Daud dan Abigail

Reforming Heart - Day 35

1 Samuel 25:1-44

Daud dan Abigail

Devotion from 1 Samuel 25:1-44

Ayat satu memberitakan kematian Samuel dengan cara yang sangat singkat. Dia mati, dan semua orang menangisi dia. Tidak ada pembahasan yang lebih panjang. Tidak ada lagu yang dinyanyikan karena Samuel telah mati. Tidak ada juga orang yang membuat puisi karena kematian Samuel. Dia seperti terlupakan di dalam kisah Kitab Samuel ini. Mengapa demikian? Karena penulis kitab ini tidak ingin fokus pembahasannya beralih ke orang lain. Bahkan kematian Samuel pun tidak boleh membuat perhatian pembaca beralih dari Daud. Tetapi kematian Samuel memberikan pengaruh sangat besar bagi Daud. Setelah kematian Samuel, harapan untuk Daud diperdamaikan dengan Saul akan menjadi semakin kecil. Itulah sebabnya setelah Samuel mati, Daud berpindah tempat ke padang gurun Paran.

Kisah kita berlanjut dengan keluarga seorang bernama Nabal. Ayat 3 mengatakan kalau Nabal adalah seorang yang kasar dan jahat tingkah lakunya. Tetapi ayat 3 juga menjelaskan bahwa istrinya bijak dan cantik. Ayat 4 dan 5 mengisahkan bahwa Nabal sedang mengadakan pengguntingan bulu domba. Ayat 10 mencatat Nabal menghina Daud setelah Daud memohonkan roti bagi tentara-tentaranya. Nabal menolak mereka sehingga Daud begitu marah. Ayat 13 mengatakan bahwa Daud beserta dengan 400 orang bersiap-siap untuk membunuh Nabal dan semua laki-laki di seisi rumah Nabal (ayat 22). Sekarang, selain membaca bagian untuk hari ini, mari kita lihat juga 1 Raja-raja 2:8-9. Pada bagian ini, dan ayat-ayat sebelumnya berbicara tentang Daud memberikan tugas kepada Salomo untuk menghukum beberapa orang. Mengapa tunggu sampai Salomo yang hukum? Mengapa Daud tidak langsung menghukum mereka? Salah satu alasannya adalah karena Daud telah belajar untuk tidak bertindak membunuh orang Israel. Dia dipanggil untuk memerangi musuh Israel, bukan untuk membunuh orang Israel. Tetapi bukankah orang-orang ini memang layak dihukum? Ya. Tetapi Daud menyerahkan itu kepada Salomo. Dia sendiri tidak mau terlibat di dalam eksekusi siapa pun karena pengalaman yang Tuhan pernah ajarkan kepada dia, yaitu ketika dia harus berurusan dengan Nabal. Daud belajar dari satu pengalaman ini, dan dia tidak pernah memberikan hukuman mati kepada siapa pun. Sebelumnya Daud begitu gigih mempertahankan nama baiknya dari hinaan Nabal sehingga dia berniat membunuh semua laki-laki di rumah Nabal. Siapakah yang Tuhan pakai untuk mendidik Daud sehingga dia tidak menjadi seorang kejam yang dengan mudah membunuh orang-orang sebangsanya sendiri? Orang yang dipakai Tuhan adalah Abigail. Apa sajakah yang dilakukan Abigail?

1.  Abigail menjadi seorang yang menebus kesalahan Nabal. Ayat 24 mengatakan bahwa dia rela menanggung kesalahan yang telah diperbuat Nabal. Dia memohon, kalau Daud memang masih akan menghukum, hukum sajalah dirinya. Selain menawarkan diri sebagai pengganti Nabal untuk menerima hukuman, dia juga menggantikan Nabal di dalam memberikan apa yang seharusnya Nabal berikan. Inilah konsep penebusan. Abigail menanggung hukuman dari Daud bagi Nabal, dan dia juga memberikan kue dan roti atas nama Nabal bagi Daud. Gambaran penebusan Kristus telah digambarkan dengan sangat indah oleh Abigail. Kristus menanggung hukuman kita dari Allah Bapa, dan Dia juga memberikan ketaatan yang dituntut Allah Bapa dari kita.

