Bagian yang kita baca mengisahkan tentang pemanggilan sang raja pilihan Tuhan, yaitu Daud. Apakah bedanya Saul dengan Daud? Saul adalah raja yang dipilih Tuhan di dalam sejarah sebagai respons dari permintaan orang Israel untuk mempunyai raja seperti bangsa-bangsa lain. Daud adalah raja yang Tuhan pilih di dalam rencana kekal Tuhan untuk membangkitkan satu dinasti yang akan menurunkan Kristus, Sang Raja Sejati. Ini semua di luar kemampuan kita untuk mengerti dengan utuh. Allah yang kekal menyatakan rencana kekal-Nya di dalam sejarah kepada orang-orang yang berada dalam kurungan keterbatasan sebagai ciptaan, tentulah banyak hal yang berada di luar kemampuan pemahaman kita. Tetapi ini tidak berarti kita tidak dituntut untuk memahami dengan akurat. Ulangan 29:29 mengatakan bahwa apa yang Tuhan nyatakan harus dipahami dengan akurat, dijalankan dalam hidup, dan diajarkan kepada orang lain. Betapa sesat orang yang mengatakan, “Rancangan Tuhan terlalu dalam, maka tidak ada gunanya kita mencari tahu,” atau “rencana kekal Tuhan berada di luar kemampuan kita, maka kita tidak boleh sombong mengatakan bahwa hanya theologiku yang benar.” Mengapa sesat? Karena pemahaman yang akurat akan firman yang Tuhan nyatakan, itulah yang Tuhan tuntut dari kita. Kita harus mengerti dengan akurat. Mencari pemahaman yang akurat akan firman Tuhan adalah tuntutan Tuhan atas semua orang percaya. Kapankah Tuhan memilih Daud? Di dalam rencana kekal untuk memanggil dinasti kerajaan yang akan menurunkan Sang Mesias. Kapan Tuhan memilih Saul? Segala rancangan Tuhan tentu merupakan rancangan dari kekekalan, sebab Tuhan tidak mungkin gagal untuk merancangkan seluruh sejarah di dalam kekekalan. Tetapi penekanan pemilihan Saul adalah sebagai cara Tuhan untuk mendidik orang Israel melihat perbedaan raja sejati dengan raja seperti bangsa-bangsa di dunia ini, sehingga orang Israel menyadari perbedaan raja seperti bangsa-bangsa di dunia (Saul) dengan raja menurut cara Tuhan (Daud). Tetapi walaupun Saul dipilih Tuhan dengan tujuan mendidik Israel, Tuhan tidak setengah-setengah dalam memilih Saul. Dia dipersiapkan untuk menjadi dinasti yang akan memerintah Israel seterusnya. Tuhan memberikan keturunan yang sangat potensial untuk melanjutkan pemerintahan Saul, yaitu Yonatan. Tuhan juga memberikan kemampuan menjadi raja yang kuat kepada Saul. Tuhan juga memberikan setidaknya lima bangsa yang takluk kepada Saul selama masa pemerintahannya menjadi raja. Bahkan Tuhan juga mempunyai perasaan menyesal yang dalam ketika Saul akhirnya ditolak-Nya sebagai raja. Bagaimana mengaitkan ini dengan rancangan Tuhan memilih Daud dari suku Yehuda? Satu-satunya cara mengaitkan adalah dengan menerima sebenar-benarnya setiap paradoks yang dinyatakan Alkitab sebagai kebenaran yang sama-sama harus dianggap penting. Rencana kekal-Nya dan respons manusia di dalam sejarah sama-sama penting bagi Allah. Jadi apakah Tuhan salah dalam berencana? Pemanggilan Saul gagal total dan sekarang Tuhan memakai plan B? Tidak. Karena rencana Allah adalah memanggil keturunan Yehuda untuk menjadi raja (Kej. 49:10). Apakah ini berarti pemanggilan Saul hanya main-main? Tidak. Sebab Dia memandang penting respons manusia di dalam sejarah, dan karena itu Dia merasakan penyesalan yang mendalam karena pemberontakan Saul (1Sam. 15:11). Inilah paradoks. Rancangan kekal Allah dan respons manusia di dalam sejarah, keduanya harus diterima sebagai hal-hal yang sama pentingnya bagi Allah.
