Serakah

Christian Life

Serakah

30 January 2017

Ada seorang tuan tanah yang baik hati. Ia mempunyai tanah yang sangat luas. Pada suatu hari, ia mengadakan sayembara untuk penduduk di sekitarnya. Sayembara itu berbentuk perlombaan lari. Siapa yang bisa berlari sejauh mungkin di atas tanahnya, seluas itulah tanah yang akan didapatinya. Orang-orang pun berlari dan berlari. Satu orang mengatakan, “Ah, sudah cukup buat saya 100 meter.” Yang lain lagi mengatakan, “Ah, sudah 200 meter, tidak kuat..”, lalu ia pun berhenti.

Tinggallah satu orang, sebenarnya ia sudah lelah, tetapi ia paksakan dirinya terus berlari sejauh mungkin sampai nafasnya terengah-engah. Akhirnya sesudah ia berlari sangat jauh, ia sudah tidak kuat, lalu terjatuh dan terkulai di tanah. Apa yang terjadi? Ternyata ia mati terkena serangan jantung. Lalu apa yang berhasil ia dapatkan? Tanah seluas 1 x 2 meter untuk kuburannya.

Model cerita di atas hanyalah ilustrasi sederhana yang menggambarkan akibat keserakahan. Mungkin jarang ada yang memikirkan bahwa keserakahan merupakan salah satu dari 7 dosa maut dan merupakan penyebab dari banyak kejahatan. Semua kejahatan itu membawa kepada kematian dan penghukuman.

Keserakahan membuat pedagang meletakkan buah yang baik di atas buah yang jelek, bos-bos mengeruk keuntungan dari buruh-buruhnya, toko-toko buka di hari Minggu untuk tambahan beberapa rupiah, penjudi ketagihan dan terus berjudi, pembunuhan, pemerkosaan, dan masih banyak lagi. Keserakahan juga yang membuat Yudas menjual Guru dan Tuhannya, dengan harga hanya sejumlah 30 keping perak. Hasilnya? Ia mati bunuh diri. Sebelum ia menjual Tuhan, ia sudah dicekik oleh keserakahannya sendiri.

Dosa keserakahan timbul karena ketidakpuasan atas apa yang sudah ada padanya atau yang diberikan kepadanya, dan menginginkan lebih dan lebih lagi. Orang yang serakah selalu melihat dirinya berkekurangan dan terus menuntut untuk mendapatkan lebih. Bukan hanya itu, orang yang serakah tidak rela orang lain melampaui dirinya. Intinya adalah orang yang serakah tidak pernah mengucap syukur atas apa yang ada padanya. Betul… mengingini sesuatu bukanlah dosa. Tetapi jika keinginan itu sudah menyimpang dari seharusnya, di situlah terjadi dosa.

Sering kali kita menganggap keserakahan itu akan mendatangkan keuntungan kepada kita. Sebenarnya keserakahan itu justru akan membawa kehancuran kepada kita, entah kita sadari atau tidak, entah itu berefek langsung atau tidak. Dosa (dalam hal ini serakah) tidak pernah membawa kita menjadi manusia yang sesungguhnya. Keserakahan akan sesuatu akan mengunci keseluruhan hidup kita kepadanya, sehingga kita akan meninggalkan Allah, membuang hidup, dan bahkan memperalat relasi dengan sesama demi sesuatu itu. Kita akan dihanguskan olehnya, bukan dibangunkan olehnya.

Bagaimanakah dengan hidup kita? Masih adakah keserakahan dalam hidup kita? Mari kita meminta hikmat dari Tuhan agar kita bisa menemukan dalam diri kita, bagian mana yang masih ada unsur keserakahan di dalamnya. Mungkin bukan hanya yang bersifat materi, tetapi bisa juga keserakahan rohani, keserakahan kemegahan diri, dan lain sebagainya.

Kiranya belas kasihan Tuhan menuntun kita untuk semakin hidup menjadi manusia yang selalu bersyukur atas segala anugerah-Nya. (TH)