Who I’d rather be?

Christian Life

Who I’d rather be?

27 August 2018

Banyak dari kita sudah tidak asing dengan Shrek, seorang monster raksasa hijau yang besar dan bau. Shrek senang hidup sendiri tanpa gangguan dari siapa pun. Mengapa? Dia tidak suka dengan reaksi orang lain ketika melihat dirinya: mukanya yang menyeramkan, tubuhnya yang gendut, dan aromanya yang bau. Saat dia berhasil mengecoh naga yang menyeramkan dengan bantuan seekor keledai dan menyelamatkan seorang putri pun, sang Putri Fiona kaget akan kondisi tubuh Shrek yang bukan seorang Prince Charming.

Di malam itu, si keledai sangat bangga akan keberhasilannya menyelamatkan Putri Fiona. Dalam adaptasi pertunjukan Broadway untuk cerita ini, si keledai begitu penuh dengan percaya diri dan berangan-angan bahwa dia adalah seekor kuda yang ditunggangi dalam peperangan ataupun kuda balapan yang begitu keren. Setelah itu, dia bertanya kepada Shrek, “Kalau kamu, kamu mau jadi seperti siapa?” Pada awalnya Shrek tidak mau menjawab pertanyaan tersebut, tetapi akhirnya dia merenungkan pertanyaan itu dan bernyanyi lagu yang berjudul “Who I’d be”.

Di lagu tersebut dia menyatakan bahwa mungkin dia ingin menjadi seorang pahlawan yang memegang pedang dan perisai, atau mungkin boleh menjadi seorang Viking (bajak laut) yang berperang di atas permukaan air, atau mungkin seorang penyair yang boleh dengan fasih menyatakan hal-hal yang dialaminya. Dia menyatakan, “If my wish were granted, life would be enchanted!” (Jika keinginanku dikabulkan, betapa mempesonanya hidup ini).

Setiap dari kita memiliki seseorang yang kita kagumi, bahkan sampai ingin menjadi seperti orang tersebut. Mungkin dia adalah seorang pemain sepak bola yang terkenal, ataupun seorang penyanyi yang dikagumi oleh banyak orang. Mungkin kita kagum kepada aktor dari film favorit kita. Bisa juga seseorang yang kaya raya, ataupun seorang ilmuwan yang begitu pandai dan telah memberikan kontribusi yang begitu penting bagi masyarakat. Kita berharap kita lebih cantik atau tampan, lebih pintar, lebih tinggi, lebih disegani banyak orang, dan seterusnya.

Tetapi Alkitab tidak mengajarkan kita untuk berada dalam kondisi berangan-angan seperti ini. Justru, Tuhan mengajar kita untuk memberikan hidup sepenuhnya dengan kondisi yang Tuhan sendiri telah berikan. Tuhan menerima pemberian yang ada dari kita. Rasul Paulus menulis dalam 2 Korintus 8:12, “Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu.”

Mari kita semua belajar untuk berhenti berangan-angan menjadi seperti orang lain. Kita harus terus menggali dan memupuk setiap talenta yang Tuhan sudah berikan kepada kita. Tuhan telah menciptakan kita sedemikian rupa dan bersyukurlah! Tuhan menerima persembahan berdasarkan apa yang ada pada kita, bukan yang tidak ada pada kita. (EYST)