Kedatangan Sang Raja Israel #2

Reforming Heart - Day 491

Yohanes 12:20-33

Kedatangan Sang Raja Israel #2

Devotion from Yohanes 12:20-33

Ayat 20 mengatakan bahwa orang-orang Yahudi berbahasa Yunani datang mencari Yesus. Tentu saja yang dimaksud dengan mencari Yesus adalah bahwa mereka ingin menjadi pengikut Yesus sebagai Sang Mesias, Sang Raja. Ini benar-benar sebuah berita yang luar biasa. Bukan saja Yesus disambut oleh orang banyak yang sedang ada di Yerusalem, Dia juga dicari oleh orang-orang Yahudi berbahasa Yunani. Apakah artinya ini? Mengapa ini sangat penting? Karena di dalam tradisi orang Yahudi, Sang Mesias adalah Raja yang akan menyatukan seluruh Israel. Israel yang terpencar ke daerah bangsa-bangsa lain akan dikumpulkan oleh Sang Mesias ini. Jadi, di dalam pandangan para murid, kedatangan orang-orang berbahasa Yunani semakin mengokohkan Yesus sebagai Sang Mesias. Kesatuan Israel terjadi di bawah satu pemimpin, yaitu Mesias (Yeh. 34:5, 6; 34:10-14; 34:24-26). Apakah kedatangan orang-orang berbahasa Yunani ini tanda bahwa Yesus adalah Mesias? Ya, tetapi bukan seperti yang dipikirkan oleh orang-orang Yahudi.

Orang-orang Yahudi hanya separuh saja memahami pengharapan kedatangan Sang Mesias dengan benar. Mereka dengan tepat mengetahui bahwa Allah dan Sang Raja, yaitu Kristus, Anak Daud, adalah yang akan mengumpulkan Israel yang tercerai berai. Allah akan menyatukan kembali umat-Nya. Para raja yang palsu, yang sembarangan, yang penuh dengan kecemaran dan pemberontakan kepada Tuhan, mereka ini yang menyebabkan Israel menyimpang dari Tuhan. Tuhan membuang Israel karena dosa-dosa mereka, dan pemimpin yang buruk menyebabkan Israel semakin berdosa dan tidak berpengharapan. Inilah sebabnya hukuman Tuhan tiba dan Israel pun dibuang oleh Tuhan. Israel menjadi tercerai berai. Mereka tinggal di negeri orang asing, berbicara bahasa asing, dan kehilangan tradisi nenek moyang mereka. Tetapi Tuhan akan panggil mereka kembali melalui Sang Mesias. Kedatangan orang-orang Yunani sungguh memberikan bukti bahwa Yesus adalah Sang Mesias. Dia memanggil orang-orang Israel di Yerusalem, dan orang-orang Israel di seluruh penjuru bumi.

Tetapi orang-orang Yahudi gagal memahami pengharapan ini dengan utuh. Mereka tidak tahu bahwa yang akan Yesus pulihkan bukan hanya orang Israel yang tercerai berai, tetapi orang-orang pilihan Tuhan dari bangsa-bangsa lain juga (Yoh. 10:16; 11:51-52). Mereka tidak tahu bahwa umat Allah terdiri dari orang-orang pilihan yang menyebar di tengah-tengah bangsa-bangsa di bumi. Mesias bertugas memanggil semua orang-orang pilihan ini. Tugas yang akan mengesahkan posisi Sang Mesias sebagai Raja di bumi. Raja yang akan memerintah bersama-sama dengan Allah, memerintah bangsa-bangsa di bumi.

Hal lain lagi yang orang Yahudi tidak paham adalah cara Sang Mesias memanggil umat Allah di bumi. Di dalam Yohanes 12:23-26, Yesus menjelaskan dengan cara yang sama dengan Yesaya 52 tentang karya Sang Mesias memanggil umat Allah. Yesaya 52 menjelaskan pekerjaan Sang Mesias yang sangat penuh dengan penderitaan dan kehinaan. Bahkan Yesaya menyebut Dia sebagai Sang Hamba yang terhina. Tetapi Yesaya 52 juga menggambarkan kehinaan Sang Hamba itu sebagai sesuatu yang menyebabkan Israel kembali dari pembuangan. Israel kembali disatukan karena ada Sang Hamba yang mengambil dosa mereka. Dosa Israel dipikul oleh-Nya, dan dosa bangsa-bangsa lain ditanggung-Nya di kayu salib. Hamba Tuhan ini berhasil memulihkan Israel. Dia melakukannya dengan menderita bagi umat Tuhan. Penderitaan oleh sebab pembuangan bukan hanya dirasakan oleh umat Tuhan di pembuangan, tetapi juga oleh Sang Mesias yang mengambil bagian di dalam penderitaan umat Tuhan itu. Sang Mesias menderita demi menebus kita, dan Sang Mesias menderita demi memberikan kekuatan yang berlimpah-limpah dengan menyadari bahwa penderitaan yang kita alami tidak pernah ditanggung sendiri. Dia menanggungnya bersama-sama dengan umat-Nya. Penderitaan di pembuangan menjadi penderitaan yang harus Dia tanggung juga. Israel dibuang Tuhan ke Babel, dan Sang Mesias dibuang Tuhan ke atas kayu salib. Israel dibuang dengan memakai tangan bangsa-bangsa lain, dan demikian juga Yesus dibuang dengan memakai tangan bangsa-bangsa lain (Kis. 2:23). Bahkan, seperti dinyatakan di dalam Yesaya 53:7-9, Sang Hamba ini harus mati karena dosa umat Tuhan. Umat Tuhan yang manakah yang berdosa? Israel, yaitu bangsa pilihan Tuhan yang sedang dibuang karena melanggar Taurat (Rm. 2:23-24), dan bangsa-bangsa lain, yang sedang dibuang karena menolak mengenal Allah (Rm. 1:20-21). Sang Hamba ini memanggil umat pilihan Tuhan dari Israel, sang pelanggar Taurat dan penghina Allah, dan dari bangsa-bangsa lain, yang menolak mengenal Allah.

