“Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.” (Kol. 3:16)
Dalam ibadah sudah ada doa, ada khotbah, lalu untuk apa ada pujian? Demikian juga, dalam ibadah sudah ada yang menjadi liturgis dan song leader, sudah ada paduan suara dengan suara yang indah, lalu untuk apa kita sebagai jemaat perlu bernyanyi?
Ketika seorang melayani menjadi penatalayan mimbar; pemusik, song leader, paduan suara, tentu mereka adalah orang yang lebih mengerti musik dibandingkan dengan jemaat umumnya. Peran ini ada, karena mereka diharapkan dapat memimpin dan mengajak jemaat untuk bernyanyi. Posisi mereka bukan sebagai artis dari sebuah pertunjukan di mana jemaat menjadi penonton yang mengagumi artis yang tampil di atas panggung.
Untuk dapat mengajak dan memimpin jemaat bernyanyi, seseorang perlu memiliki sukacita. Sukacita karena mengerti keselamatan, yaitu Tuhan yang telah menebus segala dosa kita. Tuhan menyucikan kita, agar kita dapat memuliakan Dia. Bernyanyi menjadi suatu ekspresi akan diri kita yang memuliakan Tuhan. Maka untuk mengajak jemaat, kita membutuhkan perenungan, karena kita lebih dahulu mengetahui lagu apa yang akan dinyanyikan dalam ibadah. Sebagai orang yang lebih mengerti musik, perlu juga untuk kita mengerti teknik-teknik yang ada di dalam musik, misalnya seperti word painting (kata-kata yang digambarkan dalam musik yang dinyanyikan) dari lagu yang akan dinyanyikan. Maka untuk memimpin jemaat bernyanyi, perlu untuk memilih lagi-lagu yang dalam akan makna, bukan sekadar membuat saya merasa senang menyanyikannya.
Pelayanan seseorang sebagai penatalayan mimbar barulah berhasil bukan ketika mereka menampilkan semua secara flawless dan indah, menerima banyak tepuk tangan dari jemaat, dan menjadi tenar. Melainkan ketika jemaat juga dapat bersukacita bersama dan makin tertarik untuk bernyanyi bersama, bahkan menarik bagi jemaat yang mungkin tidak mengerti musik dan tidak memiliki suara yang “indah”. Maka kita sebagai jemaat juga perlu bernyanyi. Karena bernyanyi adalah ekspresi akan sukacita kita, sukacita akan karya Allah dalam hidup kita, dan itu adalah salah satu poin dari ibadah.
Kita telah dipersatukan menjadi satu tubuh di dalam Kristus, maka kita berbagi sukacita satu dengan yang lainnya. Seperti kata Paulus dalam 2 Korintus 2:3, sukacitaku adalah juga sukacitamu. Maka kita perlu untuk bernyanyi di dalam ibadah, karena selain karena kita memang memuji Tuhan, kita juga sedang membangun satu sama lain dengan men-sharing-kan sukacita tersebut.
Marilah kita datang beribadah mengingat akan segala kebaikan dan kemurahan Allah, sehingga kita dapat memuji Tuhan dengan penuh sukacita, dan saling menguatkan dan mengingatkan satu dengan lainnya akan keindahan Allah. (EG)