Sakral dan Sekuler

Christian Life

Sakral dan Sekuler

1 May 2017

“Kenapa ya banyak orang Kristen yang malas dan gak berprestasi? Kok orang-orang non-Kristen justru malah lebih bisa bekerja keras dan berprestasi?” Mungkin kita pernah bertanya hal yang serupa karena memang itu fakta yang sering kita temukan di dalam kehidupan kita sehari-hari. Apa jangan-jangan hal tersebut adalah hal yang wajar? Kita kan orang yang sudah diselamatkan di dalam Kristus, jadi yang terpenting sekarang adalah hal-hal yang bersifat spiritual dan gerejawi. Oleh sebab itu, aktif di gereja, aktif di persekutuan, dan aktif di dalam pelayanan itu jauh lebih penting daripada hal-hal yang berbau sekuler. So, fakta di atas ya okay okay aja, bener kan?

Tentu ini tidak benar karena kita, sebagai orang Kristen, dipanggil untuk mengerjakan dan mengembalikan SELURUH aspek kehidupan kepada Kristus, Raja kita.

“karena di dalam Dialah (Yesus) telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.” (Kol. 1:16)

Ketika Yesus ada di dalam dunia ini, Dia tidak hanya memberitakan kerajaan Allah dan mempertobatkan orang saja. Bukankah Yesus juga memperhatikan kesejahteraan jasmani dari orang-orang yang dilayani (orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang lapar diberikan makanan)? Jika Tuhan kita saja memberikan fokus baik kepada hal spiritual maupun kepada hal jasmani, mengapa kita hanya menekankan hal spiritual dan membuang hal jasmani?

Tidak ada pemisahan sakral dan sekuler di dalam kehidupan seorang Kristen. Semua hal adalah sakral karena kehidupan seorang Kristen yang sejati adalah kehidupan yang harus dipertanggngjawabkan di hadapan Tuhan secara UTUH. Baik dalam bidang akademik, kesehatan, pekerjaan, politik, ekonomi, bisnis, relasi dengan orang lain, keluarga, masyarakat, seni, ataupun teknologi, semuanya harus kita jalankan dengan prinsip Firman Tuhan dan kita kerjakan semaksimal mungkin. Dengan demikian tidak ada lagi kehidupan Kristen yang terpecah-pecah (yang ini saya jalankan untuk Tuhan, yang itu saya kerjakan untuk diri saya sendiri).

Bagaimana dengan hidup diri kita selama ini? Masihkah kita memisahkan hal sakral dan hal sekuler? Sudahkah kita menjalankan setiap aspek kehidupan kita dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab di hadapan Tuhan?

“Christ is either Lord of all, or is not Lord at all” – Hudson Taylor [IT]