalan yang sama, yang dialami oleh seorang pendusta. Apakah orang yang rutin berdusta sehari-hari, akan merasa bersalah lagi oleh dustanya? Tentu tidak. Berbeda dengan seorang yang baru pertama kali berbohong, dia bisa gemetar, bisa berdebar begitu rupa, dan gejala serupa lainnya.

Sifat kemanusiaan adalah salah satu bagian dalam diri manusia, yang menyuarakan kehadirannya melalui suara hati nurani. Ia ada dan dapat berteriak kepada manusia yang sedang berbuat tidak manusiawi, berbuat dosa, tetapi ia juga bisa terdiam, karena terus diabaikan. Hari ini seperti apa kondisi hati nurani kita? Apakah masih berfungsi dengan baik? Atau jangan-jangan telah menjadi tumpul? Mari kita bertobat di hadapan Tuhan. Semoga setiap kita bisa menjadi seperti Daud yang mengatakan dalam Mazmur 16 : 7, “Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku.” Kiranya Tuhan menolong kita. (TH)