2.  Dia mengingatkan Daud bahwa Daud seharusnya melakukan perang Tuhan (ay. 28), bukan memunahkan laki-laki yang ada pada sebuah rumah yang tidak mempunyai kekuatan militer apa pun. Inilah teguran yang halus tetapi sangat mengena untuk Daud. Daud harus mengingat bahwa Nabal (ataupun keluarga mana pun di Israel) bukanlah lawannya. Dia tidak dipanggil untuk berperang melawan orang Israel. Dia harus berbalik dari rencana kejamnya membunuh Nabal dan seluruh laki-laki pada seisi rumahnya. Tetapi cara yang anggun dari Abigail membuat peringatan itu terdengar begitu sopan dan rendah hati.

3.  Abigail mengingatkan kepada Daud bahwa Tuhanlah yang menjadi pembalas bagi Daud. Daud baru saja membuktikan kesetiaannya kepada Saul dengan tidak membunuh Saul. Jika memang Saul harus dihukum oleh Tuhan, maka biarlah penghukuman itu Tuhan berikan melalui cara apa pun, tetapi bukan melalui tangan Daud. Ternyata Daud lupa menerapkan hal yang sama untuk Nabal. Itulah sebabnya Abigail mengatakan bahwa nyawa musuh-musuh Daud akan dilempar jauh-jauh dari hadapan Daud (ay. 29). Biarlah Tuhan yang menghukum Nabal, kalau memang Tuhan menganggap Nabal perlu dihukum.

4.  Berikutnya Abigail juga mengingatkan bahwa kalau Daud mematikan semua laki-laki di rumah Nabal, maka Tuhan akan menuntut balas atas darah yang tertumpah tanpa alasan (ay. 31). Jika saja Daud bertindak bijaksana dengan membiarkan Nabal, maka Daud akan mempunyai catatan bersih dan dia menjadi raja tanpa adanya noda karena membunuh orang dengan alasan yang sangat tidak layak.

Dari seluruh poin perkataan Abigail kita langsung tahu betapa besar hikmat perempuan ini. Dia setia kepada Nabal dan membela suaminya itu walaupun Nabal adalah orang yang jahat dan kejam. Dia juga mempunyai sense keadilan yang sangat agung. Dia pun mengetahui bagaimana harus bertindak sebagai seorang perempuan anggun yang merendahkan diri di depan Daud. Ayat 38 mengatakan bahwa Nabal pada akhirnya mati dibunuh oleh Allah. Tuhanlah pembela Daud. Maka Daud segera mengutus orang untuk mengambil Abigail menjadi istrinya. Kecuali peristiwa kejatuhannya di mana Daud membunuh Uria, mulai sejak peristiwa ini hingga Daud mati dia tidak pernah sekali pun membunuh orang Israel. Dia tidak pernah memerangi sesama orang Israel secara langsung dan dia tidak pernah menuntut balas untuk segala perlakuan yang dia terima. Ketika Simei mengutuk dia (2Sam. 16:7-8) dan pengawalnya hendak membunuh Simei, Daud mengatakan, “Anakku saja ingin membunuh aku. Kalau Tuhan menyuruh dia untuk mengutuk aku, biarlah dia mengutuk aku.” Sampai akhir hidup Daud dia tidak membunuh Simei walaupun sebenarnya dia harus dihukum. Itu sebabnya Daud menyerahkan penghukuman Simei kepada Salomo, tetapi dia sendiri tidak membalaskan dendamnya kepada Simei. Daud belajar melalui satu pengalaman ini dan seumur hidup dia tidak pernah bertindak kejam dengan membantai orang-orang sebangsanya sendiri. Satu pelajaran diikuti dengan ketaatan seumur hidup. Daud bukan orang yang tidak pernah berdosa. Dosanya sangat besar, terutama ketika dia mengambil Batsyeba dan membunuh Uria. Tetapi dia adalah seorang yang sungguh-sungguh tunduk kepada Allah. Satu pelajaran dari Allah langsung diikuti dengan pertobatan, dan seumur hidup dia tidak lagi jatuh dalam dosa yang sama.

Mari kita renungkan bersama-sama dua hal ini:
1.  Kiranya kita boleh belajar memiliki hikmat sejati. Hikmat seperti Abigail berhikmat. Prinsip kebenaran firman begitu melekat di dalam hatinya dan dia dengan peka tahu harus memakai prinsip yang mana di dalam bertindak. Inilah yang disebut dengan bijaksana. Mengetahui firman dan peka terhadap waktu ketika suatu bagian firman itu harus dijalankan.

2.  Pernahkah kita mendapat teguran dari Tuhan? Cukupkah Tuhan menegur kita satu kali dan kita segera bertobat? Kiranya kita tidak mempermainkan anugerah teguran dari Tuhan dan segera berubah ketika teguran itu diberikan kepada kita. (JP)

1 Samuel 25:1-44