Ada beberapa hal yang dapat kita soroti mengenai pemanggilan Daud. Yang pertama adalah Tuhan menyatakan bahwa Dia melihat hati, bukan perawakan yang tinggi. Ayat 7 mengatakan bahwa Tuhan sudah menolak orang yang tinggi dan gagah seperti Saul, jadi mengapa Samuel masih terpukau dengan kegagahan fisik? Memandang apa yang terlihat di depan mata juga adalah kelemahan kita semua. Kita melihat orang dari hartanya, dari gelarnya, dan dari seratus hal lain yang terlihat di depan kita. Tetapi siapa yang dapat mengetahui hati manusia? Ujian terbaik bagi seseorang untuk mengenal hati orang lain adalah waktu dan krisis. Di saat krisis seperti apakah dia? Ketika melewati ujian-ujian di dalam waktu, bagaimanakah responnya? Bagaimanakah seseorang berespons ketika diberi kelimpahan? Bagaimanakah dia berespons di dalam kekurangan? Bagaimana dia bersikap di tengah-tengah kesulitan dan bahaya? Tetapi Tuhan tidak perlu menanti hingga ujian itu datang. Dia telah mengenal isi hati semua manusia. Tidak ada yang dapat menipu Tuhan. Daud adalah seorang yang hatinya berkenan kepada Tuhan. Anak terkecil dari Isai yang bahkan dianggap terlalu muda untuk ikut perjamuan orang-orang dewasa, ternyata malah dipilih Tuhan menjadi raja. Pilihan yang sulit diterima bahkan oleh keluarga Daud sendiri sehingga saudara-saudaranya pun masih meremehkan dia ketika dia muncul di medan perang (1Sam. 17:28). Jangan biasakan meremehkan siapa pun. Jangan berpikir sudah ahli menebak karakter orang. Jangan mudah percaya kepada siapa pun tetapi juga jangan mudah curiga kepada siapa pun. Mempertahankan keseimbangan di dalam melihat orang ini memang bukan hal yang mudah, tetapi Tuhan menuntut kita untuk makin mampu belajar membedakan manakah yang berhati tulus dan manakah yang palsu. Jangan remehkan orang yang rencah secara harta, gelar, ataupun kedudukan. Juga jangan gampang kagumi orang yang terpandang karena harta, gelar, ataupun kedudukan. Kadang apa yang dikagumi dunia malah dihina oleh Tuhan dan apa yang dihina oleh dunia mungkin sekali justru yang akan Tuhan buat menjadi mengagumkan.
Yang kedua adalah Tuhan memberikan penyertaan Roh-Nya kepada Daud sedangkan kepada Saul Dia sudah undur. Ayat 13-23 secara ironis mengisahkan sang raja pertama Israel sekarang diganggu roh jahat sedangkan seorang anak muda yang tidak dikenal, seorang penggembala domba yang mampu bermain kecapi, sekarang dikuasai oleh Roh Tuhan. Ayat 15 mengatakan bahwa Saul diganggu oleh roh jahat yang dari pada Allah. Kalimat “roh jahat yang dari pada Tuhan” adalah suatu penjelasan bahwa yang sekarang ada pada Saul bukan lagi Tuhan yang secara aktif hadir dan memimpin, tetapi roh jahat yang Tuhan izinkan untuk menggantikan pekerjaan Roh Kudus dalam diri Saul. Seperti yang pernah kita bahas dalam melihat 1 Samuel 11:6, karya Roh Kudus pada Saul bukanlah karya Roh Kudus mempertobatkan atau melahirkan kembali seseorang, tetapi merupakan karya memberikan kemampuan (empowering) kepada seseorang untuk melakukan panggilannya dengan berkuasa. Sekarang tempat Roh Kudus itu sudah diganti oleh roh jahat. Kata “yang dari pada Tuhan” menunjukkan bahwa tidak pernah setan dan roh jahat dapat bertindak di luar kedaulatan Allah. Allah mengizinkan, barulah setan bisa menjalankan perannya. Allah mengizinkan, maka roh jahat hinggap pada Saul. Ayat 23 mengatakan bahwa tiap kali Daud datang dan memainkan musik, maka roh jahat itu undur dari Saul. Saul yang tadinya bernubuat karena dipenuhi Roh Allah, sekarang diganggu roh jahat. Bahkan dalam 1 Samuel 19:24 dikatakan bahwa roh jahat itu membuat Saul bertingkah laku gila. Siapa pun yang makin menjauhkan diri dari Tuhan pada akhirnya akan menjadi mangsa setan, dan ketika setan sudah menguasai hidup seseorang, keadaan orang itu sangat sengsara. Roh Tuhan memimpin, tetapi roh setan memaksa. Roh Tuhan memberikan sukacita, roh setan memberikan depresi dan kehilangan pengharapan. Roh Tuhan memberikan kebenaran, roh setan menipu manusia dan menyeretnya ke dalam berbagai-bagai penyesatan. Roh Tuhan membuat seseorang hidup dengan murni dan tulus, roh setan melatih berbagai macam kemunafikan untuk dijalankan di dalam hidup. Roh Tuhan memberikan kedamaian, roh setan memberikan kebencian dan konflik. Siapakah yang memberi lebih banyak pengaruh di dalam hidup kita? Tuhan yang memimpin? Atau setan yang menguasai? (JP)