Hari-hari terakhir ini mal, tempat wisata, tempat kumpul-kumpul orang banyak mendadak menjadi sepi. Orang beramai-ramai menyelamatkan diri dari serangan Virus Corona. Supaya tidak tertular, orang rela diam di rumah. Segala aktivitas keluar rumah dikurangi. Mendadak manusia di berbagai negara menjadi takut dengan si virus yang super kecil yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop elektron ini. Apa yang ditakutkan manusia? Sakitnya? Bukan... Yang ditakutkan adalah kematian akibat virus tersebut. Berita di media sosial (medsos) yang gencar namun tidak seimbang tentang kematian karena virus ini membuat masyarakat cenderung panik. Mendadak si virus super kecil ini seolah menjadi penguasa mati hidup manusia.
Manusia lalu berusaha berbagai cara untuk menyelamatkan dirinya dari serangan si virus tersebut. Menjaga diri agar tetap sehat dengan apa saja yang dia dapat dari pemberitaan medsos bahwa jenis makanan tersebut bisa memberi kesehatan yang baik dari serangan si corona padahal belum tentu berita itu benar. Bahkan rela meminum obat yang diisukan bisa menyembuhkan dari si virus tersebut, padahal itu belum terbukti benar. Rela mengeluarkan uang banyak untuk membeli masker dan hand sanitizer yang mendadak harganya selangit yang dianggap dapat melindungi dirinya dari serangan si corona. Manusia seolah kehilangan akal sehatnya. Yang penting apa yang bisa menyelamatkan dirinya dari corona, itu dikejarnya. Khususnya mereka yang mempunyai keuangan cukup, hal tersebut tidak menjadi masalah, tetapi buat mereka yang hidup saja sudah pas-pasan, mereka cenderung pasrah.
Sungguh ironi kehidupan manusia. Hal yang harus ditakutkan tidak ditakutkan. Apakah virus corona itu yang akan membunuh kita? Kita tahu dengan jelas bahwa Allah-lah Pemegang dan Penentu hidup manusia. Jikalau Allah masih belum hendak mencabut nyawa manusia, mau dia kena virus yang paling mematikan sekalipun, orang itu tidak akan mati. Bukan si Corona itu yang membuat manusia mati. Tetapi Allah yang memakai si Corona itu yang membuat manusia mati.
Jadi bagaimanakah seharusnya sikap kita menghadapi situasi seperti ini? Marilah kita menyikapi situasi ini dengan cara pandang Kristen yang benar. Kita tidak perlu ketakutan paranoid berlebihan, tidak juga hidup sembrono; sama sekali tidak perduli dengan si Corona tersebut, tetapi tanggung jawab kita adalah mencoba memahami si Corona dan penyakit yang ditimbulkannya secara benar sehingga kita dapat menyikapinya secara benar dan tidak mudah termakan oleh berita di medsos yang banyak tidak bertanggung jawab, malah membuat kepanikan. Selain itu marilah kita menggumulkan di hadapan Tuhan, melalui peristiwa ini apa yang Tuhan hendak ajarkan, dan apa yang harus kita lakukan agar tetap menjadi berkat bagi orang lain, bukan sibuk menyelamatkan diri sendiri, yang akhirnya justru membahayakan orang lain. Kiranya Tuhan menolong kita untuk mengerti kehendak-Nya dan memancarkan kemuliaan-Nya melalui peristiwa ini. (DS)