Hari ini selain membaca Kitab 1 Samuel, kita juga melihat Mazmur 54. Mazmur ini adalah pengajaran klasik tentang doa. Pendahuluan Mazmur ini mengatakan bahwa latar belakang seruan doa ini adalah 1 Samuel 23:14-28. Mari kita lihat Mazmur 54 terlebih dulu.
Mazmur 54 menggambarkan doa yang sangat indah. Bagian pertama (ay. 3-5 LAI) adalah permohonan kepada Tuhan, sedangkan bagian kedua (ay. 6-9 LAI) adalah pujian karena doa yang terkabul. Mazmur ini mengingatkan kepada kita untuk tekun memanjatkan doa yang utuh seperti ini. Permohonan dan ucapan syukur untuk tiap doa yang terkabul. Orang yang sungguh-sungguh berdoa pasti berseru dengan sungguh-sungguh. Sudahkah orang yang sama bersyukur dan memuji Tuhan dengan sungguh-sungguh karena doanya terjawab? Permohonan yang tulus diimbangi dengan pujian yang berlimpah-limpah adalah salah satu cara kerohanian kita dapat bertumbuh. Sebaliknya, jika kita hanya tahu memohon, mengeluh, meminta, tetapi tidak pernah membiasakan diri bersyukur untuk apa yang Tuhan telah kabulkan, maka kerohanian kita akan menjadi kerohanian seorang yang terus menuntut Tuhan dan menganggap wajar kalau Tuhan mengabulkan doanya. Tidak! Tuhan mengabulkan doa sebenarnya adalah hal yang tidak wajar! Tuhan tidak berkewajiban untuk menjawab doa kita. Apalagi kalau kita mengakui bahwa kita adalah orang yang tidak layak. Kita tidak boleh menempatkan Tuhan sebagai yang berkewajiban menjawab segala yang kita mau. Tetapi seorang yang tidak pernah memohon kepada Tuhan juga berada dalam keadaan rohani yang parah. Tidak mungkin kekuatan kita sendiri cukup untuk melewati hidup hari demi hari. Yang merasa kekuatannya cukup sedang ditipu oleh penyakit percaya diri palsu. Tetapi kalau memang seseorang sadar bahwa dia tidak sanggup, namun menolak untuk datang kepada Allah dalam doa, bukankah itu berarti dia memohon kekuatan kepada sumber yang lain di luar Allah? Itu sebabnya mengaitkan kedua hal ini sangat penting. Doa memanjatkan permohonan dan doa mengucap syukur untuk doa yang Tuhan kabulkan adalah sangat penting.
Bagian pertama doa menggambarkan tentang keadaan seseorang yang sedang terjepit tetapi tidak melupakan bahwa Allah adalah tempat dia berseru. Dia berseru agar Allah mendengarkan seruannya karena dia sedang ditindas oleh musuhnya. Dia sedang diperlakukan tidak adil dan dia ingin meminta keadilan kepada Allah. Dia tidak meminta berdasarkan keserakahan hatinya yang ingin dipuaskan dengan harta atau kenikmatan hidup. Dia hanya memohon supaya terjadi keadilan. Ini adalah doa yang dengan sungguh-sungguh peka menginginkan agar keadilan Tuhan menjadi nyata di dunia. Biarlah kebenaran Tuhan menunjukkan siapa yang kudus dan siapa yang cemar. Biarlah keadilan Tuhan memberikan hukuman kepada mereka yang menyelewengkan keadilan. Biarlah penindas dan pelaku kejahatan benar-benar mendapatkan ganjaran yang sepantasnya mereka terima. Inilah doa yang didorong oleh perasaan yang kuat tentang sifat adil dan suci Allah, tetapi ini juga doa yang dipanjatkan dari pergumulan hati yang paling dalam. Marilah kita belajar memanjatkan doa kepada Allah dengan mengingat untuk senantiasa memuji nama-Nya yang kudus bila Dia ternyata rela menjawab doa kita.
Bagian kedua menyatakan puji-pujian kepada Tuhan karena Dia telah melepaskan sang Pemazmur ini dari kejahatan. Ini adalah ucapan syukur yang masih menantikan kepenuhannya yang sejati di dalam kedatangan kedua Kristus. Tuhan sudah memberi keadilan, tetapi masih belum final. Masih banyak hal yang belum digenapi dan masih menanti kegenapannya dalam kedatangan kedua Kristus. Pemazmur bersyukur dalam bagian ini karena Allah membalikkan kejahatan kepada mereka sendiri. Mereka binasa karena Allah tetap di dalam sifat-sifat yang dimiliki-Nya. Kebencian kepada musuh bukanlah alasan utama musuh itu harus dibinasakan. Kecintaan kepada sifat setia Allah adalah alasan utamanya. Pemazmur mengatakan bahwa korban persembahan dan segala hal yang berkait dengan ibadah kepada Allah dijalankannya dengan rela sebagai ucapan syukur bahwa Allah telah melepaskan dia dari segala kesesakan dan himpitan musuh.
