Musafir, Corona, dan Kobe Bryant

Christian Life

Musafir, Corona, dan Kobe Bryant

22 June 2020

Banyak remaja dan pemuda berpikir bahwa kematian masih jauh dari dirinya. Kita pikir kita dapat mengendalikan kapan kita mati—mungkin kelak ketika sudah umur 80 dan di ranjang rumah sakit. Pokoknya masih jauh sekali dari kita yang masih berumur belasan, 20-an, atau 30-an. Akhirnya, kita cenderung menggunakan waktu kita dengan sembarangan dan sesuka hati, karena toh kita merasa masih punya banyak waktu, masih ada kesempatan untuk bertobat.

Tetapi, manusia sepatutnya sadar bahwa sesungguhnya kita tidak bisa mengendalikan hidup ini. Siapa yang sangka pada akhir tahun 2019 yang lalu, ternyata ada virus corona di Kota Wuhan, yang akhirnya tersebar dan mematikan banyak orang di seluruh dunia per hari ini. Kita juga dikagetkan dengan berita pada 26 Januari 2020 yang lalu, saat Kobe Bryant, seorang legenda bola basket, mantan pemain NBA, meninggal pada umur 41, bersama dengan anaknya yang baru berumur 13. Hebat atau biasa, kaya atau miskin, tak seorang pun dapat mengendalikan hidupnya, apalagi menghindari kematian.

Paulus mengatakan bahwa kita sebagai orang percaya bukanlah warga dunia ini, melainkan warga sorgawi. Maka, seharusnya kita tidak membangun hidup kita untuk apa yang ada di dalam dunia ini. Kita sibuk memupuk kekayaan kita sampai tujuh keturunan, padahal kita tidak mungkin hidup selama itu. Malahan, keturunan-keturunan kita mungkin akan terus berseteru untuk memperebutkan harta benda yang kita tinggalkan. Kita pasti akan mati dan kembali kepada Tuhan dengan tidak membawa apa-apa, termasuk uang. Lantas, apa gunanya kita memberikan segenap tenaga kita untuk hal yang sementara? Hal yang sementara dan sia-sia ini bukan hanya uang, tetapi juga semua cita-cita dan keinginan hati kita yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Mungkin kita sangat ingin menjadi astronot. Namun, jika Tuhan tidak menghendaki diri kita untuk pergi menjelajahi luar angkasa, maka usaha kita menjadi astronot pun akan sia-sia. Ketika kita sadar bahwa dunia ini sementara, maka seharusnya yang kita perjuangkan dalam hidup yang sementara ini bukan hal-hal dunia, tetapi apa yang kekal, yaitu firman Tuhan dan kehendak-Nya.

Ada hal yang menarik yang dikatakan Pdt. Stephen Tong dalam sesi terakhir acara KL2020. Pak Tong mengatakan, “Setiap orang Kristen harus memberitakan Injil, kalau tidak, apa gunanya nyawa ini?” Sebelum kita lahir, kita tidak bisa memberitakan Injil, dan setelah kita mati, kita juga tidak bisa memberitakan Injil. Satu-satunya waktu kita dapat memberitakan Injil adalah sekarang, saat kita masih ada di dalam dunia ini! Ketika waktunya telah tiba untuk kita kembali kepada Tuhan, apa yang akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan? Apakah kita akan mengatakan, “Tuhan, saya sudah menghasilkan banyak uang dan membangun rumah besar bagi diri dan keturunan saya”? Tuhan pasti akan marah dan menghukum kita, karena kita telah menyalahgunakan satu-satunya kesempatan yang Tuhan berikan untuk kita dapat menjadi berkat bagi orang lain, memberitakan Injil, dan menjalankan kehendak Tuhan di dunia.

Mari kita kembali merenungkan, sebenarnya apa yang kita perjuangkan dalam dunia ini, dan bagaimana kesiapan kita untuk mempertanggungjawabkan hidup kita di hadapan Tuhan kelak ketika kita bertemu dengan-Nya. (HES)