Goliat

Reforming Heart - Day 20

1 Samuel 17:1-22

Goliat

Devotion from 1 Samuel 17:1-22

Di tengah berbagai-bagai kemenangan yang Saul sudah alami ternyata ada satu musuh yang terus menerus bangkit untuk menjadi lawannya. Filistin menjadi lawan Israel yang baru akan ditaklukkan pada zaman Daud. Sebenarnya Tuhan menginginkan Saul menjadi alat untuk menghancurkan Filistin tetapi dia gagal. Dia tidak mau menunggu Samuel datang untuk memberikan petunjuk ketika pertempuran pertamanya dengan orang Filistin terjadi (1Sam. 10:8; 13:8-9) maka dia pun gagal menang mutlak atas Filistin. Pertempuran kedua, ketiga, dan seterusnya Saul kembali gagal karena dia malah mengusir panglima muda yang dia miliki, yaitu Daud. Bahkan akhirnya Saul harus mati di tangan orang Filistin. Daud yang begitu sukses malah dianggap sebagai ancaman oleh Saul. Dengan tidak adanya Daud karena Saul mengusirnya, maka Saul kehilangan kekuatan yang begitu besar. Inilah kebodohan pemimpin yang paranoid seperti Saul, mengusir kawan yang lebih berbakat dari dirinya sehingga akhirnya dia harus membayar kebodohan ini dengan nyawanya sendiri. Pada bacaan kita hari ini Israel mulai terdesak oleh Filistin. Ayat 1 mengatakan bahwa Filistin mulai mendesak Israel sampai sejauh daerah Sokho di Yehuda. Menurut pemetaan kekuatan pada zaman itu, Filistin telah masuk ke dalam daerah Israel hingga lebih dari 20 km. Kesulitan makin bertambah bagi Israel karena mereka harus menghadapi seorang tentara musuh yang benar-benar membuat mereka takut. Musuh itu adalah seorang bernama Goliat. Goliat adalah seorang yang sangat menakutkan. Tingginya hampir tiga meter! Saul lebih tinggi dari bahu ke atas dibandingkan dengan orang Israel lainnya, tetapi Goliat membuat Saul kelihatan seperti anak kecil bila dibandingkan dengan Goliat. Gambaran yang diberikan tentang persenjataan Goliat juga sangat mengagumkan. Seorang ahli Perjanjian Lama bernama J. P. Brown mengatakan bahwa gambaran persenjataan Goliat adalah gambaran yang menggabungkan senjata dari beberapa kebudayaan besar. Gabungan yang baru menjadi umum pada zaman abad ke-7 SM. Berarti Goliat mendahului kebiasaan perang pada zamannya dengan kecanggihan teknologi yang baru dipergunakan secara umum sekitar 200 tahun kemudian. Seorang tentara yang sangat terlatih dengan persenjataan normal pada zaman itu bukanlah lawan yang seimbang bagi Goliat. Jadi, jika bukan karena penyertaan Tuhan, bisakah seorang gembala kambing domba sekaligus pemain kecapi bersenjatakan batu dan katapel menjatuhkan Goliat? Tidak mungkin!

Tuhan mengirimkan musuh yang sangat kuat bagi Israel. Ini semua untuk membuat Israel menyadari bahwa Tuhanlah sumber kekuatan mereka. Sering kali kita gagal menghargai kekuatan Tuhan sebelum kita menghadapi lawan yang sangat menakutkan. Kalau lawan kita begitu menakutkan dan kita tidak mungkin mengalahkannya, barulah kita sadar betapa kita memerlukan Tuhan. Goliat adalah contoh yang Tuhan berikan untuk umat-Nya, Israel. Tetapi Tuhan juga memberikan “Goliat” tiga meter untuk menjadi lawan kita sekarang sehingga kita sadar betapa pentingnya bergantung kepada Tuhan. Hanya Tuhan tempat sandaran kita, dan kalimat ini sering kali baru diamini setelah Tuhan mengirim Goliat versi modern. Gereja Tuhan harus menghadapi begitu banyak kesulitan sejak kelahirannya di dalam dunia ini. Gereja harus menghadapi kerajaan Romawi, tantangan bangsa-bangsa penyembah berhala, dan kekuatan dunia ini. Tetapi gereja bisa terus bertahan karena Tuannya, yaitu Yesus Kristus, Tuhan kita, tidak pernah membiarkannya sendiri. Saudara dan saya juga akan (atau mungkin sedang) mengalami musuh yang terlalu kuat untuk kita hadapi. Musuh itu siap untuk menelan kita dengan mulutnya yang sangat mengerikan. Apakah daya kita? Yang dapat kita harapkan hanyalah menantikan pertolongan Tuhan.

