Meskipun telah melihat tanda mukjizat dan mendengar berita Injil melalui Filipus dan juga kedua rasul, yaitu Petrus dan Yohanes, Simon sang penyihir ternyata tidak benar-benar mengerti bagaimana bertobat sejati. Dia tetap hidup di dalam pola pikir yang lama. Betapa sulit untuk lepas dari cara berpikir duniawi yang begitu membelenggu kita. Bahkan ketika mukjizat dan kuasa Roh Kudus telah dinyatakan dengan sangat jelas pun Simon tetap memiliki hati dan kehendak yang ditundukkan kepada dosa. Dia ingin kembali merebut posisinya sebagai pembuat mukjizat terbesar di kota itu. Dia melihat kemungkinan itu waktu menyaksikan Roh Kudus turun. Ini merupakan mukjizat yang sangat besar, tetapi mukjizat yang besar ini tidak membuat Simon menjadi takut dan gentar akan Tuhan. Dia malah berpikir bagaimana memperoleh keuntungan dari tanda-tanda mulia ini. Betapa picik pikirannya, dan betapa jahat niat hatinya.
Baca SelengkapnyaPada artikel sebelumnya, “Belajar Theologi: Apa dan Bagi Siapa?”, kita telah membahas bahwa objek dari theologi adalah pengetahuan akan Allah. Namun, kita perlu mengingat bahwa Allah tidak sama dengan
Baca SelengkapnyaPdt. Stephen Tong pernah mengatakan, “To understand God, you must stand under God.” Ini adalah sebuah kalimat sederhana yang perlu kita renungkan lebih dalam, yaitu mengenai sikap hati kita saat
Baca SelengkapnyaPada artikel-artikel sebelumnya, kita mempelajari pentingnya belajar theologi. Namun, sering kali pendekatan kita dalam belajar theologi dibentuk oleh zaman dan bukan oleh Alkitab itu sendiri.
Baca SelengkapnyaAugustinus, seorang theolog yang juga dikenal sebagai salah satu bapak gereja yang sangat penting dalam sejarah kekristenan, pernah mengatakan sebuah kalimat, “Credo ut Intelligam” atau saya percaya
Baca SelengkapnyaSebagai pemuda Kristen Reformed, kita dipanggil untuk mengenal Allah dengan sungguh-sungguh. Namun, bagaimana kita bisa mengenal Allah? Apakah kita hanya mengandalkan pengalaman pribadi, pemikiran
Baca Selengkapnya