Lord, Teach us to Pray

Devotion

Lord, Teach us to Pray

1 August 2019

Bacaan: Lukas 11:1

Semua murid Kristus dipanggil untuk menjadi makin serupa dengan Gurunya. Salah satunya adalah kita dipanggil menjadi serupa dengan Kristus di dalam pekerjaan-Nya yang sekarang sedang terus Ia lakukan di hadapan Bapa yaitu bersyafaat. Makin kita tinggal di dalam Dia dan bertumbuh menjadi serupa dengan-Nya, maka hal ini akan makin bekerja di dalam kita. Hidup kita akan menjadi makin sesuai dengan apa yang Dia kerjakan yaitu: kehidupan yang terus menerus berdoa bagi pekerjaan Tuhan dan umat-Nya.

Tempat dan kuasa doa di dalam kehidupan Kristen masih terlalu sedikit dipahami. Selama kita memandang doa hanya sebagai suatu alat untuk menjaga kehidupan kekristenan kita, kita tidak akan mengerti sepenuhnya apa itu doa. Tetapi jikalau kita belajar memandang doa sebagai suatu kuasa yang dipercayakan kepada kita (yaitu sebagai dasar dan kekuatan dari seluruh pekerjaan lain) maka kita akan melihat bahwa tidak ada hal yang harus kita pelajari dan latih lebih sungguh untuk dilakukan daripada berdoa.

Dalam Lukas 11:1, ternyata para murid menyadari hal ini. Mereka telah belajar mengerti suatu hal yang menjadi koneksi antara kehidupan Yesus yang begitu luar biasa di depan umum dengan kehidupan Yesus di dalam doa-doa pribadi-Nya. Mereka telah sekian lama bersama dengan Yesus dan mereka sendiri telah melihat Yesus berdoa. Mereka menyimpulkan bahwa tidak ada yang dapat berdoa seperti Yesus. Mereka ingin belajar berdoa seperti Yesus. Seluruh perjalanan tersebutlah yang membuat mereka dapat percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya Guru yang berotoritas mengajarkan kepada mereka seni berdoa. Akhirnya datanglah seorang murid mewakili rekan-rekan sekelasnya dan memohon, “Tuhan, ajarlah kami berdoa.”

Apakah pada zaman ini masih ada murid-murid Yesus yang masih merasa betapa perlunya untuk belajar berdoa? Berapa banyakkah murid-murid masa kini yang masih mengulang permohonan murid-murid terdahulu, “Tuhan, ajarlah kami berdoa”? Memang awalnya berdoa terasa mudah, tetapi sejujurnya tambah lama kita berdoa kita menyadari betapa sulitnya berdoa itu. Kita begitu lemah dan tidak tahu bagaimana sebenarnya kita harus berdoa. Dosa begitu menggelapkan pikiran kita sehingga kita sering kali tidak tahu bagaimana berdoa. Janganlah kita berpuas diri dengan kehidupan doa kita saat ini. Marilah kita melupakan apa yang kita rasa selama ini kita sudah mengetahuinya. Mari berlutut di hadapan Kristus dengan hati yang mau diajar, dengan sikap jiwa yang miskin. Marilah kita dengan berani mendaftarkan nama kita di “Sekolah Doa” Yesus.

Sadarilah betapa sukanya Yesus dengan permohonan ini. Ia mau membawa kita ke dalam persekutuan yang lebih dekat dengan-Nya dan mengajarkan kita berdoa sebagaimana Ia berdoa. Kita akan menemukan setiap kata dan petisi dari doa-doa kita penuh makna. Yesus tidak pernah mengajarkan murid-murid-Nya bagaimana berkhotbah. Ia hanya mengajarkan bagaimana berdoa. Mengetahui bagaimana berbicara di hadapan Tuhan lebih penting daripada mengetahui bagaimana berbicara di hadapan manusia. Karena itu, marilah kita, sekalipun kita bodoh dan lemah, tetapi dengan keberanian dan sukacita berseru: “Tuhan, ajarlah kami berdoa.” (AMM)