Ada hal yang unik ketika Rasul Paulus menuliskan kata “perisai” dibandingkan dengan perlengkapan perang lainnya. Perhatikan kata “segala keadaan” yang ditambahkan terkait dengan perisai iman. Ini menandakan bahwa perisai iman adalah perlengkapan penting yang harus kita digunakan setiap saat dan setiap kondisi. Seperti yang Rassul Paulus katakan di awal perikop Efesus 6, setiap hari hidup kita berada di dalam medan perang spiritual. Tanpa perisai iman ini maka hidup kita akan dengan mudah diserang oleh panah api si Jahat.
Di dalam bahasa Yunani, kata perisai yang digunakan dalam Efesus 6:6 adalah kata “thyreon”. Ini adalah perisai yang berukuran sangat besar dan berbentuk persegi panjang, hampir menyerupai pintu. Perisai ini mampu melindungi hampir seluruh bagian tubuh dari tentara yang memakainya. Mereka juga bahkan mengolesi perisai itu dengan minyak sehingga mampu menangkal serangan panah api dan mencegah perisai itu terbakar. Ukuran yang besar membuat perisai ini tidak cocok untuk satu lawan satu, melainkan memastikan tentara dapat bertahan diterjang oleh berbagai macam serangan yang bertubi-tubi.
Lantas apa kaitannya perisai ini dengan iman kita kepada Tuhan Yesus? Karena iman itulah yang menjadi tameng kita menghadapi panah api si jahat. Bukankah di dalam hidup kita sering mengalami keraguan? Bagi kita yang mengalami penderitaan di dalam sakit-penyakit, kesulitan di dalam keuangan, ditinggalkan oleh orang terdekat, sering kita mengalami keraguan. Kita bertanya-tanya mengapa hal ini semua terjadi dalam hidup kita. Kita pun mulai meragukan pemeliharaan Allah di dalam hidup. Tetapi pada akhirnya kita masih dapat bertahan. Karena apa? Karena iman itulah yang membuat kita tetap berdiri menghadapi keraguan itu.
Itu baru satu panah api. Ada begitu banyak panah-panah api lainnya. Ada begitu banyak keraguan lainnya yang akan datang menghampiri kita. Tetapi biarlah perisai iman itu tidak kita tinggalkan, melainkan terus kita gunakan dalam segala keadaan. Amin. (TP)