Kematian Saul dan Yonatan

Reforming Heart - Day 42

1 Samuel 31:1-13

Kematian Saul dan Yonatan

Devotion from 1 Samuel 31:1-13

Ini adalah bagian terakhir dari Kitab 1 Samuel. Bagian yang mencatat kegagalan Dinasti Saul dan memulai kembali penataan Israel yang dilakukan oleh Daud. Dikatakan bahwa orang Filistin maju dari Afek dan mengejar orang Israel hingga ke gunung Gilboa dan menghancurkan orang Israel. Inilah juga akhir dari kehidupan anak-anak Yonatan. Inilah juga akhir dari kehidupan sang raja pertama Israel, Saul. Saul akhirnya mati di tangan orang Filistin, musuh yang Tuhan perintahkan untuk dihancurkan oleh Saul. Tetapi bagian terakhir ini juga mengisahkan pembersihan yang Tuhan kerjakan untuk mempersiapkan jalan bagi takhta Daud. Ini sangat mengerikan. Siapa yang Tuhan percayakan banyak, akan Tuhan tuntut banyak juga. Tuhan tidak menuntut besar dari Saul seandainya Saul hanyalah seorang rakyat biasa. Tetapi Tuhan menuntut ketaatan dan kesetiaan Saul dengan sangat karena ketaatan dan kesetiaannya akan memengaruhi seluruh umat Tuhan. Itulah sebabnya bagian ini tetap mengisahkan providensia/perlindungan Tuhan bagi takhta Daud. Tuhan menyingkirkan Saul dan mengangkat seorang lain lagi yang diperkenan oleh Dia.

Ayat 2 mengatakan bahwa orang Filistin menewaskan anak-anak Saul, termasuk Yonatan. Mengapakah Yonatan harus mati? Bukankah hanya Saul orang yang dibenci Tuhan? Bukankah Yonatan telah menyatakan kepahlawanan yang besar bagi Israel? Bukankah Yonatan mengasihi Daud? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus mengingat dua hal terlebih dahulu. Yang pertama adalah Tuhan berhak mengambil nyawa siapa pun yang Dia kehendaki karena Dialah pemilik hidup semua manusia. Dia yang memberikan nafas hidup dan Dia jugalah yang berhak mengambilnya kembali. Yang kedua adalah Tuhan adalah Allah yang adil. Dia tidak mungkin melawan sifat-Nya sendiri. Jika Allah tidak adil maka manusia tidak mempunyai harapan untuk terwujudnya keadilan yang sejati. Dengan mengingat kedaulatan Allah atas nyawa manusia dan keadilan Allah di dalam bertindak, mari kita coba menjawab mengapa Yonatan harus mati. Dia harus mati karena Tuhan hendak menyingkirkan dinasti Saul. Baik raja maupun sang penerus takhta harus disingkirkan oleh Tuhan. Tuhan akan mengganti dinasti ini. Apakah ini kejam? Tidak. Tuhan yang berdaulat melakukan ini. Apakah Yonatan mati karena dia berdosa? Tidak. Alkitab tidak pernah mencatat kesalahan Yonatan yang membuat dia harus mati. Sumpah Saul (1Sam. 14:24, 43-44) juga bukanlah alasan. Tidak ada bukti yang kuat untuk menyatakan bahwa sumpah Saul adalah sumpah yang didengar oleh Tuhan. Narasi dalam 1 Samuel 14 justru menyatakan pelanggaran-pelanggaran Saul, keberanian Yonatan, dan bijaksana rakyat dalam menasihati Saul. Kematian Yonatan adalah kematian orang benar yang ikut menderita karena kefasikan sang pemimpin. Yesaya 57:1-2 menjelaskan hal ini. Tuhan akan memberikan istirahat dan ketenangan hidup kepada orang benar yang ikut binasa karena kefasikan pemimpin yang jahat. Yonatan adalah orang benar, sama dengan orang benar yang dinyatakan di dalam Yesaya 57:1 ini. Dia binasa karena pasukan Israel sedang dihukum Tuhan. Mereka dihukum karena sang pemimpin, Saul, telah menjerumuskan mereka ke dalam kepemimpinannya yang melawan Tuhan dan kebenaran.

Ayat 4 menyatakan bahwa Saul terluka dengan parah dan ingin mati sebelum dipermainkan oleh orang-orang Filistin. Karena pembawa senjatanya tidak mau membunuh dia, maka Saul membunuh dirinya sendiri. Inilah akhir yang tragis dari hidup Saul. Tuhan meninggalkan dia dan memberikan kerajaan-Nya kepada suatu dinasti baru, yaitu Dinasti Daud. Inilah akhir dari kehidupan raja pertama Israel. Tetapi Tuhan tidak membiarkan raja pertama Israel diperlakukan dengan tidak hormat. Itu sebabnya penduduk Yabesh-Gilead, kota yang pernah diselamatkan oleh Saul dari tangan orang-orang Amalek, berjalan tanpa henti untuk mengambil tubuh Saul dan anak-anaknya dan menguburkan mereka di Yabes (ay. 11-13).

