Kejatuhan Final Saul

Reforming Heart - Day 17

1 Samuel 14:47-15:9

Kejatuhan Final Saul

Devotion from 1 Samuel 14:47-15:9

Kita tiba pada catatan mengenai kemenangan-kemenangan Saul. Walaupun Saul tidak setia kepada Tuhan, tetapi perhatikan cara Tuhan memberkati Israel. Dalam ayat 47 dan 48 dicatat bagaimana Saul menaklukkan enam bangsa yang menjadi musuh Israel. Tidak pernah ada satu pun hakim Israel yang pernah melakukan itu. Tidak ada yang tercatat pernah menaklukkan lebih dari dua bangsa. Sebelum Saul, hanya Yosua yang pernah memimpin Israel menaklukkan lebih banyak bangsa ketika Israel masuk ke Kanaan. Jadi bagaimana? Apakah ini berarti Saul tetap diberkati walaupun dia tidak setia kepada Tuhan? Apakah keberdosaan Saul tidak memengaruhi keinginan Tuhan untuk menyertai dan memberkati dia? Harap kita jangan salah membacanya. Bukan Saul yang menjadi alasan penyertaan Tuhan dalam segala kemenangan yang dipimpinnya sebagai raja, tetapi Israellah yang menjadi alasan. Tuhan mengasihi Israel dan ingin membebaskan mereka dari tangan bangsa-bangsa sekeliling mereka (1Sam. 9:16). Tuhan mengasihi umat-Nya, dan itulah alasan Tuhan masih memimpin mereka dalam kemenangan demi kemenangan di bawah pimpinan Saul. Kadang pelayan Tuhan bisa salah melihat siapakah yang Tuhan jadikan fokus perhatian-Nya. Sang pelayan merasa Tuhan tetap pimpin meskipun dia sudah jatuh ke dalam dosa. Tetapi bukan dialah alasan Tuhan memberikan pimpinan-Nya. Kalau Tuhan masih memimpin, maka itu disebabkan oleh karena kasih-Nya kepada umat-Nya. Jika seorang raja diberikan kemenangan dalam berperang, atau seorang nabi diberikan kefasihan berbicara, semua karena kasih-Nya bagi umat-Nya. Setiap pelayanan yang diberkati adalah karena umat Tuhan dikasihani oleh Tuhan. Demikian juga Saul. Dia menaklukkan Moab, Amon, Edom, Zoba, Filistin, dan Amalek. Mengapa Tuhan memberikan setidaknya enam kemenangan penting kepada Saul? Karena Tuhan ingin membebaskan umat-Nya. Israellah yang Tuhan kasihi, bukan Saul. Betapa berbahayanya jika kita berada dalam dosa-dosa kita dan kita tidak mau bertobat karena merasa Tuhan sedang memakai kita. Jika kita tidak sadar bahwa kita perlu bertobat, maka kita tidak akan pernah sungguh-sungguh mencari pengampunan. Dan tanpa mencari pengampunan, bagaimanakah mungkin kita mengalami pengampunan? Bagaimana mungkin Saul merasa perlu bertobat kalau dalam enam pertempuran penting Tuhan selalu memberikan kemenangan?

Tuhan memberkati Saul dengan segala yang dia perlukan untuk mempunyai kuasa yang besar. Tuhan juga memberikan kepada dia tentara-tentara yang baik. Bahkan pada akhirnya Tuhan juga memberikan Daud kepada Saul untuk menjadi pemimpin pasukan Saul. Semua ini merupakan tanda bahwa Tuhan memperhatikan Israel. Bahkan dalam 1 Samuel 15:2 Tuhan memerintahkan Saul untuk membasmi orang Amalek sebagai pembalasan dari Tuhan karena orang Amalek memerangi Israel dalam perjalanan mereka dari Mesir ke Kanaan (Kel. 17:8-14). Dan betapa besarnya kekuatan Saul ketika dia akan menaklukkan Amalek. Alkitab mencatat bahwa ada 210.000 orang tentara siap berperang di bawah pimpinan Saul (1Sam. 15:4).

