Dari Samuel Kepada Saul

Reforming Heart - Day 13

1 Samuel 12:1-25

Dari Samuel Kepada Saul

Devotion from 1 Samuel 12:1-25

Bacaan hari ini membawa kita pada pidato perpisahan Samuel kepada bangsa Israel. Isi pidato ini dimulai dengan pernyataan Samuel mengenai kesetiaannya kepada kebenaran selama dia memimpin orang Israel. Ayat 3 dan 4 menyatakan integritas Samuel sebagai pemimpin. Dia tidak pernah memeras siapa pun dan tidak pernah merugikan siapa pun. Dia adalah pemimpin yang sangat setia hingga akhir masa dia menjabat sebagai hakim. Tidak ada satu orang pun bisa mengatakan bahwa dia pernah menerima sogok ataupun melakukan kekerasan. Hakim terakhir orang Israel ternyata adalah hakim yang sangat baik dan setia kepada Tuhan. Tetapi sekarang waktunya umat Tuhan dipimpin oleh Saul, sang raja Israel.

Hal berikutnya dari pidato ini adalah peringatan Samuel kepada bangsa Israel untuk takut akan Tuhan. Sejarah Israel bukanlah sejarah yang membanggakan. Israel tercatat berkali-kali tidak setia kepada Tuhan dan karena itu Tuhan menghukum mereka dengan memberikan musuh-musuh yang kuat untuk menaklukkan mereka. Tetapi Samuel tidak ingin bangsa itu hanya mengingat sejarah yang lampau dengan segala kerusakan nenek moyang mereka. Mengingat betapa rusaknya kita di masa lalu tidak akan membuat kita bertobat. Tuhan Yesus menegur dengan keras ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang menyayangkan keberdosaan nenek moyang mereka tetapi tidak sadar kalau merekalah yang akan melakukan dosa terbesar dengan membunuh Tuhan Yesus (Mat. 23:29-32). Mereka mengatakan, “nenek moyang kami telah membunuh para nabi. Alangkah berdosanya mereka! Mari kita bangun kuburan yang bagus untuk memberikan penghargaan kepada para nabi yang telah dibunuh ini. Betapa berdosanya nenek moyang kita!” Tetapi Tuhan Yesus justru mengatakan “celakalah kamu!” Siapakah yang celaka? Bukan nenek moyang mereka tetapi mereka. Bukan Israel zaman dulu, tetapi hari ini, yaitu zaman para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Samuel tidak mau bangsa itu hanya ingat bahwa nenek moyang mereka berdosa. Samuel mengingatkan bahwa generasi yang sekarang pun adalah generasi yang penuh dengan dosa. Salah satu dosa yang besar dari orang Israel pada zaman Samuel adalah mereka telah menolak Tuhan dan meminta raja. Kita tidak akan benar-benar bertobat kecuali kita sadar bahwa kita saat ini adalah orang yang berdosa. Pertobatan orang-orang Kristen adalah pertobatan yang menyadari perlunya ada pertobatan yang terus menerus. Pertobatan bukan satu kali lalu selamanya tidak lagi merasa berdosa. Ada perbedaan yang sangat besar antara orang kudus dengan orang yang merasa tidak berdosa. Merasa tidak berdosa tidak berarti sungguh-sungguh tidak berdosa! Maka Samuel mengingatkan kepada Israel bahwa mereka sedang berdosa karena meminta seorang raja. Bahkan peringatan ini disertai dengan tanda-tanda ajaib. Tuhan mendatangkan guruh dan hujan di tengah-tengah musim yang kering. Mereka sedang berdosa karena meminta seorang raja dengan motivasi menjadi sama seperti bangsa-bangsa lain. Motivasi yang sebenarnya mengandung keinginan untuk menolak Tuhan menjadi raja mereka. Saat ini mereka sedang berdosa. Saat ini mereka, dan bukan nenek moyang mereka, yang sedang berhadapan dengan murka Tuhan.

