Mujizat Yang Pertama

Reforming Heart - Day 422

Yohanes 2:1-11

Mujizat Yang Pertama

Devotion from Yohanes 2:1-11

Di Galilea, Yesus, ibu-Nya, dan murid-murid-Nya menghadiri pernikahan. Di tempat pernikahan inilah mujizat pertama Yesus dinyatakan. Pernikahan menjadi tempat yang sangat tepat untuk mujizat yang pertama. Pernikahan dipakai sebagai gambaran keadaan damai sejahtera ketika Tuhan datang kembali. Tuhan sebagai pengantin pria, dan umat-Nya sebagai pengantin wanita. Yohanes sangat senang memakai gambaran seperti ini, seperti yang misalnya terlihat di Kitab Wahyu. Wahyu 19:6-9 menggambarkan kemenangan final dari umat Tuhan adalah ketika Tuhan bertakhta kembali di bumi. Tuhan mendirikan kerajaan-Nya dan menyatakan kuasa-Nya sebagai raja, sekaligus menyatakan kesetiaan-Nya dan kasih sayang-Nya bagi umat-Nya seperti seorang suami kepada istrinya. Itulah sebabnya Kitab Wahyu memberikan gambaran seperti pesta pernikahan yang megah dan meriah bagi peristiwa kedatangan Tuhan yang bertakhta di bumi. Dengan pengertian ini, mujizat yang dilakukan Kristus di tengah-tengah pesta perkawinan sungguh mempunyai pesan yang sangat kuat. Mujizat ini sangat bernuansa simbolis, mengaitkan dengan pengharapan orang percaya yang menantikan kedatangan Kristus kedua kali.

Peristiwa mujizat ini dimulai dengan perkataan dari Maria, ibu Yesus, memberitahukan Yesus bahwa anggur untuk menjamu para tamu telah habis. Jawaban Yesus sulit untuk dipahami. Yesus mengatakan, “mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Mengapa Yesus mengatakan kalimat seperti ini? Secara literal, arti perkataan Yesus adalah, “Apakah untuk-Ku dan untuk-Mu, perempuan? Saat-Ku belum tiba.” Pernikahan menjadi simbol yang merujuk kepada keadaan damai sejahtera yang Tuhan janjikan pada waktu kedatangan-Nya. Damai sejahtera yang Tuhan janjikan kepada Israel (Ul. 33:28) di mana Israel akan diam dengan tentram di negeri yang subur dan menghasilkan anggur yang baik. Demikian juga yang dinyatakan di dalam Mazmur 104:1-15: Tuhan bertakhta di surga, dan bumi penuh dengan kenikmatan, sukacita, dan damai sejahtera. Tuhan memberikan kenikmatan dan anggur bagi umat-Nya, anggur yang menyukakan hati umat-Nya (ay. 15). Tetapi bencana bagi umat Tuhan jikalau Tuhan meninggalkan mereka. Jika Tuhan tinggalkan mereka, maka hal-hal yang dijanjikan di atas ditarik oleh Tuhan. Tanah yang kering, anggur yang masam dan buruk, juga sengsara dan akhirnya pembuanganlah yang akan diterima oleh Israel. Bahkan Yesaya 5:1-4 menyatakan bahwa alasan Tuhan meninggalkan Israel adalah karena Israel, yang digambarkan sebagai kebun anggur milik Tuhan, hanya menghasilkan buah-buahan yang buruk dan anggur yang masam. Jadi ketiadaan anggur menyatakan bahwa Tuhan meninggalkan Israel. Demikian juga anggur yang buruk menjadi lambang ketidaktaatan umat Tuhan. Maria mengetahui bahwa Yesus adalah Mesias. Maria juga tahu bahwa pernikahan adalah simbol kedamaian sempurna di dalam Tuhan pada waktu kedatangan-Nya nanti. Dia juga tahu bahwa kekurangan anggur melambangkan keadaan Israel yang sedang dibuang Tuhan. Maka Maria pun berkata kepada Yesus, “mereka kehabisan anggur”. Yesus mengetahui makna simbolik di balik pesta nikah dan habisnya anggur di dalam permintaan Maria. Permintaan yang bukan hanya mewakili Maria dan tamu-tamu di pesta nikah itu, melainkan mewakili pengharapan seluruh umat Tuhan. Itulah sebabnya Yesus mengatakan, “Apakah (yang dikehendaki) untuk-Ku dan untukmu, perempuan?” Perempuan menunjukkan bahwa ini jawaban Tuhan Yesus kepada seluruh umat-Nya yang menanyakan hal yang sama. Israel kehabisan anggur. Mereka hanya menghasilkan anggur masam. Gereja Tuhan tidak lagi berbuah. Bersediakah Engkau melakukan sesuatu? Dan Yesus menjawab, bukan hanya bagi kepentingan pertanyaan ibu-Nya seorang, melainkan bagi kepentingan seluruh umat Tuhan yang diwakili oleh Maria.