Marilah kita arahkan hati kepada pengajaran Kitab ini dengan melihat:

  1. Kaitan bagian ini dengan seluruh Kitab 1 Samuel
    Sang raja telah tewas, maka Israel pun segera bercerai-berai. Israel ditaklukkan oleh seteru lama mereka, Filistin, dengan kekuatan yang sangat besar karena Tuhan sedang mempersiapkan untuk mendatangkan raja Daud menjadi tokoh utama yang muncul di tengah-tengah kekacauan umat Tuhan. Daud diinaugurasikan/diperkenalkan sebagai fokus cerita di dalam jilid kedua dari Kitab Samuel. Tetapi kemunculan Daud didahului dengan kehancuran Israel. Tuhan mengirimkan Daud bukan untuk melanjutkan apa yang Saul belum selesai kerjakan. Tuhan mengirimkan Daud untuk memulai kembali hal-hal yang menjadi rusak di dalam pemerintahan Saul. Dari keadaan hancur menjadi baik. Ini jadi pola yang mengikuti pola Kejadian 1, yaitu dari kacau balau menjadi teratur. Pola ini juga muncul ketika Samuel diperkenalkan. Maka bagian ini menjadi penutup dari Kitab 1 Samuel karena Kitab 2 Samuel akan melanjutkan dengan kemunculan Daud sebagai raja Yehuda dan Israel, di tengah-tengah suasana yang kacau balau dari kehancuran bangsanya atas Filistin.
  2. Apakah yang dapat kita pelajari?
    Biarlah kita terus mempelajari pesan-pesan Kitab Suci tentang siapa Allah bagi hidup kita. Allah adalah Allah yang berkuasa atas sejarah dan yang sanggup untuk menggerakkan sejarah menuju kehendak-Nya sendiri. Dialah yang memegang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan (Ibr.1:3). Allah mengatur segala sesuatu dan dengan keadilan-Nya akan menimpakan kejahatan kepada dia yang merencanakannya. Kapankah Allah melakukan itu? Ketika tiba waktunya maka segala keadilan Allah dan pernyataan rencana agungnya akan muncul. Lihatlah kehidupan Saul. Dia melakukan penindasan dan kekejaman, mengejar orang yang tidak bersalah, membunuh para imam Tuhan, tetapi sekarang dia dibalaskan oleh Tuhan. Jika kita melakukan tindakan kejahatan dengan menindas orang lain, menyakiti mereka yang lebih lemah dari kita, memanfaatkan mereka yang lebih bodoh dari kita, melakukan tindakan kejam kepada orang-orang di sekeliling kita, maka ingatlah bahwa ketika waktunya tiba untuk keadilan-Nya dinyatakan, maka Dia pasti akan menyatakannya. Saul berusaha membunuh Daud dengan pedang. Sekarang dia tertikam oleh pedangnya sendiri dan mati sebagai raja yang diabaikan begitu saja. Tetapi jika kita menjadi korban seperti Daud, biarlah kita meneladani kerelaan Daud untuk menunggu dengan sabar waktu Tuhan. Dan ketika waktu Tuhan tiba, barulah kita sadar bahwa inilah waktu yang paling tepat bagi Allah untuk membela perkara kita. Marilah belajar untuk tidak bertindak sebelum Tuhan sendiri menyatakan tindakan-Nya. Kiranya Tuhan memberkati kita dengan hati yang sungguh-sungguh berespons dengan tepat pada segala macam situasi.
  3. Bayang-bayang Kristus
    Kristus adalah pusat dari sejarah. Dia juga adalah Sang Pencipta yang mengatur segala sesuatu. Tetapi ketika Dia datang, sejarah Israel berada dalam keadaan yang kacau. Ketika kedatangan-Nya yang pertama Israel sedang berada dalam kekuasaan kerajaan Romawi. Israel juga tengah terpecah tiga bagian. Israel berada dalam keadaan ekonomi yang sangat kasihan. Tetapi Kristus datang bukan untuk menerima kedamaian dunia yang telah disiapkan bagi Dia. Dia justru datang di tengah-tengah keadaan yang rusak sehingga keadaan itu diperbaiki oleh Dia. Daud memberikan gambaran mengenai hal ini. Israel ditaklukkan oleh Filistin, lalu raja dan anak-anaknya, termasuk Yonatan mati. Keadaan Israel yang hancur lebur inilah saat yang paling tepat untuk menunjukkan bahwa Daud, raja yang Tuhan pilih, akan Tuhan pakai untuk memperbaiki keadaan, bukan untuk menikmati keadaan. Kristus yang bertakhta memulai takhta-Nya dengan datang ke dalam dunia di tengah-tengah Israel yang sedang berada di dalam penaklukkan. Inilah yang disebut dengan pengharapan. Pengharapan dibawa oleh Kristus ke dalam dunia yang tanpa harapan. (JP)

1 Samuel 31:1-13