Yang Dikandung daripada Roh Kudus, Lahir dari Anak Dara Maria.

Pengakuan Iman Rasuli

Yang Dikandung daripada Roh Kudus, Lahir dari Anak Dara Maria.

14 November 2022

Kalimat ketiga dari Pengakuan Iman Rasuli ini membawa kita kepada salah satu misteri terbesar sekaligus dua doktrin vital di dalam iman Kristen yaitu doktrin inkarnasi (Yesus, Anak Allah, menjadi manusia) serta doktrin dua natur Kristus. Kita dapat lebih memahami doktrin ini dengan membandingkan pengajaran dari Katolik Roma dengan Reformed berkenaan dengan kalimat ketiga ini.
Katolik Roma memberi penekanan pada kata “anak dara”. Marialah yang menjadi fokus bagi Theologi Katolik Roma. Ia diangkat sedemikian rupa sehingga disebut sebagai “Bunda Allah” atau “Ratu Sorga”. Berbeda dengan Katolik Roma, Reformed menekankan kata “lahir”. Yesuslah yang menjadi fokus bagi Theologi Reformed. Anak Allah yang kekal, yang lebih tinggi dari segala sesuatu, merendahkan diri-Nya sedemikian rupa, turun ke dalam dunia yang penuh sengsara ini.
Meskipun Iman Reformed menolak untuk berfokus kepada Maria, Iman Reformed tetap menyetujui, bahkan menganggapnya sebagai hal yang penting, untuk menyebut Maria sebagai Bunda Allah. Hal ini tentu saja bukan untuk meninggikan Maria, tetapi untuk mempertahankan bahwa Yesus adalah satu Pribadi yang memiliki dua natur (Allah dan manusia). Iman Reformed percaya bahwa yang dilahirkan oleh Maria adalah Allah-manusia. Selain itu, sebutan ini juga menjamin bahwa Yesus benar-benar manusia, yang dilahirkan melalui rahim seorang anak dara, dan bahwa Ia telah turun sampai ke level yang sama dengan manusia.
Namun, kita perlu berhati-hati di sini. Walaupun Yesus sama dengan kita dalam segala hal, ada satu perbedaan penting. Yesus tidak dilahirkan di dalam dosa dan Ia pun hidup tanpa dosa. Itulah sebabnya Pengakuan Iman Rasuli mengatakan Yesus lahir dari anak dara (perawan) Maria yang menunjukkan bahwa Yesus lahir bukan secara biasa seperti kita. Apabila Yesus lahir secara biasa (dari persetubuhan laki-laki dan perempuan), maka Yesus akan memiliki natur manusia berdosa. Sebab, siapa yang lahir dari daging adalah daging (Yoh. 3:6). Hal ini diperkuat oleh pernyataan bahwa Yesus lahir dari Roh Kudus. Maka, Yesus lahir secara kudus (tanpa dosa) dan keadaan tanpa dosa yang dimiliki Yesus ini bukanlah hasil dari kesucian Maria (sebagaimana ide dari Katolik Roma), melainkan karena karya Roh Kudus (Luk. 1:35). Maka, kita menyimpulkan bahwa hanya melalui mujizatlah, yaitu ketika Maria mengandung tanpa disetubuhi suaminya, Yesus dapat lahir sebagai manusia sejati, namun tanpa dosa. Dan dasar dari mujizat ini hanyalah karya Roh Kudus.
Mengapa doktrin ini begitu penting? Karena tanpa doktrin ini, tidak akan ada Injil keselamatan bagi orang berdosa. Kita dapat memahami ini melalui pertanyaan dan jawaban dari Katekismus Besar Westminster: “Mengapa kita memerlukan Pengantara yang sepenuhnya Allah dan juga sepenuhnya manusia?” Kita memerlukan Pengantara yang sepenuhnya Allah agar Ia dapat menjaga natur manusia tidak tertelan oleh murka Allah dan kuasa kematian; memberikan nilai dan kemanjuran dari penderitaan, ketaatan, dan perantaraan-Nya; singkatnya, pekerjaan penyelamatan manusia ini sedemikian besar sehingga tidak ada yang dapat melakukannya kecuali Dia adalah Allah sejati. Namun pada saat yang bersamaan, kita juga memerlukan pengantara yang sepenuhnya manusia agar Ia dapat memulihkan natur kita, menjalankan ketaatan kepada Hukum Taurat, menderita, dan menjadi perantara bagi kita di dalam natur kita; singkatnya, karena manusialah yang memerlukan keselamatan, maka pekerjaan keselamatan ini tidak dapat dilakukan kecuali oleh manusia sendiri.
Pengantara yang dapat memperdamaikan Allah dan manusia, haruslah Allah dan manusia. Dan kedua natur ini harus ada di dalam satu pribadi, sehingga karya yang tepat bagi masing-masing natur ini dapat diterima Allah. Dengan kata lain, Pengantara yang dapat menyelamatkan kita haruslah Dia yang dapat menjangkau Allah dan juga menjangkau manusia. Dan hanya Kristuslah yang dapat melakukannya karena Dia adalah Allah dan manusia, dalam dua natur yang berbeda, di dalam Satu Pribadi, selamanya. (MR)