Why Me, Lord?

Christian Life

Why Me, Lord?

10 June 2019

Di dalam menjalani hidup ini, selalu ada suka dan duka. Anehnya ketika kita mengalami suka, kita nyaris tidak pernah mengeluarkan pertanyaan keluhan atau protes kepada Allah: “Why me, Lord?”, “Mengapa saya, Tuhan?”. Kita menganggap apa yang kita peroleh dan menyukakan kita itu adalah memang maksud atau pemberian Tuhan dalam hidup kita, dan Tuhan tidak pernah salah memberikan itu kepada kita. Kita pantas mendapatkannya. Ketika kita lulus ujian, meskipun kita merasa tidak terlalu bisa mengerjakan soal ujian tersebut, kita dengan bahagia bisa menerima hasil tersebut dengan tidak bertanya: “Why me, Lord?”. Ketika orang di sekitar mengalami bencana alam lebih parah dari kita, kita tidak akan bertanya “Why me, Lord?”. Sebut saja kisah-kisah lain yang menyukakan kita, baik yang kita duga maupun tidak, kita nyaris tidak pernah bertanya: “Why me, Lord?”. Kita tidak protes kepada Tuhan, mengapa “keuntungan” itu terjadi pada kita dan tidak untuk orang lain saja.

Tetapi ketika peristiwa yang membuat kita sedih, menderita, sengsara, kita dengan gampangnya mengeluh kepada Allah: “Why me, Lord?”. Kita menganggap Allah salah dalam memimpin kita, Allah salah merencanakan hidup kita, Allah kurang mampu melindungi dan memelihara kita. Kita lalu membandingkan peristiwa yang kita alami dengan orang lain yang tidak mengalaminya. Kita menganggap Allah pilih kasih. Kita menganggap kita pantas untuk tidak mengalami kesedihan dan penderitaan tersebut. Dan lebih ironi lagi, kita menganggap orang lain yang lebih pantas mengalaminya dibandingkan kita dengan berbagai alasan yang kita utarakan. “Kita lebih baik dari orang lain”, “kita tidak sejahat orang lain”, “kita sudah melakukan sesuatu untuk Tuhan”, “kita sudah melayani Tuhan”, dan lain-lain.

Apakah Tuhan salah merencanakan hidup kita, sehingga kita mengalami segala kesedihan, penderitaan, ataupun sengsara tersebut? Pasti tidak bukan? Dia tidak pernah salah merencanakan dan tidak pernah salah memimpin. Permasalahannya adalah kita yang sulit menerima proses hidup yang Allah berikan dalam hidup kita meski hal itu bertujuan melatih kita agar kita lebih bertumbuh. Allah tahu apa yang terbaik bagi kita. Seluruh peristiwa yang kita alami tidak akan lepas dari kontrol Allah. Bagian kita adalah menaruh hidup kita sepenuhnya di dalam tangan Dia. Biarkan Allah membentuk kita di dalam setiap peristiwa yang ada, karena “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasih Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rm. 8:28). (DS)