More Than Second Chance

Devotion

More Than Second Chance

1 May 2023

Akhir-akhir ini kita mungkin sering mendengar sebuah ungkapan, “Give them second or another chance.” Di dalam beberapa film yang terkenal, ungkapan ini menjadi tema besar dari film tersebut. Misalnya saja di dalam film “Spiderman: No Way Home”, kita melihat bagaimana villains diberikan kesempatan kedua untuk menjalankan hidupnya. Jikalau dari film sebelumnya mereka mendapatkan ganjaran atas kejahatan yang diperbuatnya, maka pada film kali ini mereka mendapatkan kesempatan kedua. Menariknya, para villain digambarkan sebagai korban kesalahan atau kecacatan dari science, sehingga mereka terpaksa melakukan kejahatan di luar kendali diri mereka. Film lain yang mengangkat tema serupa adalah film serial “Manifest”. Di dalam film ini dikisahkan sekelompok orang yang seharusnya mengalami kecelakaan pesawat karena cuaca yang sangat buruk, tetapi akhirnya mereka diberi kesempatan kedua untuk melanjutkan hidupnya dengan loncatan waktu (time skip) 5,5 tahun ke masa depan. Sehingga, mereka harus menghadapi situasi yang sulit tetapi di sisi lain mereka diberi kesempatan untuk memperbaiki kehidupannya dan menemukan “kebahagiaan” mereka.
Kisah-kisah seperti ini terlihat begitu menyentuh jiwa kemanusiaan kita. Dengan mudah kita melihat relasi dari kisah seperti ini dengan kehidupan kita, khususnya dengan kesalahan-kesalahan yang kita sesali dan hendak diperbaiki. Tetapi konsep dari “give them second chance” ini sebenarnya tidak cukup untuk membuat manusia menjadi seorang yang lebih baik, bahkan konsep ini memiliki ide yang berbahaya. Konsep ini mengajak kita untuk merelatifkan kejahatan. Setiap kejahatan yang ada di dalam dunia ini, tidak seharusnya langsung dihakimi apalagi mendapatkan hukuman. Kita diajak untuk lebih melihat penyebab dari seseorang berbuat jahat, dan menoleransi kejahatan yang sudah mereka lakukan. Ketika kita mengerti penyebab atau alasan orang tersebut berbuat jahat, maka seharusnya kita berbelaskasihan kepada mereka. Bentuk dari belas kasihan ini adalah dengan memberikan mereka kesempatan kedua untuk memperbaiki kehidupan mereka.
Cara berpikir ini seolah memiliki jiwa kemanusiaan dan cinta kasih yang begitu kental. Bahkan kita dapat melihat gambaran kasih dan belas kasihan yang mirip dengan apa yang Alkitab ajarkan. Namun sesungguhnya cara berpikir seperti ini tidak sesuai dengan konsep yang Alkitab ajarkan. Ada beberapa hal dari konsep “give them second chance” yang berbeda dengan ajaran Alkitab. Pertama, konsep “second chance” ini mengajarkan kita untuk mengampuni dengan menolerasi dan melupakan kesalahan. Seolah setiap kesalahan yang diperbuat karena terpaksa, bukanlah suatu kesalahan. Hal ini tentu berbeda dengan Alkitab. Firman Tuhan menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak mencapai standar kebaikan atau kekudusan Allah, adalah hal yang berdosa. Sehingga, di dalam kekristenan pengampunan diberikan bukan dengan menoleransi kejahatan, tetapi melalui Sang Allah Anak, Yesus Kristus, yang mengorbankan diri-Nya bagi orang berdosa. Kejahatan tetap harus dihukum, tetapi Kristus menggantikan kita dengan menerima hukuman tersebut. Inilah konsep pengampunan Kristen. Kedua, konsep “second chance” ini hanya berhenti hingga terbukanya kembali kesempatan untuk orang tersebut memilih hal yang, konon, lebih baik. Tetapi sering kali orang-orang ini hanya diberikan kesempatan tanpa adanya kepastian untuk menjalani hidup yang lebih baik. Sehingga solusi yang diberikan bukanlah solusi yang tuntas. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa seluruh manusia telah jatuh ke dalam dosa, dan kecenderungan hatinya adalah berbuat kejahatan. Tanpa adanya pertolongan dari Allah, manusia tidak mungkin dapat membangun kehidupan yang lebih baik, apalagi kehidupan yang berkenan di hadapan Allah. Oleh karena itu Allah bukan hanya mengirimkan Anak-Nya untuk menebus kita, tetapi Ia mengirimkan Roh Kudus untuk membimbing kita hidup di dalam kebenaran, hingga nanti kita hidup kekal bersama dengan Allah. Oleh karena itu karya penebusan yang Allah berikan kepada kita bukan hanya sekadar memberikan kesempatan kedua, tetapi Ia memberikan jaminan untuk hidup benar hingga nanti hidup bersama-Nya di dalam kekekalan. (SL)