Iman Yonatan

Reforming Heart - Day 15

1 Samuel 14:1-23

Iman Yonatan

Devotion from 1 Samuel 14:1-23

Bacaan hari ini mencatat kemenangan yang Allah berikan bagi Israel. Catatan kemenangan yang tentunya akan menjadi jauh lebih spektakuler andaikata Saul menaati firman Tuhan dan Samuel masih bersama-sama dengan dia. Tetapi faktanya Saul gagal mendengarkan firman dan Samuel sudah meninggalkan dia (lihat 1Sam. 13:15, terjemahan alternatif: Kemudian Samuel bangkit dan memisahkan dirinya dari Gilgal ke Gibea Benyamin). Tetapi Tuhan tetap menyertai Israel. Tuhan memberikan kesempatan kepada Saul untuk bertobat dari ketidakpercayaannya dan belajar untuk mengandalkan Allah. Alangkah sabarnya Tuhan. Saul tidak percaya? Dia masih bersedia menunjukkan bukti penyertaan-Nya melalui kemenangan luar biasa yang diperoleh Yonatan, anak Saul. Yonatan mempunyai iman kepercayaan yang sangat besar kepada Allah. Dia berperang dengan hanya disertai satu orang untuk melawan sepasukan Filistin. Bahkan di waktu yang akan datang dia juga akan begitu beriman dengan keputusan Allah menyingkirkan Saul (dan, tentu saja, termasuk dirinya), dan memilih Daud. Bahkan dia mengikat janji dengan Daud seolah-olah Daud sudah benar-benar menjadi raja (1Sam. 20:15-16).

1 Samuel 14:1 mencatat bahwa Yonatan mengajak pembawa senjatanya untuk pergi ke dekat salah satu pasukan Filistin untuk menyerang mereka. Dikatakan juga bahwa Yonatan dan bujangnya itu pergi diam-diam. Mengapa diam-diam? Mungkin karena Saul tidak juga mengambil keputusan mau bertindak seperti apa. Saul mulai menunjukkan diri sebagai pemimpin yang tidak punya keahlian sama sekali selain mempertahankan takhta. Banyak pemimpin seperti ini. Hanya tahu strategi memenangkan suara, menjaga popularitas dan elektabilitas, tetapi tidak becus memimpin. Hanya tahu menjaga takhtanya dari ancaman orang lain, tetapi tidak tahu menjaga rakyatnya dari kekacauan. Hanya tahu menikmati posisi sebagai penguasa tanpa pernah tahu akan mengarahkan rakyatnya ke mana.

Tetapi Yonatan berbeda dengan ayahnya. Dia tidak mempedulikan namanya ataupun takhtanya. Dia hanya ingin kemenangan bagi umat Tuhan. Maka dia pun bertindak demi umat Tuhan. Ayat 3 mengatakan bahwa Ahia, salah satu keturunan Eli, adalah yang memakai baju Efod. Ini berarti dialah yang menjadi imam untuk mencari kehendak Tuhan di dalam peperangan itu. Dialah yang seharusnya memberikan firman dari Tuhan mengenai apa yang harus dilakukan Israel di medan perang. Tetapi ayat 3  ini mengatakan bahwa keputusan Yonatan untuk bertindak bukanlah berasal dari imam Ahia. Keturunan Eli masih memakai baju Efod tanda keimaman, tetapi tidak lagi mempunyai otoritas untuk mengarahkan umat Tuhan dalam perang. Tuhan bekerja melalui gerakan hati Yonatan, dan tidak lagi memakai keturunan Eli, sebagaimana telah dinubuatkan dalam 1 Samuel 3:13-14. Ahia masih menjabat sebagai imam sebagai jabatan kosong, karena fungsi imam tidak lagi ada padanya. Tuhan sedang menyatakan hukuman-Nya bagi keluarga Eli sebagaimana dalam kisah selanjutnya Dia menghukum Saul yang memberontak kepada Tuhan. Baik Ahia maupun Saul sama-sama menduduki suatu jabatan kosong: jabatan tanpa fungsi.

Orang yang menjabat sebagai pemimpin, baik politik maupun agama, yang mendapat penghormatan, fasilitas, dan penghargaan sebagai pemimpin juga akan sia-sia kalau Tuhan tidak memakainya. Untuk apa mencari jabatan kalau ternyata tidak berfungsi? Tetapi Yonatan memutuskan untuk melakukan sesuatu. Ayat 6 menunjukkan iman Yonatan. Tidak sulit bagi Tuhan untuk menolong meskipun hanya dua orang yang pergi berperang melawan sepasukan musuh di perkemahan mereka. Tetapi ayat 9 dan 10 menyatakan keberserahan penuh mereka kepada kehendak Tuhan. Kalau Tuhan mau, pasti terjadi, walaupun Tuhan tidak wajib melakukannya. Doa kita akan menjadi doa yang penuh dosa kalau hanya melihat ayat 6. Ayat 6 perlu diimbangi dengan ayat 9 dan 10. Pertanyaannya bukanlah “apakah Tuhan sanggup?” tetapi “apakah Tuhan mau melakukannya?” Tidak seorang pun bisa memonopoli Tuhan dengan permohonan yang diberi label “iman”. “Saya yakin dan percaya bahwa Tuhan sanggup menolong! Tetapi saya juga harus yakin dan percaya bahwa Dia tidak harus menolong!” Tuhan tidak mempunyai kewajiban apa pun terhadap kita. Tuhan tidak mempunyai keharusan untuk bertindak sesuai dengan yang kita inginkan.

