Menyadari akan Dosa

Christian Life

Menyadari akan Dosa

15 May 2017

Kita hidup di zaman yang tanpa sensitivitas akan dosa. Pengaruh postmodern dengan individualitas dan relativitasnya telah membuat manusia cenderung sesuka-sukanya dalam melakukan apa yang dia mau, bahkan dengan alas an bahwa hal itu dilakukan demi kebaikan, entah untuk diri atau orang lain. Tidak ada lagi rasa takut kepada Tuhan bahwa apa yang diperbuatnya itu dapat membuat Tuhan murka karena tidak sesuai dengan kebenaran, atau melanggar kekudusan Allah. Allah dan segala yang terkait dengan Allah (kerohanian) sudah kita kotakkan hanya masuk dalam area kerohanian atau lebih tepatnya dalam area pengetahuan akan Allah yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kehidupan kita. Lalu, di manakah orang-orang yang memiliki kepekaan akan dosa?

Bila kita lihat tokoh-tokoh di Alkitab, Daud merupakan orang yang memiliki kepekaan akan dosa yang sudah diperbuatnya. Salah satunya bisa kita lihat dalam doanya di Mazmur 6. Mazmur 6 merupakan Mazmur pertama yang memuat tentang kesadaran diri akan dosa, pengakuan dosa, dan seruan mohon belas kasihan kepada Tuhan. Memang secara eksplisit tidak ada tulisan kata dosa ataupun pengakuan akan dosa. Tetapi kalau disimak dari awal yaitu pada ayat kedua, dapat dilihat bagaimana Daud berseru kepada Tuhan agar Tuhan tidak menghukumnya di dalam murka Tuhan. Di sini Daud sadar akan dosanya dan ia takut akan penghukuman Tuhan terhadap dirinya. Namun dia tidak berhenti di situ, di ayat ketiga Daud kemudian datang kepada Allah dengan memohon belas kasihan kepada-Nya dan memohon pertobatan dari Allah. Seruan Daud kepada Tuhan: “Luputkan jiwaku, selamatkanlah aku oleh karena kasih setia-Mu” (ay. 5), menggambarkan betapa Daud menyadari, tanpa belas kasihan Tuhan dan tanpa kembali kepada Tuhan hidupnya akan binasa. Ayat 6 dan 7 memuat gambaran kesedihan Daud yang mendalam. Ayat ini menunjukkan betapa ia menyesal akan dosa-dosanya dan sungguh-sungguh bertobat. Dosa pula yang membuat Daud mengalami kejahatan daripada musuhnya (ay. 8). Namun Daud kemudian memperoleh kemenangan ketika ia kembali kepada Tuhan dan berseru kepada Tuhan. Di ayat 9-11, Daud sangat menyadari bahwa hanya Tuhan yang bisa berbelaskasihan kepadanya dan mengampuni dosanya.

Bagaimanakah Daud bisa memiliki kepekaan sedemikian? Kuncinya adalah kerendahan hati datang kepada Tuhan. Selalu melihat diri tidak layak di hadapan Allah, namun sekaligus memohon belas kasihan Tuhan dan berani bangkit untuk hidup bagi Tuhan.

Di manakah Daud-Daud, pemuda-pemudi Kristen hari ini? Kiranya kita boleh menjadi Daud-Daud di zaman ini, yang dapat menjadi teladan bagi pemuda lainnya untuk kembali kepada Tuhan; menjadi orang yang peka akan dosa sekecil apa pun, bertobat, memohon belas kasihan Tuhan, dan hidup bagi Tuhan. (DS)