Kekhawatiran Orang Kristen

Christian Life

Kekhawatiran Orang Kristen

28 November 2014

Apa itu kekhawatiran? Apakah kekhawatiran merupakan hal yang seharusnya kita miliki sebagai orang Kristen? Apakah kekhawatiran merupakan sesuatu yang Tuhan tanamkan dalam naluri dasar kita? Nampaknya banyak orang yang khawatir dalam menjalani hidup ini. Kalau kamu belum menikah, kamu khawatir bagaimana kalau tidak menikah, khawatir kapan menikah. Kalau sudah menikah, khawatir suaminya baik atau tidak. Khawatir bagaimana jikalau di tengah jalan dia mencintai orang lain? Lalu sesudah menikah 3 tahun tetapi belum hamil juga, khawatir kalau tidak punya anak. Setelah hamil, khawatir bayi yang dikandungnya itu laki-laki atau perempuan? Kalau lahir bayi laki-laki, khawatir bagaimana kalau besok jadi perampok? Kalau bayinya perempuan, khawatir bagaimana kalau besok tidak laku? Jadi, segala keadaan ternyata bisa membuat kita tidak tenang. Ketika kita diberi, kita tidak tenang, ketika tidak diberi, juga tidak tenang. Apa pun keadaannya, selalu khawatir.

Seseorang yang khawatir akan menganggap segala sesuatunya tidak penting kecuali kekhawatiran itu sendiri. Yang paling dipentingkan adalah kekhawatirannya. Yang paling dikhawatirkannya adalah yang paling dipentingkan. Menurut data psikologi, 90% dari apa yang manusia khawatirkan tidak pernah terjadi, tetapi kenyataannya kita sering menjerat diri kita dengan kekhawatiran yang tidak perlu. Kita menakut-nakuti diri kita sendiri. Kita telah membatasi diri ini dalam kurungan psikologi dari jiwa kita yang tidak beres.

Aspek positif dari khawatir.
Aspek positif dari orang yang khawatir adalah paling sedikit ia adalah orang yang menaruh hati di dalam hal-hal yang dikhawatirkannya. Kalau kamu mengkhawatirkan anakmu, berarti kamu betul-betul memperhatikan anakmu. Selain itu, orang yang khawatir biasanya adalah orang yang pintar, karena ia bisa menganalisis suatu keadaan. Setelah menganalisis, ia bisa melihat semua kesulitan yang ada, dan baru kemudian ia menjadi khawatir. Orang yang khawatir bukan saja menaruh hati pada sesuatu yang ia khawatirkan, tapi juga mempunyai kemungkinan intelek yang cukup kuat untuk menganalisis keadaan.

Aspek negatif dari khawatir.
Aspek negatif dari orang yang khawatir adalah orang tersebut menjadi terlalu pesimistis. Terlalu negatif. Ia mungkin pintar, tapi negatif. Pintar tapi pesimis. Apa bedanya orang pesimis dengan orang optimis? Orang optimis melihat kemungkinan di tengah kesulitan. Orang pesimis melihat kesulitan di tengah kemungkinan. Dalam dunia berdosa ini, kesulitan itu lumrah. Melalui kesulitan, kita baru tahu bagaimana harus berjuang untuk mengatasi hal tersebut.

Yesus berkata, siapa di antaramu yang dengan kekhawatiranmu bisa menambah satu inci hidupmu? Mungkin kita berkata, “Saya tahu. Saya tidak perlu khawatir. Saya tahu lebih baik tidak khawatir. Tapi bagaimana supaya tidak khawatir?”

Bagaimana caranya berserah?
Paulus berkata, “Bersukacitalah di dalam Tuhan!” Biarlah dengan doa, permohonan, dan ucapan syukur, kita menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada Tuhan.

Bagaimana caranya? Apakah “serahkan kepada Tuhan” berarti kita tidak lagi perlu bertanggung jawab? Tidak! Kita harus membedakan antara melarikan diri dari tanggung jawab dengan berserah kepada Tuhan. Berserah kepada Tuhan berarti segala kesulitan yang melampaui kesanggupanku untuk menanggungnya, akan kuberitahukan kepada Tuhan, tetapi kewajiban yang harus saya lakukan tetap saya tanggung di bahu. Itulah artinya berserah kepada Tuhan.

Bagaimana kamu mengalahkan kekhawatiran? Caranya adalah dengan datang kepada Tuhan. Bersukacita di dalam Dia, berdoalah kepada Dia, beritahukan kebutuhanmu kepada-Nya, mohon anugerah-Nya, mengejar hikmat-Nya, persembahkan kembali seluruh anugerah kekuatan, kepintaram, kemampuan, dan lain-lain kepada-Nya secara toal, dan bersyukurlah kepada-Nya atas pertolongan dan karya-Nya dalam setiap proses perjuangan.

[YC]

Disadur dari buku Pdt. Dr. Stephen Tong yang berjudul "Pengudusan Emosi"