Lalu apakah jawab Tuhan Yesus kepada Maria? Inilah jawab Yesus: “waktu-Ku belum tiba.” Sama seperti jawaban yang diberikan kepada murid-murid-Nya di dalam Kisah Rasul 1:6-7, “Engkau tidak perlu tahu waktu yang telah ditetapkan.” Waktu pemulihan itu bukanlah saat ketika murid-murid bertanya. Yesus akan mengutus mereka untuk menjadi saksi-Nya dari Yerusalem sampai ke ujung dunia terlebih dahulu sebelum waktu pemulihan itu tiba. Demikian juga pada peristiwa pernikahan di Kana ini. Yesus mengatakan bahwa waktu-Nya belum tiba. Waktu-Nya belum tiba, tetapi itu tidak membatalkan fakta bahwa Dialah Sang Mesias yang akan mendatangkan waktu itu. Itulah sebabnya Maria mengatakan kepada para pelayan untuk menaati Yesus (ay. 5). Dan apakah yang diperintahkan Yesus? Dia menyuruh orang-orang mengisi enam tempayan untuk pembasuhan. Tempayan ini bisa digunakan untuk mengisi air minum, tetapi di dalam perayaan ini digunakan untuk pembasuhan bagi para tamu yang datang. Dalam hal ini pun terdapat makna simbolis yang sangat dalam. Craig Keener, seorang ahli Perjanjian Baru, mengatakan bahwa Yesus sedang menyatakan diri-Nya sebagai pemberi air yang lebih baik daripada air pembasuhan dan baptisan di dalam Perjanjian Lama. Dialah yang menggenapi segala ritual Perjanjian Lama itu. Yesus meminta mereka mengisi enam tempayan air, dan tanpa mengucapkan kata-kata apa pun, ataupun melakukan hal-hal yang mengundang perhatian orang, Yesus telah mengubah air itu menjadi anggur yang terbaik!

Anggur di dalam tempayan ini menjadi simbol bahwa penggenapan janji Tuhan, yaitu Kerajaan-Nya akan dipulihkan di bumi, akan segera terjadi. Tetapi, meskipun janji ini akan segera terjadi, waktunya tetap belum tiba. Yesus Kristus harus menjalani satu hal, yaitu menggenapi rencana keselamatan melalui penebusan-Nya. Melalui kematian-Nya sajalah janji Tuhan menyempurnakan Kerajaan-Nya akan tiba. Itu sebabnya di dalam ayat 5 Yesus mengatakan bahwa waktu-Nya belum tiba. Namun demikian, Dia tetap menyatakan tanda atau mujizat-Nya sehingga orang-orang yang mengetahui bahwa Dialah yang memerintahkan para pelayan untuk mengisi tempayan itu dengan air, orang-orang ini mengetahui bahwa Yesus adalah Sang Mesias tersebut. Dialah yang akan membuat orang Israel tenteram di tengah-tengah pohon anggurnya. Dialah yang akan memberikan embun dari langit dan anggur untuk menyukakan hati manusia. Dialah yang mengakhiri pemberontakan Israel yang terus menerus menghasilkan anggur masam, dan menggantikannya dengan anggur terbaik. Tetapi semua itu dilakukan Yesus dengan tersembunyi. Tidak ada yang tahu apa yang Dia sudah kerjakan, kecuali Maria, para murid, dan pelayan-pelayan yang mengisi tempayan itu dengan air.

Semua ini memberikan kepada kita ajaran yang sangat indah. Tuhan Yesus adalah Sang Raja, Sang Mesias yang akan memulihkan segala sesuatu. Tetapi pemulihan itu belum tiba saatnya. Kita, hingga saat ini, masih hidup di dalam penantian. Kapankah, ya Tuhan? Waktu-Ku belum tiba! Demikian jawaban Tuhan kepada “sang perempuan”, yaitu kita semua yang menantikan Tuhan membereskan semua kerusakan dunia ini. Tetapi, walaupun Dia mengatakan waktu-Nya belum tiba, Dia juga tetap menyatakan pekerjaan-Nya. Pekerjaan-Nya yang perlahan-lahan memperbaiki kerusakan dunia ini, perlahan-lahan memberikan anggur yang menyukakan hati bagi umat-Nya, dan perlahan-lahan mengerjakan kekudusan dan kebaikan di tengah-tengah ciptaan-Nya ini. Tetapi Dia melakukannya dengan diam-diam, tidak dengan kehebohan, tidak dengan cara yang mencolok, tetapi dengan diam-diam dan tidak diketahui. Sadarkah kita kalau Tuhan sedang diam-diam menyatakan pekerjaan-Nya? Dia diam-diam membangkitkan orang-orang muda yang kelak akan melayani Dia dengan gigih. Dia diam-diam mempersiapkan pemimpin-pemimpin yang berintegritas. Dia diam-diam membagikan pengertian akan kebenaran firman-Nya di dalam pikiran para mahasiswa yang belajar theologi. Dia diam-diam menumbuhkan iman orang Kristen dan menumbuhkan iman gereja-Nya. Dia diam-diam menguduskan iman orang pilihan-Nya dan menjadikan mereka orang-orang yang mengasihi Dia. Semua ini dikerjakan-Nya dengan diam-diam. Seperti pemimpin pesta, banyak orang dunia ini tidak sadar bahwa Tuhan sedang bekerja. Tetapi tidak demikian dengan kita, umat-Nya, kita seperti pelayan yang mengisi tempayan dengan air, seperti para murid, dan seperti “sang perempuan” yang menanti-nantikan pemulihan Kerajaan Tuhan, kita tahu bahwa Dialah yang mengerjakan segala hal baik yang sangat ajaib yang kita saksikan senantiasa. Kita tahu bahwa Dia sedang memberikan anggur yang dijanjikan Tuhan. Kita tahu Dia sedang memperbaiki segala sesuatu dengan tenang, diam-diam, tetapi dengan kepastian keberhasilan berdasarkan kuasa dan kemuliaan-Nya. Di tengah-tengah pesta dan perayaan yang dirayakan oleh dunia ini, umat Tuhan berpesta dan merayakan hal yang lain, yang terlihat kecil dan tidak disadari; yang terjadi di tengah-tengah dunia, tetapi tidak disadari oleh dunia. (JP)

Yohanes 2:1-11