Maka Israel pun menantikan pertolongan Tuhan. Dan Tuhan masih mengasihani Israel sehingga Dia memberikan pertolongan. Pertolongan dari Tuhan tidak pernah terlambat, tetapi sering kali tidak disangka-sangka. Ayat 8 dan 9 mengatakan bahwa Goliat menantang tentara Israel untuk bertarung satu lawan satu dengan mereka. Siapakah yang akan maju? Tidak ada seorang pun. Semua tentara itu sangat ketakutan melihat Goliat. Tetapi Tuhan mengutus calon raja Israel, yaitu Daud. Siapakah yang menyangka bahwa anak muda ini adalah calon raja Israel? Tetapi Tuhan ingin memperkenalkan Daud ke seluruh Israel dengan mendatangkan dia ke tempat perkemahan. Sebenarnya alasan kedatangannya bukanlah untuk berperang, melainkan untuk membawakan roti dan makanan bagi kakak-kakaknya. Inilah sang penyelamat Israel. Seorang anak muda pembawa roti yang belum pernah berperang sebelumnya. Semua orang pasti akan menghina cara Tuhan ini. Anak pengantar roti menjadi pahlawan perang? Bagaimana mungkin dia bisa mengalahkan Goliat? Tetapi semua keraguan bungkam ketika batu yang diumban Daud terbenam ke dalam otak Goliat.

Terkadang pengalaman iman seperti ini kita perlukan untuk bergantung kepada Allah. Iman yang beri menang, iman umat Tuhan yang telah melewati ujian-ujian besar, inilah yang perlu kita warisi. Orang Kristen perlu belajar berani, perlu belajar untuk mempunyai perasaan marah ketika nama Tuhan dihina, dan perlu mempunyai keberanian menatap wajah musuh yang paling besar sekalipun sambil mengatakan, “saya tidak akan menyerah!” Inilah iman yang sejati. Iman yang berani mendoakan hal-hal besar, tetapi juga mendorong kita untuk berjuang bagi hal-hal besar. Iman yang menundukkan wajah di hadapan Tuhan tetapi berani menantang wajah setan sambil berkata, “aku akan melawanmu sampai engkau lari!” (Yak. 4:7). Di manakah iman seperti ini sekarang? Sangat sedih kalau kita menjadi generasi Kristen yang pengecut. Hanya berani bersembunyi dan terus hidup di dalam kekalahan. Kalah terhadap dosa. Kalah terhadap setan. Kalah terhadap penguasa dunia. Kalah terhadap ketakutan-ketakutan kita sendiri. Kalah terhadap kesulitan-kesulitan. Bagaimana caranya supaya kita bertobat dari sifat pengecut kita? Caranya adalah dengan menghadapi Goliat-goliat yang Tuhan kirim untuk kita hadapi dengan berani. Hadapi dengan menantikan pertolongan Tuhan. Ada gereja-gereja yang diancam oleh lingkungan sekitar, ada orang-orang Kristen yang hidup di dalam lingkungan yang penuh dosa, ada juga orang-orang Kristen yang harus menghadapi aniaya dunia ini, semua kesulitan ini bagaikan kesulitan orang Israel yang harus menghadapi Goliat. Inilah pelatihan yang Tuhan kirim. Apakah, atau siapakah yang begitu menakutkan kita tetapi harus kita hadapi saat ini? Itulah Goliat kita. Maka, pelatihan iman yang pertama adalah Tuhan mengirim Goliat.

Lalu pelatihan iman yang berikutnya adalah Tuhan membebaskan dari Goliat tersebut dengan cara yang sangat tidak disangka. Itulah sebabnya Yakobus 4:7 mengatakan tunduklah kepada Allah. Tunduk dulu kepada Allah, baru bisa melawan iblis. Jika kita tidak pernah tunduk kepada Allah, kita akan dikunyah habis oleh iblis! Iblis bukan lawan yang enteng. Dia lebih mengerikan dari ribuan Goliat! Beranikah kita menantang iblis? Tidak mungkin. Iblis akan genggam leher kita dan membanting kita ke dalam lumpur dosa! Karena itu, tunduklah kepada Allah! Orang-orang Kristen yang masih main kuasa gelap, tidak sadarkah iblis sedang menyeretmu ke neraka untuk dibakar di sana bersama-sama dia? Orang Kristen yang terus hidup di dalam dosa, kapan engkau bisa bangkit untuk menang? Mengapa terus hidup di dalam kekalahan dosa? Seks, uang, alkohol, rokok, obat-obatan, kesenangan-kesenangan yang menjadi candu, sampai kapan semua ini terus menjadi penguasa yang menundukkan kepala kita di bawah injakan kaki mereka? Sampai kapan kita mau diperbudak, hai orang-orang bodoh? Bangkit! Tunduklah kepada Allah dan lawanlah iblis! Tunduklah kepada Allah dan kita akan melihat “Daud” yang Tuhan utus untuk memenggal kepala “Goliat”. Seorang gembala domba muda yang hanya bertugas mengantar roti pun dapat Tuhan bangkitkan untuk membuat setan lari terbirit-birit dan memberikan kita kemenangan. Mari belajar tunduk kepada Allah, tinggalkan dosa-dosa kita, dan nantikan keselamatan yang dari Dia. (JP)

1 Samuel 17:1-22