When I Feel God is Silent

Christian Life

When I Feel God is Silent

9 October 2017

Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat menyambung hidup. (Mzm. 22:30)

Membaca ayat ini mengingatkan kita akan Filipi 2:9-11: “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!”

Memimpikan keadilan dalam dunia ini memang tidak akan pernah ada yang sempurna. Kebenaran dan orang yang melakukan kebenaran selalu akan menjadi musuh dunia. Dunia berusaha dengan segala cara untuk menindas kebenaran, dengan demikian orang yang melakukan kebenaran itu sendiri juga akan tertindas. Jenis penindasan bisa bermacam-macam. Bisa berupa ejekan, pengucilan, pemfitnahan, hingga kekerasan fisik yang berujung kepada kematian. Pada saat orang yang melakukan kebenaran mengalami hal-hal seperti itu, mereka terkadang merasa seakan-akan Allah diam, tidak bertindak apa pun, dan terus membiarkan orang tersebut mengalami penderitaan demi penderitaan. Seolah-olah mereka yang menindas kebenaran bisa merajalela melakukan apa saja yang mereka mau melakukan.

Tapi ketika kita membaca ayat di atas, kita diingatkan dan disadarkan bahwa ternyata Allah tidak diam. Ia tidak tidur atau cuek terhadap penderitaan dan kesengsaraan umat-Nya. Semua manusia adalah ciptaan Allah dan semua kuasa yang ada di bumi adalah pemberian atau anugerah Allah. Oleh karena itu, kekuasaan bukanlah datang dari manusia sendiri, sehingga di luar kontrol Allah, tetapi berada di bawah kedaulatan kehendak-Nya.

Lalu apa bagian kita sebagai orang yang menjalankan kebenaran? Tetaplah taat. Tidak lebih dan tidak kurang. Kita dipanggil dan ditebus oleh darah Kristus untuk dimampukan hidup taat selama masih diizinkan hidup di dunia ini. Tujuannya hanya satu, yaitu supaya Allah Sang Pencipta segala makhluk dan segala yang ada di bumi ini, Allah yang tidak menyayangkan Anak-Nya yang Tunggal mati di kayu salib untuk menyelamatkan kita manusia berdosa yang seharusnya dibinasakan ini, dinyatakan dan dipermuliakan sekarang dan selamanya.

Yesus Kristus, Sang Anak itu, telah menjadi teladan dalam ketaatan yang penuh kepada kehendak Allah Bapa di sorga. Saat Dia menjalani kehidupan di dunia, hidup-Nya tidak lepas dari fitnahan demi fitnahan, jebakan demi jebakan, dan penganiayaan demi penganiayaan hingga berakhir di kayu salib. Saat seperti itu seolah-olah Allah diam… hingga saat terpaku di atas kayu salib Yesus berteriak: “Eli.. Eli .. lama sabakh tani..” (Allahku.. Allahku.. mengapa Engkau meninggalkan Aku). Ketaatan dan kesetiaan kepada Allah tidak pernah sia-sia. Kristus bangkit dan Allah mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama.

Lalu, bagaimana dengan orang-orang dan penguasa-penguasa yang pernah menindas-Nya? Mereka harus bertekuk lutut di bawah kaki Yesus dan mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan!

Jadi, apakah saat ini kita sedang mengalami ketidakadilan? Merasa Allah diam padahal kita sudah berusaha hidup dalam ketaatan kepada-Nya? Ingatlah bahwa akan datang waktunya di mana semua orang sombong di bumi akan sujud menyembah kepada-Nya. Di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu dan orang yang tidak dapat menyambung hidup. Bagian kita adalah terus taat kepada Dia, Sang Pemberi Hidup itu, sebagai kesaksian kepada dunia: Dia adalah Allah kita dan kita adalah umat-Nya. (DS)