Mungkin kita pernah terpukau melihat seseorang yang sangat aktif beribadah dan pelayanan, lalu menilainya sebagai orang yang baik. Tetapi kemudian kita menemukan hal-hal yang jahat dalam kehidupan pribadinya sehingga kita menjadi lemah iman.
Kita semua tahu, bahwa tidak ada manusia yang sempurna, kita semua memiliki kelemahan. Ada orang yang berjuang menuju kesempurnaan, namun ada juga yang berpura-pura menjadi orang baik. Hal ini bukanlah sesuatu yang aneh, karena pada zaman Tuhan Yesus hal itu pun terjadi. Tuhan Yesus mengecam, ”Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.” Kepada orang banyak Tuhan Yesus mengatakan, “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa, sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.” Oleh karena itu, kita tidak dapat menyandarkan iman kita kepada Allah berdasarkan kehidupan orang-orang yang kelihatannya giat beribadah kepada-Nya. Tuhan Yesus sendiri mengatakan, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”
Alkitab memiliki banyak pengajaran tentang kasih yang berasal dari Allah, yang berbeda dengan segala kasih yang ada di dunia. Orang yang mengaku mengenal Allah pasti mengasihi sesamanya. Jika seseorang mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi membenci sesamanya, maka ia adalah pembohong. Seseorang tidak mungkin bisa mengasihi Allah yang tidak kelihatan, jika ia tidak bisa mengasihi sesamanya yang kelihatan. Bukti seseorang adalah murid Tuhan adalah ketika ia mengasihi sesamanya. Jika Yohanes yang disebut “anak guntur” bisa berubah menjadi “rasul kasih”, demikian juga kita bisa diubahkan oleh Tuhan. Kepada kita, manusia berdosa, Tuhan Yesus mengatakan, “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang.”
Tuhan memberikan kita, manusia berdosa, kesempatan kedua untuk hidup benar. Kita memiliki Imam Besar, yang duduk di sebelah kanan takhta Allah di sorga, yang mempersembahkan korban penghapus dosa-dosa kita. Ini adalah kebahagiaan kita, orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Kebahagiaan ini tidak mungkin dimiliki oleh orang-orang yang berada di luar Kristus. Orang yang tidak mengenal Kristus tidak mungkin bisa mengasihi sesamanya, karena mereka tidak pernah merasakan belas kasihan Tuhan yang mengampuni dosa-dosa mereka. Tetapi kita, yang sudah diampuni, bisa mengasihi sesama kita dengan kasih yang dari Allah. Marilah kita mengasihi Allah dan mengasihi sesama dengan kasih sejati yang telah kita alami! (NN)