Sudahkah Menjadi Orang Kristen?

Christian Life

Sudahkah Menjadi Orang Kristen?

18 January 2021

Global Convention on Christian Faith and World Evangelization (GC) yang diadakan selama enam hari (1-6 Oktober 2020) merupakan suatu anugerah besar yang Tuhan berikan bagi umat-Nya di tengah-tengah pandemi ini. Sesi demi sesi yang dibawakan, menegur setiap peserta akan iman kita sebagai orang Kristen. Pada sesi Pdt. Michael Densmoor, kita disadarkan akan satu hal: Sudahkah saya benar-benar menjadi orang Kristen? Khotbah ini seharusnya “mengganggu” kita semua dan membuat kita gelisah.

Ketika memberitakan Injil, bagaimana caranya? Apa yang harus dikatakan terlebih dahulu? Apa yang harus disampaikan? Bagaimana kalau dia marah? Bagaimana kalau kita ditolak? Bagaimana kalau hal itu diekspos ke media sosial sebagai orang yang tidak menghargai perbedaan? Bagaimana kalau kita diserang, atau bahkan dilecehkan? Apakah cukup bijaksana jika kita melakukannya saat sepi? Bukankah hal ini akan merusak persabahatan, lalu bagaimana bertemu dengan teman-teman yang lain di acara reuni? Bukankah hal ini tidak ada bedanya dengan pemahaman radikalisme dan nantinya malah jadi batu sandungan? Kita belum cukup belajar, bagaimana kalau kita tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan? Dan lain sebagainya. Akhir dari semua pertanyaan ini adalah, “Sebenarnya saya mengasihi Tuhan atau tidak?”

Jawaban dari khotbah itu jelas, tegas, dan menyakitkan. Ini masalah kerohanian kita, bukan karena kita terlalu banyak pikiran. Pertama, kita masih belum percaya bahwa Injil yang diberitakan memiliki kuasa untuk menyelamatkan. Kedua, kita masih lebih “mencintai” teman atau orang lain dibandingkan Kristus. Kita masih memikirkan apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan, dan relasi kita dengan mereka. Kita tidak memikirkan Tuhan yang sudah menebus kita dan kehendak-Nya. Ketiga, itu hanya alasan belaka bahwa kita tidak mengerti theologi, sehingga susah menginjili, padahal kesempatan kita bisa belajar theologi dari berbagai sumber sangatlah banyak.

Kesimpulannya, alasan-alasan tersebut sesungguhnya menunjukkan kita tidak mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh. Tetapi, puji Tuhan atas belas kasihan-Nya. Kesadaran yang Ia berikan melalui khotbah-khotbah merupakan anugerah-Nya yang besar. Kita akhirnya harus menyadari bahwa semua alasan dan keraguan kita tersebut salah. Apa yang harus kita lakukan? Bertobat! Lalu terus memohon kekuatan melawan keberdosaan diri, dan keberanian memberitakan Injil. Kita tidak boleh tenggelam dengan pikiran-pikiran jahat yang menghancurkan walaupun kita sadar bahwa melawan keberdosaan diri sangatlah susah. Memang, mengikut Tuhan dengan kesungguhan hati itu tidak mudah.

Bisa menjadi orang Kristen adalah anugerah. Bisa dipercayakan pelayanan memberitakan Injil, itu pun anugerah. Memiliki komunitas dengan teman-teman yang terus membuat kita belajar dan sadar kesalahan kita, juga anugerah. Pdt. Michael mengatakan penginjilan tidak akan berhenti karena penginjilan adalah pekerjaan Tuhan, bukan manusia. Kekurangan dan kelemahan kita tidak akan menghentikan pekerjaan Tuhan. Khotbah itu ditutup dengan ajakan untuk bersemangat menjalankan tugas panggilan penginjilan dan bekerja makin giat. Mari belajar mengasihi Tuhan dan pekerjaan-Nya. (ERS)