Dua Mujizat Elisa

Reforming Heart - Day 120

2 Raja-raja 6:1-23

Dua Mujizat Elisa

Devotion from 2 Raja-raja 6:1-23

Kapak yang Mengapung
Mujizat pertama di dalam ayat 1-7 merupakan tanda yang dikerjakan Elisa bagi golongan nabi yang adalah orang-orang miskin. Inilah ciri khas pelayanan Elisa, yaitu melayani di tengah-tengah orang-orang miskin ini sambil juga memberikan tanda-tanda mujizat bagi para raja dan pembesar. Dia tidak ditempatkan secara eksklusif bagi raja-raja dan pembesar, tetapi dia juga bukan orang kecil yang hanya mempunyai kapasitas untuk didengar oleh orang-orang kecil saja. Tetapi siapakah orang-orang kecil ini? Mereka adalah para nabi. Nabi-nabi yang tidak pernah kehilangan kesetiaan kepada Tuhan, tetapi yang berada dalam keadaan hidup yang miskin. Mereka adalah kelompok minoritas di tengah-tengah Israel yang kecenderungan hatinya adalah menyembah berhala. Ayat 1 mengatakan bahwa tempat mereka tinggal sudah terlalu kecil bagi mereka. Mereka terpaksa memenuhi tempat yang terbatas untuk ditinggali banyak orang karena mereka tidak punya tempat lagi untuk tinggal. Tetapi ada kesempatan bagi mereka untuk membangun tempat baru dan karena itu mereka pergi ke sungai Yordan untuk mengambil balok bagi pembangunan ini.

Elisa juga pergi bersama-sama dengan mereka untuk menyaksikan mereka bekerja. Di dalam ayat 5 dikatakan bahwa salah seorang dari mereka mematahkan kapak yang sedang dia pakai sehingga mata kapaknya terjatuh ke air. Bayangkan betapa kekurangannya mereka karena orang itu berteriak-teriak oleh sebab mata kapak yang tenggelam ke dalam air sungai itu. Apakah mata kapak termasuk barang mewah? Tidak. Tetapi mata kapak itu adalah barang pinjaman dan orang yang memakainya tidak punya uang untuk menggantikannya. Tetapi Elisa segera menunjukkan mujizat yang unik, yaitu membuat mata kapak besi itu mengapung di air setelah dia melemparkan sepotong kayu.

Apakah sebabnya bagian ini dicatat? Bagian ini dicatat supaya setiap orang yang membaca menyadari bahwa tanda-tanda ajaib Tuhan dimaksudkan untuk menunjukkan otoritas kenabian Elisa. Lalu mengapa beberapa kali itu dilakukan di tengah-tengah rombongan nabi? Karena Tuhan memberikan perhatian-Nya bukan hanya kepada orang-orang besar dan para raja, tetapi juga orang-orang yang setia kepada-Nya. Walaupun mereka bukan orang penting secara politik, tetapi Tuhan tetap menyatakan bahwa Dia berkenan untuk hadir dan memperhatikan mereka. Bahkan persoalan kapak pun Tuhan tolong melalui Elisa. Kehadiran Tuhan ini secara spesifik juga menyatakan bahwa 7.000 orang yang dikatakan akan tetap setia dan tidak sujud menyembah Baal (1Raj. 19:18) salah satunya adalah para nabi dalam rombongan nabi ini. Golongan inilah yang sedang dipelihara oleh Tuhan sehingga walaupun seluruh Israel dan Yehuda dihancurkan, masih ada golongan sisa ini yang akan melanjutkan rencana Tuhan bagi umat Tuhan (Yes. 10:20-22). Inilah kelompok pengharapan bagi Israel. Seluruh kebesaran para raja dan panglima perang tidak akan sanggup menolong Israel dari kehancuran, tetapi kelompok kecil yang tidak terlihat ini, merekalah yang sanggup membangun kembali Israel dari kehancuran.

Pasukan malaikat yang berjaga
Bagian selanjutnya menceritakan pengepungan Aram terhadap Elisa. Elisa dibenci oleh orang-orang Aram karena melalui nasihatnya semua rencana mereka untuk menjebak raja Israel gagal. Kelompok-kelompok tentara Aram berusaha untuk menghadang raja Israel lalu membunuh dia di dalam penghadangan itu. Tetapi Elisa selalu mengetahui di mana mereka akan menghadang, dan dia selalu memberitahukan kepada raja Israel. Berkali-kali raja Israel luput dan itu membuat panas hati raja Aram. Maka raja Aram mengutus sejumlah tentara yang besar untuk menangkap Elisa. Ini adalah peperangan dari dunia politik kepada hamba Tuhan. Dunia politik yang sebenarnya diberikan kepercayaan oleh Tuhan untuk menjadi wakil dari keadilan dan penghukuman Tuhan, sekarang justru mendirikan konsep keadilan sendiri yang menghancurkan konsep keadilan yang sejati. Mereka menjadi penentang Tuhan dan para hamba-Nya. Tetapi, menghadapi pemimpin-pemimpin dunia ini dengan segala kekuatan dan senjata mereka bukanlah hal yang gampang. Sangat menakutkan jika mereka telah memusuhi kita dan berusaha dengan segenap tenaga mereka untuk menghancurkan kita. Tetapi jika Tuhan di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita (Rm. 8:31)?

