Keindahan karakter merupakan sesuatu yang didamba-dambakan semua orang. Pada umumnya keindahan karakter dikaitkan karakter-karakter seperti pemurah, sabar, rendah hati, suka menolong, tidak pemarah, tidak mengkritik orang, dan lain sebagainya. Semua hal yang menurut kita positif, itulah yang dianggap sebagai keindahan. Karena itu, tanpa kita sadari, sebagai orang Kristen kita pun memakaikan standar ini untuk menilai Tuhan. Kita dipengaruhi dunia dengan standar keindahan mereka ini. Kelihatannya karakter-karakter yang disebutkan di atas memang sangat indah di mata, tetapi apakah benar itu sesuai dengan firman Tuhan? Bagaimana dengan Kristus sendiri?
Ketika orang meminta kita menceritakan keindahan Kristus, kita akan cenderung memulai dari Kristus memberi makan orang banyak, Kristus melakukan mujizat, Kristus yang disalib karena dosa manusia, Kristus sebagai Anak Domba Allah tidak meronta saat disalibkan, Kristus yang rendah hati menaati segala kehendak Bapa walaupun di dalam kelemahan, dan sebagainya. Kita cenderung tidak mau menceritakan Kristus yang pernah mengatakan “Iblislah yang menjadi bapamu” saat Dia memarahi orang Farisi (Yoh. 8:44). Kita juga tidak akan menceritakan keindahan Kristus memakai ayat di Matius 21:12 tentang Kristus yang mengusir orang dari Bait Allah dan membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati. Kita tidak bisa membayangkan menceritakan karakter Kristus yang demikian kepada orang-orang sekitar kita saat membahas mengenai keindahan Kristus. Kita menganggap karakter seperti ini adalah bagian dari penghakiman dan tidak ada keindahan di dalamnya.
Yesaya 33 menceritakan tentang Tuhan sebagai Hakim yang adil dan benar, menghukum orang fasik, memberikan hukum bagi umat-Nya, dan menyelamatkan mereka. Pasal ini merujuk kepada Kristus yang akan menghakimi dunia sebagai Raja dan Hakim yang adil dan bermurah hati. Dan dalam ayat 17 dikatakan bahwa kita akan melihat Raja di dalam semarak-Nya atau keindahan-Nya.
Isaiah 33:17 (ESV) - “Your eyes will behold the king in his beauty; they will see a land that stretches afar.”
Yesaya melihat keindahan Kristus justru di dalam keseluruhan karakter Kristus, baik itu di dalam keadilan-Nya maupun belas kasihan-Nya. Apalagi setelah kedatangan Kristus yang kedua kalinya, kita bisa melihat keindahan yang paling maksimal dan sempurna dari Tuhan Yesus (1Kor. 13:12). Namun, di dalam bayang-bayang sekarang pun keindahan Kristus tetap merupakan sesuatu yang utuh di dalam diri-Nya, bukan hanya di dalam karakter-karakter tertentu yang cocok dengan pemikiran kita saja.
Marilah kita dengan rendah hati belajar menerima keindahan Kristus sebagai sesuatu yang utuh dan bukan hanya mencomot sebagian karakter-Nya yang kita mau, dengan demikian kita akan dibawa kepada keindahan sejati dari Sang Raja, Kristus Yesus! (SW)