Ironi Akhir Hidup Harun

Devotion

Ironi Akhir Hidup Harun

20 November 2023

Bacaan: Bilangan 20:22-29

Perikop ini menceritakan mengenai TUHAN yang memutuskan bahwa waktu hidup Harun telah selesai saat Musa, Harun, dan bangsa Israel dekat di gunung Horeb. Harun dan Musa tidak diperbolehkan TUHAN masuk ke tanah Kanaan, yaitu tanah perjanjian. Firman Tuhan kepada Musa dan Harun: “Harun akan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya, sebab ia tidak akan masuk ke negeri yang Kuberikan kepada orang Israel, karena kamu berdua telah mendurhaka kepada titah-Ku dekat mata air Meriba” (Bil. 20:24).

Apakah dosa Harun di dekat mata air Meriba? Jikalau kita membaca kisahnya di Bilangan 20:2-13, sepintas kita tidak melihat ada dosa yang diperbuat Harun. Orang yang jelas tampak dalam kisah ini, yang melakukan tindakan tidak sesuai firman Tuhan adalah Musa. Allah memerintahkan Musa untuk mengatakan kepada bukit batu supaya air keluar dari bebatuan tersebut. Namun, yang dilakukan Musa adalah memukul batu dengan tongkatnya sebanyak dua kali dan keluarlah banyak air. Di sini jelas kita melihat bahwa Musa tidak menaati perintah TUHAN. Musa telah berdosa kepada TUHAN.  Kalau Musa tidak diperbolehkan masuk ke tanah perjanjian karena dosa yang telah diperbuatnya, kita memahaminya. Tetapi apakah dosa Harun sehingga dia pun tidak diperbolehkan masuk ke tanah perjanjian?

Coba perhatikan apa yang dikatakan Musa kepada bangsa Israel di dekat mata air Meriba tersebut. Musa mengatakan atas nama siapa? Musa mengatasnamakan “kami”.  Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka, "Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?"  Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum (Bil. 20:10-11). Kata “kami” menunjukkan bahwa selain Musa, berarti Harun ikut berbagian di dalam melanggar titah Tuhan. Harun bersikap pasif, tidak melarang Musa dalam melakukan pelanggaran titah Tuhan tersebut. Musa telah berdosa tetapi, Harun juga berdosa karena dia secara pasif mengikuti apa yang dilakukan Musa. Harun setuju di dalam kepasifannya.

Apakah yang bisa kita pelajari dari kisah Harun ini? Harun tahu bahwa apa yang dilakukan Musa itu salah, tetapi Harun diam. Harun telah berdosa. Akibatnya Tuhan menghukumnya dengan tidak mengizinkan Harun masuk ke dalam tanah perjanjian. Hal ini sungguh ironis. Kesungguhan hidupnya dalam mengikuti Tuhan sepanjang hidupnya harus gugur oleh karena dosa di masa tuanya. Harun tidak melakukan dosa secara aktif tetapi dosa pasif: ia diam, tidak melakukan seperti apa yang Tuhan mau. Demikian juga dengan kita hari ini. Ketika kita diam, padahal kita tahu itu salah atau melawan firman Tuhan, maka kita berbagian di dalam dosa tersebut. Sekecil apa pun dosa, sehalus apa pun dosa, dosa tetaplah dosa,  meskipun orang tidak peka akan dosa tersebut. 

Kiranya kisah Harun ini menyadarkan kita untuk makin hari makin peka akan dosa. Kita tidak boleh pasif saat kita harus berbicara yang benar. Kiranya Allah menolong kita. (DS)