Sekarang, dengan melihat penjelasan dari Mazmur 54 tadi, mari kita lihat 1 Samuel 2:25-28. Daud memohon Tuhan sendiri yang mengadili antara dia dengan Saul. Apakah Saul layak mengejar-ngejar dia seperti yang dilakukannya sekarang? Mazmur 54 mengatakan bahwa yang mengejar-ngejar Pemazmur adalah orang yang tidak memedulikan Allah. Saul adalah raja yang Allah sendiri urapi tetapi tidak lagi berfungsi sebagai wakil Allah dalam memimpin bangsa Israel. Dia sudah menjadi ilah bagi dirinya sendiri. Saul lebih memilih untuk keluar dengan ribuan orang dan memburu sekelompok orang dengan 600 anggota, yaitu Daud. 1 Samuel 23:26 mengabarkan dengan sangat jelas bahwa begitu dekatnya Daud dengan kematian sehingga hanya sebuah bukit yang memisahkan mereka. Tetapi waktu keselamatan Tuhan tiba dengan cara yang sangat indah. Ketika sepertinya tidak ada harapan, tangan Tuhan memberikan pembebasan bagi Daud. Saul mendengar berita bahwa Filistin menyerang Israel, maka dia harus menghentikan pengejaran dan kembali ke negerinya. Saul berkali-kali memakai kekuatan yang sangat besar untuk mengejar Daud. Kekuatan yang akhirnya tidak lagi difokuskan untuk menghancurkan Filistin. Apakah tujuan pengangkatan Saul? Salah satunya adalah untuk menaklukkan Filistin (1Sam. 9:16). Tetapi apakah yang dilakukan Saul? Dia mengatur mata-mata, mengirim orang untuk mencari Daud, mengorganisir tentaranya, dan memberikan segenap kekuatan untuk memburu Daud, bukan untuk menghancurkan Filistin. Mempertahankan takhta menjadi prioritas satu-satunya bagi Saul. Dan karena kegagalannya untuk memberikan fokus untuk mengalahkan Filistin, pada akhirnya Filistin menjadi semakin kuat dan Saul semakin lemah.
Tuhan menguji Daud dengan memberikan kesulitan demi kesulitan, tetapi pada waktu yang tepat Dia memberikan kelegaan kepada Daud. Ayat 26 mengatakan bahwa Daud sudah hampir terkepung. Ini berarti Saul membagi pasukannya menjadi dua dan sudah berhasil mengepung pasukan Daud. Pasukan Daud telah terperangkap di tengah-tengah. Tetapi pertolongan Tuhan datang tepat sebelum Daud dan pasukannya menjadi korban dari Saul. Inilah sebabnya ucapan syukur Daud di dalam Mazmur 54 begitu limpah. Dia menyadari betapa dekatnya dia dengan maut, tetapi Tuhan menolong dia. Inilah pembentukan berikut bagi Daud. Daud yang begitu berani, maju menghadapi Goliat sekalipun, ternyata harus dihantam berkali-kali dengan ketakutan dan kegentaran. Daud bukanlah pahlawan gagah perkasa yang tidak pernah takut terhadap apa pun. Dia adalah orang biasa yang diajar beriman oleh Tuhan. Bukan kehebatan Daud, tetapi pembentukan Tuhanlah yang menjadikan Daud raja yang diperkenan Tuhan.
Pembentukan Tuhan begitu unik, tetapi dalam banyak hal begitu membuat kita ketakutan dan terjepit. Tetapi di tengah-tengah keadaan terjepit Tuhan memberikan kelegaan tepat pada waktunya. Dia tidak memberikan kelegaan ketika keadaan masih baik. Itu belum membawa Daud pada kesadaran akan nyawa yang berada di ujung tanduk. Dia juga tidak terlambat sehingga Daud dibinasakan oleh Saul. Dia memberikan pertolongan-Nya sehingga Daud mengimani Allah sebagai tempat perlindungannya yang teguh.
Marilah kita belajar setia dan beriman di dalam apa pun pembentukan Tuhan di dalam hidup kita masing-masing. Kita tidak mendapatkan ujian seperti Daud, tetapi tidak mungkin tidak ada ujian apa pun. Mari kita bersiap dan menantikan kelegaan yang dari Tuhan di tengah-tengah segala kesulitan itu. Biarlah kita dibentuk sedemikian rupa sehingga seruan doa dan ucapan syukur kita mencerminkan kerohanian yang sungguh-sungguh teruji. (JP)