Melihat adalah salah satu dari lima indra yang ada pada manusia. Kita tahu ada lima indra pada manusia: melihat, mendengar, mencium, merasa, dan menyentuh. Dari lima indra tersebut, melihat merupakan indra paling utama dalam tubuh manusia. Kita bisa tidak merasakan pahit, manis, dan asin. Kita masih bisa bekerja dan menjalani hidup dengan “normal”. Kita bisa terganggu penciumannya, tetapi kita juga masih bisa bekerja dan menjalani hidup dengan “normal”. Kepekaan sentuhan kita bisa saja terganggu ketika menyentuh sesuatu. Tetapi kita masih bisa menjalani hidup walaupun agak terganggu. Namun ketika manusia menjadi tuli karena tidak bisa mendengar, maka manusia mulai sulit melakukan aktivitasnya sehari-hari tetapi ia masih bisa beradaptasi karena matanya masih mampu melihat dengan normal. Tetapi ketika mata menjadi buta dan manusia tidak bisa melihat, meski jantungnya normal, otaknya normal, betapa sulitnya ia menjalankan kehidupannya. Perlu ada latihan khusus bagi orang yang buta, mengenai bagaimana agar supaya ia bisa menjalani hidupnya, minimal ia bisa menjalani aktivitas kehidupan sehari-harinya meskipun terbatas.
Mata manusia memiliki kemampuan yang luas. Tuhan memberikan kita mata untuk bisa melihat diri kita, orang sekitar, alam di sekitar kita, dan lain-lain. Kita bukan saja hanya melihat sekitar kita, tetapi kita juga akan berespons terhadap apa yang kita lihat. Di sinilah mata kita diuji akan kemampuannya. Ada mata yang hanya mampu melihat apa yang terlihat secara jasmani, namun ada mata yang mampu melihat sesuatu yang tidak kelihatan, bahkan yang bersifat rohani sekalipun. Lebih jauh lagi, kemampuan kita melihat dan berespons itu sangat bergantung kepada “kacamata” apa yang kita pakai. “Kacamata rohani” memampukan kita melihat hal-hal rohani di sekitar kita. “Kacamata jasmani” memampukan kita melihat hal-hal jasmani. Karena itu, tidaklah heran, ketika ada dua orang yang berbeda melihat hal yang sama namun memberikan respons yang berbeda.
Murid-murid Tuhan Yesus sama-sama melihat bagaimana Maria memecahkan minyak narwastunya untuk Tuhan Yesus, namun Yudas memiliki respons yang berbeda dibandingkan dengan murid-murid lainnya. Hal demikian juga sering terjadi pada kita, sama-sama melihat pekerjaan Tuhan yang sedang dikerjakan, tetapi responnya berbeda.
Mari coba kita pikirkan sejenak, selama ini mata kita dipakai untuk melihat apa? Melihat hal-hal jasmani atau rohani, hal-hal yang membangun kehidupan kerohanian kita, untuk memperluas Kerajaan Allah yang bersifat kekal, atau untuk kesementaraan yang tidak akan kita bawa setelah kematian? Kiranya Tuhan menolong kita melihat dengan benar! (DS)