Yang Menderita Sengsara di Bawah Pemerintahan Pontius Pilatus, Disalibkan, Mati dan Dikuburkan; Turun ke Dalam Kerajaan Maut.

Pengakuan Iman Rasuli

Yang Menderita Sengsara di Bawah Pemerintahan Pontius Pilatus, Disalibkan, Mati dan Dikuburkan; Turun ke Dalam Kerajaan Maut.

21 November 2022

Kalimat keempat dari Pengakuan Iman Rasuli ini merujuk kepada penderitaan dan kematian Yesus, yang diperlukan untuk menjadikan Dia berkenan kepada Bapa. Melalui penderitaan-Nya, Kristus menggenapi kehendak Bapa, dan karena itu Ia menjadikan diri-Nya berkenan kepada Bapa. Dengan menaati Bapa secara sempurna, Yesus memperoleh upah yang kekal – upah yang kini dengan penuh kemurahan dibagikan-Nya kepada kita.
Penderitaan yang dialami oleh Yesus di bawah pemerintahan Pilatus berlanjut hingga kematian-Nya di kayu salib. Mungkin inilah aspek yang paling dikenal dari karya Kristus ketika Ia direndahkan, dan ada alasan yang baik untuk hal ini: kematian-Nya-lah yang mengadakan pendamaian bagi kita dan menggenapkan keselamatan kita. Hal ini biasa disebut sebagai subtitusi penal. Istilah ini menyatakan Yesus yang menggantikan kita dalam menanggung penghakiman dan penghukuman, yang harus kita tanggung oleh karena semua pelanggaran kita terhadap hukum Allah. Kematian Kristus inilah yang menggenapkan keselamatan kita dan karena itu kematian ini menjadi fokus dalam Injil di sepanjang sejarah.
Setelah penyaliban, tubuh Yesus dikuburkan dan tubuh tersebut tetap tak bernyawa selama tiga hari. Sebagai manusia sepenuhnya, Yesus mengalami pengalaman kematian yang normal sebagai manusia. Pengakuan Iman Rasuli mencat fakta ini dengan kalimat: turun ke dalam kerajaan maut. Pada saat ini, tubuh Yesus tetap berada di dalam kubur sementara jiwa-Nya turun ke tempat orang mati.
Istilah “kerajaan maut” dalam Alkitab maupun tulisan-tulisan gereja mula-mula hampir selalu merujuk kepada dunia orang mati yang menampung jiwa-jiwa orang yang sudah mati. Di dalam Perjanjian Lama, dunia tersebut disebut sheol; di sinilah jiwa-jiwa orang-orang yang baik dan jahat dikatakan berdiam untuk menantikan penghakiman terakhir. Di dalam Perjanjian Baru dan Septuaginta, dunia tersebut disebut hades; di sinilah tempat jiwa-jiwa yang jahat (Luk 1:15) maupun jiwa-jiwa yang baik (Kis. 2:27-29). Perumpamaan Yesus tentang Lazarus dan Orang Kaya (Luk. 16:19-31) juga menunjukkan bahwa terdapat jiwa-jiwa yang jahat dan jiwa-jiwa yang baik yang dipisahkan oleh jurang pemisah yang amat besar; sementara orang jahat menderita dalam siksaan, orang benar mendapat penghiburan. Hal ini juga diperkuat – dengan argumen yang kurang lebih sama – oleh tulisan Bapa Gereja Tertulianus dalam (On The Resurrection of the Flesh) dan Ignatius (Epistle to the Trallians)
Jadi, ketika pengakuan iman itu mengatakan bahwa Yesus turun ke dalam kerajaan maut, makna yang paling mungkin adalah bahwa jiwa manusia-Nya turun ke tempat roh-roh orang mati. Secara spesifik, Ia turun ke wilayah yang disediakan untuk jiwa-jiwa orang benar, dan bukan ke wilayah di mana orang-orang jahat itu disiksa. Berdiamnya Yesus di bagian ini di dalam kerajaan maut merupakan bagian yang merupakan keharusan dalam karya-Nya karena dengan cara itu jiwa-Nya ditundukkan kepada hukuman yudisial berupa kematian manusia yang sesungguhnya.
Penderitaan Yesus menunjukkan kepada kita apa artinya menjadi manusia sejati di dalam dunia yang berdosa. Jika Tuhan kita yang sempurna harus menderita saat Ia melawan dan membereskan dosa, maka tentunya kita yang tidak sempurna juga akan menderita. Paulus bahkan mengatakan bahwa penderitaan sudah pasti dialami oleh setiap orang yang berusaha untuk hidup saleh (2 Tim. 3:12). Selain itu, Alkitab juga mengajarkan bahwa ketika kita menderita, Kristus menderita. Ia bersimpati kepada penderitaan kita, dan sangat ingin untuk menghibur kita.
Sebagai penutup, Paulus menuliskan bahwa penderitaan Kristus akan menjadi lengkap melalui kita (Kolose 1:24). Ketika hal ini terjadi, Ia akan kembali dalam kemuliaan dan kita akan menerima warisan-warisan kekal kita. Penderitaan kita bukannya tanpa tujuan; penderitaan kita adalah sarana yang sedang Allah gunakan untuk mendatangkan pemulihan penuh atas semua ciptaan. (MR)