Kekuatan besar ini, sayangnya, membuat Saul tidak merasa perlu menaati Tuhan. Kekuatan besar ini bahkan membuat Saul lebih suka menyenangkan rakyat banyak ini daripada menyenangkan Tuhan Sang Pemilik rakyat banyak ini. Saul menolak Tuhan dengan menolak menaati Dia dengan akurat. Alkitab mengatakan bahwa Tuhan ingin memusnahkan Amalek sama sekali (Kel. 17:14; 1Sam. 15:3), tetapi Saul tidak membunuh Agag dan sejumlah ternak mereka (ay. 9). Tuhan ingin memunahkan Amalek (dan Dia berhak atas itu karena Dialah Allah yang adil dan yang memiliki kedaulatan atas setiap nyawa manusia), tetapi Saul mengampuni Agag, raja Amalek. Dia membiarkan hidup raja yang Tuhan sudah tetapkan untuk mati. Siapakah hakim atas seluruh dunia? Bukankah Allah? Jika demikian, mengapakah ada seorang manusia yang berani mengubah keputusan Yang Maha Adil dengan menentukan sendiri siapa yang harus dihukum dan siapa tidak? Tindakan inilah yang membuat Tuhan membuang Saul sebagai raja. Tuhan tidak lagi memberi ampun kepada Saul. Demikianlah Tuhan membiarkan Saul di dalam pemberontakannya sambil tetap memberikan kemenangan demi kemenangan bagi Israel melalui Saul. Kemenangan demi kemenangan yang memabukkan Saul sehingga dia tidak sadar kalau dia sudah menyimpang begitu jauh dari Tuhan.

Hari ini saya rindu mengajak kita semua berpikir baik-baik:
Apakah pelayanan yang kita kerjakan sepertinya berbuah lebat? Apakah Tuhan menambahkan jumlah orang yang mengikuti kebaktian di gereja tempat kita berbagian dalam pelayanan? Saul mempunyai 210 ribu pasukan ketika menaklukkan Amalek. Bukankah ini tandanya Tuhan masih berkenan kepada Saul? Hati-hati! Tuhan sudah tidak berkenan kepada Saul, tetapi Dia masih mengasihi umat-Nya. Bangsa Israel adalah alasan Tuhan juga masih memberikan kesempatan kepada Saul untuk bertobat dan kembali kepada Dia dengan tugas memerangi orang Amalek dengan penyertaan Tuhan yang besar. Saul gagal karena dia tidak sadar kalau dia sudah menyimpang jauh dari Tuhan. Kadang-kadang kita mempunyai pola berpikir yang sangat berbeda dari Tuhan. Kita menafsirkan kesulitan hidup sebagai tanda kutuk dan kita menafsirkan segala kemudahan, kelancaran, dan kesenangan hidup sebagai tanda perkenanan Tuhan. Padahal semua itu bukanlah tanda Tuhan berkenan atau tidak. Tuhan berkenan kepada seseorang jika dia menaati firman-Nya dan hidup dengan tepat sesuai perintah Tuhan. Entah dia kaya atau miskin, tanda sejati diperkenan Tuhan adalah kalau kita mengikuti Dia dengan tepat. Jikalau Tuhan memberkati pelayanan kita dan gereja kita, ini tidak berarti bahwa kitalah alasan Tuhan memberikan berkatnya. Selidikilah hidup kita dengan sebaik mungkin. Sudahkah kita dengan tepat mengikuti Dia? Saul membunuh hampir semua orang Amalek. Tetapi “hampir semua” tidak sama dengan “semua”. Saul membantai hewan ternak Amalek yang jelek, tetapi menyimpan yang baik (ay. 9) meskipun telah mendengar perintah bahwa Tuhan telah mengkhususkan seluruh ternak Amalek untuk dimusnahkan. Pelanggaran Saul sama seperti ketika Akhan mengambil jubah di Yerikho ketika seluruh harta orang Yerikho seharusnya dimusnahkan (Yos. 6:17; 7:1). Ketika perasaan hati kita sudah tumpul, kita tidak sadar bahwa kita sebenarnya sudah membuat Tuhan marah. Mungkin kata-kata kita. Mungkin tindakan kita. Semua hal-hal yang sebenarnya menjijikkan bagi Tuhan telah kita kerjakan tanpa merasa bersalah. Celaka kita akan makin bertambah jika ternyata Tuhan tetap memberikan kelimpahan di dalam hidup kita. Tetapi benarkah kelimpahan itu tanda bahwa Tuhan berkenan atas cara hidup kita? Saul sudah menyimpang jauh dari Tuhan, tetapi mungkin dia berpikir, “210 ribu pasukan yang menghancurkan banyak kerajaan lain di sekeliling Israel, Tuhan pasti sangat berkenan pada saya! Tidak seorang pun hakim Israel pernah mengalami kemenangan sebanyak saya. Bahkan Samuel pun belum pernah mencicipi kemenangan sebanyak kemenangan saya!” Tetapi Tuhan berkata kalau Dia akan membuang Saul. Tuhan akan membuang kita jika kita terlalu bebal! Bertobatlah dan miliki kepekaan rohani yang tinggi! Jangan diperdaya oleh nurani kita yang sudah lebih tumpul daripada pedang plastik mainan, tetapi kembalilah kepada firman Tuhan. Apakah hidup kita terus diarahkan untuk mengikuti Tuhan secara tepat? Hati, pikiran, perbuatan, perkataan, dan seluruh hidup, biarlah itu diserahkan kepada Tuhan untuk menaati Dia dengan seakurat mungkin. (JP)

1 Samuel 14:47-15:9