Ayat 15 mencatat bagaimana pelayan Elisa ketakutan ketika melihat pasukan besar tentara telah mengepung seluruh kota dan tengah bersiap untuk mencari Elisa. Orang Aram itu datang dengan pasukan yang cukup besar untuk mengepung sebuah kota tanpa benteng yang kecil. Jadi pasukan itu bukanlah pasukan Aram dengan kekuatan penuh. Tetapi untuk mengurung sebuah kota kecil tak berbenteng dan menangkap satu orang, tentu kekuatan ini sudah sangat lebih dari cukup. Ayat 16 mencatat bagaimana besarnya iman Elisa. Dia dengan tenang mengatakan bahwa tentara yang menjaga dia lebih banyak dari pada yang mengepung dia. Ayat 17 mencatat bahwa Elisa berdoa supaya pelayannya bisa melihat kekuatan tentara pelindung mereka. Ketika mata pelayan itu dibukakan, barulah dia melihat pasukan sangat besar yang sanggup memenuhi seluruh gunung itu. Bukan saja pasukan itu berjumlah jauh lebih besar daripada pasukan Aram yang mengepung mereka, tetapi pasukan itu juga mengendarai kereta kuda berapi. Kendaraan yang “dipinjamkan” kepada Elia ketika dia terangkat ke Surga.

Setelah menyadarkan pembantunya tentang pasukan pelindung itu, Elisa memanjatkan doa yang berikutnya, yaitu agar tentara Aram itu dibutakan matanya. Di dalam kebutaan mereka, Elisa menuntun seluruh tentara untuk mengikuti dia dan berjalan sekitar 12 mil untuk tiba di Samaria, ibu kota Israel. Setelah tiba di tengah-tengah Samaria, Elisa berdoa kepada Tuhan agar mereka dapat melihat kembali. Setelah mengalami putus asa karena kebutaan yang Tuhan berikan, sekarang, setelah mampu melihat kembali, para tentara Aram itu jauh lebih putus asa lagi. Tiba-tiba saja mereka telah berada di pusat kekuatan Israel dengan sangat banyak pasukan tentara Israel yang berjaga. Tentu saja, melihat pasukan besar tentara Aram yang tidak berdaya tengah dipimpin Elisa masuk ke tengah-tengah pusat militer Israel, para pasukan raja Yoram segera bersiap untuk membantai tentara Aram itu seluruhnya. Tetapi sebelum mereka bertindak, raja Yoram bertanya apakah boleh para tentara Aram itu dibunuh semua? Elisa menjawab bahwa mereka bukan lagi tentara Aram dalam keadaan siap perang. Mereka sudah sama dengan tawanan yang tidak berdaya. Apakah boleh membunuh tawanan yang tidak punya kekuatan lagi? Berarti Elisa sedang menunjukkan bahwa Tuhanlah, melalui Elisa, yang menaklukkan para pasukan Aram itu tanpa kontak senjata, dan Tuhan jugalah, juga melalui Elisa, yang sedang membawa mereka masuk ke Samaria sebagai tawanan perang yang telah ditaklukkan. Permintaan Elisa berikutnya di dalam ayat 22 lebih aneh lagi. Elisa meminta orang-orang Samaria (termasuk raja dan segenap tentara Israel) menjadi tuan rumah untuk mengadakan perjamuan besar bagi para tentara Aram itu. Mereka dijamu dengan makanan dan minuman, diterima sebagai tamu, dan dilepaskan seperti tuan rumah melepas para tamu yang datang untuk pesta dan jamuan makan. Para pasukan Aram itu menjadi setia kepada Israel karena Elisa dan belas kasihan yang mereka terima dari raja Yoram. Sejak saat itu mereka tidak pernah lagi mau menyerang daerah Israel (ay. 23).

Demikian besar penyertaan Tuhan bagi Israel, baik orang-orang kecil yang miskin, yaitu para golongan nabi, dan juga bagi raja Yoram dan para pemimpin Israel. Tuhan berkuasa atas takhta kerajaan, tetapi Dia juga memperhatikan orang-orang kecil di bawah. Kiranya sebagai orang Kristen kita juga mengejar untuk memiliki pengaruh untuk orang-orang besar, demi kemuliaan nama Tuhan, sambil terus mengingat mereka yang miskin dengan kesadaran penuh bahwa Tuhan memerhatikan mereka. Kiranya keseimbangan untuk menjangkau seluruh golongan boleh dilakukan gereja Tuhan dengan sepenuh-penuhnya. (JP)

2 Raja-raja 6:1-23