Yesus Kristus menyatakan tentang pemulihan Israel di dalam Yesaya 52 dan 53 dengan gambaran dari biji gandum. Ini merupakan penggambaran yang unik. Injil sinoptik (Matius, Markus, Lukas) lebih banyak membahas tentang benih sebagai titik awal dari Kerajaan Allah yang akan menyebar. Sedangkan Yohanes (dan juga 1Kor. 15:36-37) membahas tentang benih sebagai tubuh yang harus mati. Yesus Kristus mengajarkan hal ini di dalam Yohanes 12, dan Paulus mengajarkan hal ini di dalam 1 Korintus 15:36-37. Biji yang terpendam mati ini akan bertumbuh menjadi pohon menggenapi rencana pemanggilan umat Allah. Kematian sebagai cara pemulihan seluruh umat pilihan, inilah ajaran yang Yesus terus tekankan kepada para murid. Konsep para murid harus berbeda dengan dunia ini. Mereka tidak boleh terkurung di dalam pemikiran yang sama dengan orang-orang Yahudi lainnya. Mereka harus tahu bahwa mereka sedang mengikuti Mesias yang menderita. Mereka harus tahu bahwa Kristus datang untuk menebus banyak orang dengan kematian-Nya.

Pengajaran Kristus tentang biji yang harus dikubur dan mati dilanjutkan dengan pengajaran tentang kemuliaan Allah yang dinyatakan melalui ketaatan kepada kehendak Allah. Ketaatan bukanlah hal yang mudah. Ketaatan sangat gampang untuk dibahas, diberikan, dan dijanjikan. Tetapi ketaatan harus dilihat sebagai sesuatu yang lebih penting daripada sekadar menjalankan sesuatu dengan tunduk kepada otoritas adalah cara pekerjaan Allah dinyatakan di bumi ini. Ketaatan bukan hanya sesuatu yang berkait dengan etika dan moral saja. Ketaatan adalah kunci untuk pekerjaan Allah boleh digenapi dan dinikmati di dalam hidup kita di bumi ini. Ketaatan inilah yang membuat Yesus Kristus rela tinggal bersama-sama dengan para murid selama hidup-Nya di bumi ini. Rela menjadi satu di dalam penderitaan umat-Nya supaya damai sejahtera milik-Nya dapat diberikan kepada umat-Nya. Kesatuan yang sebenarnya sangat diperlukan oleh umat Tuhan. Umat Tuhan selamat karena Kristus rela menjadi satu dengan mereka di dalam kesatuan penebusan dan kebangkitan-Nya. Kristus mati menggantikan umat pilihan. Bukan hanya mati menggantikan umat pilihan, tetapi Dia sedang menyatakan kerelaan-Nya menjadi Gembala mereka, Kepala mereka, Raja yang tidak pernah bisa dipisahkan lagi dengan umat-Nya. Itulah sebabnya di dalam Yohanes 12:25 dikatakan bahwa siapa yang mencintai nyawanya akan kehilangannya. Siapa pun yang mau mengikut Yesus akan menjadi satu dengan kematian dan kebangkitan-Nya. Siapa pun yang mau mengikut Yesus harus mempunyai beban hati yang sama, kerelaan yang sama, dan semangat berkorban dan kasih yang sama. Di mana Yesus berada, di situ pelayan-Nya berada. Yesus rela menjadi satu dengan umat-Nya, mengambil posisi mereka yang dibuang Tuhan. Sekarang umat tebusan-Nya juga diundang untuk menjadi satu dengan Dia, mengambil posisi Dia yang rela menyerahkan hidup bagi Allah. Apakah kita mengikut Kristus? Kepada siapakah kita serahkan nyawa kita? Adakah kita dimiliki oleh Kristus dan menjadi satu dengan Dia? Di dalam hal apakah kita satu dengan Dia? Kiranya Tuhan menolong kita menjadi milik-Nya selamanya, menyerahkan hidup kepada-Nya dengan kerelaan total. (JP)

Yohanes 12:20-33