Dengan iman yang sejati dan keberanian sejati Yonatan bertindak bagi umat Allah. Keberanian yang sama dengan yang terdapat pada Daud ketika dia menghadapi Goliat. Iman dan keberanian yang membuat kita berpikir, kenapa Tuhan tidak menyingkirkan Saul dan mengangkat Yonatan untuk menjadi raja? Bukankah dia memiliki segala kualifikasi yang diperlukan? Yonatan tidak akan pernah menjadi raja karena Tuhan sudah menyingkirkan ayahnya beserta dengan seluruh keturunan ayahnya, termasuk dia. Maka kita bertanya lagi, mengapa Tuhan menyingkirkan orang beriman dan berani seperti Yonatan? Pertanyaan ini tidak akan dijawab karena ini sebenarnya pertanyaan yang salah. Lalu pertanyaan yang seharusnya itu yang seperti apa? Pertanyaan yang seharusnya adalah mengapa di tengah-tengah keturunan Saul yang sudah disingkirkan tetap ada orang beriman dan pemberani seperti Yonatan yang Tuhan bangkitkan? Mengapa di tengah-tengah garis keturunan Saul, bahkan anak Saul sendiri, Tuhan izinkan ada seorang pahlawan besar seperti Yonatan? Cara bertanya seperti ini membuat kita peka melihat anugerah kebaikan Tuhan kepada orang yang disingkirkan sekalipun. Tuhan tetap membangkitkan Yonatan menjadi pahlawan besar meskipun dia adalah anak Saul, raja yang menghina Tuhan dan yang akhirnya Tuhan singkirkan.

Kisah selanjutnya dalam ayat 12-16 adalah inti dari bacaan kita hari ini. Alkitab mengatakan bahwa Tuhan menyerahkan orang-orang Filistin ke tangan Yonatan. Lalu setelah itu timbul kegentaran yang dari Allah menimpa seluruh perkemahan orang Filistin. Barulah kita mengerti, kisah kepahlawanan Yonatan hanyalah prelude dari kisah utama, yaitu Allah yang berperang bagi Israel. Aksi Yonatan hanyalah pendahuluan dari aksi Allah mengacau-balaukan orang Filistin. Event utama bacaan kita bukanlah betapa hebatnya Yonatan, tetapi betapa dahsyatnya Allah Israel. Dialah Pahlawan sejati bagi bangsa Israel sejak dari Mesir, di padang gurun, perang Kanaan, zaman hakim-hakim, hingga zaman raja Saul, bahkan sampai seterusnya. Tuhanlah yang bekerja. Dialah yang berkuasa. Dialah yang harus dipermuliakan. Kita tidak pernah mungkin menjadi pusat sorotan. Itulah sebabnya Tuhan sangat memakai orang-orang rendah hati, sebab orang-orang seperti ini sadar bahwa mereka harus menghindari spotlight dan menjadi aktor utama. Mereka sadar mereka tidak memiliki hak maupun kemuliaan untuk mendapat penghormatan sedemikian. Karena kesadaran itu mereka memberikan segala hormat dan kemuliaan kepada nama Allah saja. Sebaliknya dengan Saul, dia mau menjadi tokoh utama. Itulah sebabnya dia gagal.

Ayat 20 menunjukkan cara Tuhan menghancurkan Filistin. Kalau dalam 1 Samuel 13:22 mengatakan bahwa Israel tidak memiliki pedang dan lembing, maka ketika Tuhan bertindak, Dia memakai pedang dan lembing orang-orang Filistin sehingga mereka saling menikam satu dengan yang lain.

Mari renungkan sifat-sifat yang dimiliki Yonatan:
1.  Dia beriman dan sungguh-sungguh berani bertindak demi nama Tuhan. Orang-orang Kristen seharusnya adalah orang-orang paling berani. Berani untuk mengampuni. Berani untuk mengasihi. Berani untuk bertindak dengan cara Tuhan demi kemuliaan nama Tuhan.

2.  Dia berserah kepada kehendak Tuhan. Dia tidak pernah merasa kalau Tuhan harus mengikuti keinginan dia. Jika Tuhan berkenan, maka Dia akan memberikan kemenangan. Jika tidak, maka jadilah kehendak-Nya.

3.  Dia menjadi contoh bagaimana Tuhan tetap memberkati orang yang setia kepada Dia, meskipun orang tersebut berasal dari kaum yang sudah menghina Allah dan menolak Dia.

4.  Dia siap untuk turun dari panggung dan memberikan kemuliaan kepada Allah. Allah yang menghancurkan Filistin, bukan dia. Kemenangannya tidak merebut hak Tuhan untuk dipermuliakan. (JP)

1 Samuel 14:1-23