Paulus pernah mengatakan bahwa kematian itu adalah sebuah keuntungan, dan hidupnya adalah bagi Kristus. Jikalau kita diperhadapkan dengan hal yang sama, apakah yang akan kita katakan? Apakah kita juga akan menganggap kematian sebagai sebuah keuntungan? Mungkin tidak. Bagi orang-orang yang berhasil di dalam kehidupan (berkecukupan secara materi, memiliki keluarga yang harmonis, berada di dalam lingkungan sosial yang rukun dan terpadu, dan lain-lain), mereka akan menganggap kematian adalah sebuah hal yang mengerikan, karena mereka harus terpisah dengan kehidupan ini yang boleh dianggap sebagai “surga di atas dunia”. Bahkan banyak orang yang berani membayar mahal agar ia bisa terhindar dari kematian. Tetapi di sisi lain, bagi orang-orang yang mengalami kegagalan dalam hidup ini, kematian akan dianggap sebagai kesempatan terbebasnya mereka dari derita di dalam dunia ini, walaupun belum tentu mereka bahagia menghadapi kematian. Paulus menganggap kematian sebagai keuntungan bukan karena ia menganggap hidup ini begitu menderita dan ingin terbebas melalui kematian, tetapi Paulus menyadari bahwa kematian berarti ia sudah menyelesaikan tugasnya di dunia ini dan akhirnya dapat bertemu Tuhan.
Sebenarnya, kehidupan dan kematian bagaikan dua sisi dari mata koin, di saat memikirkan tentang kematian, pasti kita pun tidak akan lepas dari pemikiran tentang kehidupan, demikian juga sebaliknya. Jadi, bagaimanakah kita memandang kematian dan kehidupan itu? Setidaknya ada beberapa cara pandang mengenai kehidupan.
Pertama, cara pandang evolutionist yang berpegang kepada prinsip survival of the fittest. Cara pandang ini mengajarkan kita bahwa dunia ini adalah sebuah dunia yang keras, dan yang bisa bertahan hidup di tengahnya adalah orang yang tetap kuat berhadapan dengan keganasan dunia ini. Orang-orang yang berpegang pada cara pandang ini adalah orang-orang yang dengan keras mengarungi kehidupan, bahkan mungkin saja dengan menghalalkan segala cara demi mencapai keberhasilan di dunia ini. Cara pandang hidup seperti ini juga akan diwarnai dengan konsep kehidupan seorang hedonist. Konsep yang mendorong penganutnya untuk menikmati hidup ini di dalam berbagai bentuk kenikmatan yang ada secara maksimal.
Kedua, cara pandang escapist. Ini adalah sebuah cara pandang yang mengajak orang-orang untuk menjauhi hiruk-pikuk dunia ini dan mengasingkan diri ke tempat yang jauh untuk menenangkan diri. Biasanya hal ini dilakukan demi meningkatkan kehidupan spiritual mereka, sehingga bagi kelompok ini kehidupan dunia dan spiritual adalah dua kehidupan yang bertolak belakang. Salah satu bentuk kehidupan yang dijalankan sering kali bersifat asketis. Kehidupan yang menyiksa diri, yang beranggapan bahwa semakin tersiksanya diri mereka maka spiritualitas mereka semakin meningkat. Ini adalah bentuk kehidupan yang menjauhi segala bentuk perkembangan dunia serta kenikmatan yang ditawarkan dan menganggap semua itu adalah suatu kejahatan.
Paulus memandang, bahwa kehidupan kita itu milik Kristus sehingga selayaknya dipersembahkan kepada Kristus. Kalimat Paulus tentang kematian bukanlah sebuah kalimat pelarian dari kenyataan hidup. Justru hal ini adalah sebuah cara pandang kehidupan dan kematian yang sangat positif, yang bukan bersandar pada kepercayaan diri yang tidak berdasar, tetapi karena ia bersandar kepada anugerah yang Allah sudah berikan melalui karya penebusan-Nya, yang menjadikannya milik Kristus. Karena itulah, hidup yang sudah ditebus ini, sudah sepatutnya menjadi hidup yang dipersembahkan bagi Kristus. Cara pandang kehidupan seperti inilah yang seharusnya diadopsi oleh para pemuda Kristen. Memandang kehidupan sebagai persembahan bagi Kristus. Kita diajarkan untuk melihat kehidupan di dalam segala aspek bukan dari kacamata manusia berdosa belaka, melainkan dari kacamata penebusan yang dikerjakan oleh Kristus.
Kekristenan adalah kehidupan yang ditujukan bagi kemuliaan Allah. Tetapi kehidupan yang memuliakan Allah ini bukanlah kehidupan yang asketis, dan bukan juga kehidupan yang hedonis. Kita menikmati berkat-berkat Tuhan di dalam dunia ini dalam penggenapan kehendak-Nya, bukan menikmati berkat-Nya di dunia ini demi kenikmatan bagi diri atau bahkan sampai-sampai kita terikat kepada kenikmatan itu sendiri. Kita dipanggil untuk menikmati Tuhan melalui berkat-berkat-Nya di dalam penggenapan kehendak-Nya, bukan menikmati berkat-Nya dan melupakan Sang Pemberi Berkat.
Jadi, hanya di dalam penebusan Kristus kita dimampukan memiliki cara pandang yang benar tentang kehidupan dan kematian, seperti yang dinyatakan oleh Rasul Paulus. Akhirnya, marilah kita sebagai Pemuda Kristen yang sudah menerima karya penebusan-Nya mengembalikan cara pandang kita kepada cara pandang di dalam penebusan Kristus. Mari kita uji kembali, cara pandang kehidupan seperti apa yang selama ini kita pegang? Kehidupan seperti apa yang kita jalankan dan akan jalankan? Kiranya Tuhan memberkati kita semua. (SL)