Nikmatnya Gosip

Christian Life

Nikmatnya Gosip

20 August 2018

Siapa sih yang ga suka gosip? Kalau kamu ga setuju, coba kamu pikir lagi dan coba jujur! Dari bercerita tentang orang-orang di sekitar kita, artis-artis di Korea, sampai bisikan tentang pendeta di gereja. Haduh, kita selalu ingin tahu. Bukan hanya itu, kita malah sering bangga kalau kita yang tahu lebih dahulu. Lebih celaka lagi, kita sering kali tidak sabar untuk menceritakannya kepada orang lain. Alkitab sendiri menyatakan bahwa perilaku seperti ini terkutuk (Rm. 1:28-32). Jadi apa sih salahnya gosip dan bagaimana kita boleh menghindarinya?

Pertama, mari kita pikirkan apa itu gosip? Gosip bisa muncul dalam bentuk tuduhan yang bertujuan untuk menjatuhkan atau menjelekkan orang lain. Hampir semua dari kita akan setuju bahwa perilaku seperti itu sangatlah buruk dan harus kita hindari. Tetapi gosip memang juga bisa tidak bertujuan untuk menjatuhkan orang lain. Di area abu-abu seperti ini kita harus berhati-hati.

Masalah gosip bukan terletak pada fakta yang sedang kita bicarakan. Akar dari kenikmatan gosip sebenarnya adalah kesombongan. Maksudnya apa? Terlalu sering kita mendapatkan suatu berita, dan kita tidak sabar untuk segera menceritakannya kepada orang lain. Bahkan kalau bisa, kita menjadi orang pertama yang menceritakannya. Hal ini menyenangkan karena untuk satu momen ini, kita seakan berada di panggung utama dan mendapat sorotan lampu 10 ribu Watt. Kita menjadi orang yang paling penting!

Obat dari gosip bukanlah dengan diam, mengurung diri di kamar, dan mematikan semua sosial media yang kita punya. Obat dari gosip adalah kerendahan hati. Kita harus melawan ego kita masing-masing dalam hal ini. Hati-hatilah dengan kemuliaan sesaat ketika kita merasa lebih tahu daripada orang lain. Marilah kita belajar untuk puas dalam pengenalan diri kita di hadapan Tuhan.

Terlebih lagi, selain belajar rendah hati, mari kita juga belajar untuk mengasihi teman-teman kita dengan lebih lagi. “Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran. Seperti arang untuk bara menyala dan kayu untuk api, demikianlah orang yang suka bertengkar untuk panasnya perbantahan” (Ams. 26:20-21). Janganlah kita menjadi orang yang menimbulkan lebih banyak pertengkaran di antara teman-teman kita. Marilah kita selalu berusaha mengasihi dan menutupi kesalahan orang lain, mendoakan mereka supaya lebih bertumbuh lagi. Kasih itu menutupi (1Kor. 13:8).

Jadi, renungkanlah dua hal ini: (1) hindari kesombongan dalam hati ketika ada gosip, dan (2) selalu memiliki hati untuk mengasihi orang di sekeliling kita. Francis Assisi pernah berdoa menyatakan bagaimana dia ingin dipakai Tuhan untuk menyatakan damai:

Lord, make me an instrument of your peace:
where there is hatred, let me sow love;
where there is injury, pardon;
where there is doubt, faith;
where there is despair, hope;
where there is darkness, light;
where there is sadness, joy.

O divine Master, grant that I may not so much seek
to be consoled as to console,
to be understood as to understand,
to be loved as to love.
For it is in giving that we receive,
it is in pardoning that we are pardoned,
and it is in dying that we are born to eternal life.

Amen.

[EYST]