Antusias pembelajaran theologi yang makin redup adalah salah satu masalah yang terjadi di dalam kehidupan orang Kristen, khususnya kalangan pemuda saat ini. Salah satu alasannya adalah anggapan kurang atau bahkan tidak relevannya pembelajaran theologi dengan pergumulan hidup sehari-hari. Theologi dianggap tidak memiliki dampak bagi kehidupan saat ini, tetapi hanya memberikan data atau informasi saja. Karena itu, hanya hamba Tuhan dan cendekiawan keagamaan yang cocok belajar theologi, tidak untuk orang awam. Hal ini tentu saja sebuah salah pengertian mengenai theologi. Theologi tidak bisa disamakan dengan ilmu alam maupun sosial yang kita peroleh di dunia akademis. Theologi adalah mengenal Allah yang jauh lebih tinggi dan agung daripada manusia. Setidaknya ada 2 theolog yang memberikan pengertian mengenai theologi yang akan kita bahas secara singkat dalam artikel ini, yaitu Herman Bavinck dan John Calvin.
Herman Bavinck menyatakan: ”Mystery is the lifeblood of dogmatics… In truth, the knowledge that God has revealed of Himself in nature and Scripture far surpasses human imagination and understanding.” Bavinck menekankan bahwa theologi adalah pembelajaran untuk mengenal misteri pribadi Allah yang dinyatakan-Nya kepada manusia. Kebenaran dari pribadi yang tidak terbatas dinyatakan kepada pribadi yang terbatas. Sehingga salah satu respons yang seharusnya muncul Ketika belajar theologi adalah rasa kagum dan kerinduan untuk sembah sujud atau beribadah kepada-Nya.
John Calvin menyatakan: “Our wisdom, in so far as it ought to be deemed true and solid Wisdom, consists almost entirely of two parts: the knowledge of God and of ourselves. But as these are connected together by many ties, it is not easy to determine which of the two precedes and gives birth to the other.” Bagi Calvin mengenal Allah dan diri tidak dapat dipisahkan, makin kita mengenal Allah, makin juga kita mengenal diri. Maka theologi yang sejati tidak menjadikan manusia penuh dengan informasi dan data, lalu merasa diri pintar dan hebat. Namun, theologi yang sejati selalu membawa manusia makin rendah hati di hadapan Allah karena sadar betapa bobrok dan berdosanya diri manusia.
Karena itu, sudah seharusnya theologi menjadi kerinduan semua orang percaya. Karena kita ditebus dan diangkat menjadi anak-anak-Nya, agar kita makin mengenal-Nya dan menyembah kepada-Nya. Tanpa adanya theologi yang sejati manusia tidak mungkin mengenal Allah dan diri dengan benar apalagi beribadah dengan benar. Marilah sejak muda kita tuntut pengenalan akan Allah yang benar melalui belajar theologi yang sejati. (SL).