Tetapi Samuel juga mau mengingatkan bahwa belas kasihan Tuhan juga adalah sesuatu yang diberikan dengan limpah saat ini. Bukan hanya dahulu Tuhan pernah membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir, tetapi saat ini pun Dia tetap memberikan kelimpahan belas kasihan-Nya senantiasa. Jika seseorang salah memahami Allah dengan menganggap bahwa Dia pernah memperhatikan umat-Nya pada zaman yang lampau tetapi tidak lagi pada zaman sekarang, maka dia tidak mungkin sanggup sungguh-sungguh mengasihi Allah. Calvin mengatakan tidak seorang pun dapat mengasihi Allah jika dia tidak tahu bahwa Allah adalah Sumber Hidupnya. Maka biarlah kita terus mengingat bahwa segala hal baik yang kita terima semuanya berasal dari Tuhan (lihat Yak. 1:17). Itulah sebabnya Samuel mengatakan bahwa orang Israel harus mengetahui bahwa Tuhan sedang mengampuni mereka atas permintaan mereka. Bahkan Tuhan sudah memberikan bukti bahwa Dia sudah mengampuni keberdosaan Israel yang menginginkan seorang raja karena tidak lagi mau Tuhan berkuasa atas mereka. Tuhan memberikan bukti itu melalui mengangkat Saul menjadi raja dan memimpin dia beserta seluruh Israel untuk berperang dan menaklukkan bangsa Amon. Kalau dahulu Tuhan mendengar seruan Israel dan memberikan kepada mereka pembebasan melalui para hakim, maka sekarang Tuhan mendengar seruan mereka dan memberikan kepada mereka pembebasan melalui Raja Saul.

Lalu pesan lain lagi yang Samuel berikan adalah peringatan kepada Israel untuk selalu takut akan Tuhan dan setia beribadah kepada Dia dan hanya kepada Dia saja. Tidak ada satu momen pun di mana orang-orang Israel boleh merasa aman dari godaan untuk meninggalkan Tuhan. Godaan untuk menyembah ilah lain bukanlah ancaman masa lalu yang sudah lewat, tetapi merupakan ancaman yang senantiasa ada untuk menyeret dan menjatuhkan Israel ke dalam penyembahan berhala. Jika Israel gagal untuk mempertahankan kesetiaannya kepada Allah, maka Allah akan membuang baik Israel maupun raja mereka. Ini merupakan peringatan yang, sayangnya, terus menjadi kenyataan di dalam sejarah Israel. Mereka dipimpin oleh raja yang tidak mau menyembah Tuhan dan akhirnya membuat seluruh Israel jatuh ke dalam dosa.

Dalam pidatonya ini juga Samuel menyatakan harapannya yang amat besar, yaitu supaya Tuhan jangan membuang umat-Nya demi nama-Nya yang agung (ay. 22). Dia tetap mendoakan umat Allah ini tetapi dia telah memberikan peringatannya juga. Jika raja Israel dan seluruh rakyat terus menerus berbuat jahat, maka Tuhan akan lenyapkan mereka.

Mari renungkan firman Tuhan untuk hari ini dengan melihat hal-hal berikut ini:
1.  Mari kita sadari kalau kita, pada saat ini, adalah orang-orang berdosa yang masih penuh dengan kecemaran. Kita harus menyadari bahwa dosa-dosa kita yang sudah lalu tetaplah merupakan bahaya besar yang sanggup menjatuhkan kita saat ini. Mari hidup dengan sangat hati-hati untuk tetap menaati Tuhan dengan setia. Tidak merasa kuat adalah kekuatan yang besar sedangkan merasa kuat adalah, ironisnya, kelemahan yang besar.

2.  Kita juga terus merenungkan tentang pengampunan yang Allah berikan saat ini. Bukan pengampunan yang lalu, tetapi pengampunan yang Tuhan masih rela berikan untuk segala ketidaksempurnaan kita. Pengampunan atas segala motivasi, perbuatan, dan perkataan, bahkan cara berpikir yang salah yang Tuhan berikan saat ini bagi mereka yang mau mengakui kelemahan dan dosa-dosa mereka dan datang dengan hati yang penuh kegentaran (lihat ay. 19 dan 20).

3.  Biarlah kita juga memperbarui komitmen kita kepada Tuhan senantiasa. Alangkah indahnya relasi dengan Allah jikalau setiap hari adalah hari-hari di mana komitmen terhadap panggilan Tuhan terus menerus diingat dan diperbarui. Kesegaran relasi dengan Tuhan ada di dalam pembaruan komitmen kepada Allah. Yang dimaksudkan di sini bukanlah komitmen yang hanya sebatas janji yang diucapkan kepada Tuhan atau langkah yang diambil untuk maju ketika ada panggilan dalam sebuah KKR. Pembaruan komitmen yang dimaksudkan adalah adanya momen-momen yang dihidupi kembali baik secara hati maupun pengertian. Marilah senantiasa mengingatkan diri kita tentang siapa Allah. Dia yang telah menyelamatkan kita dan memberi kita damai sejahtera di dalam Kristus. Dia yang memimpin seluruh langkah umat-Nya dan memperbarui mereka hari demi hari. Kiranya kasih dan komitmen kita kepada Tuhan selalu segar dan diperbarui sehingga kita sanggup menyembah Dia dengan segenap hidup kita. (JP)

1 Samuel 12:1-25