Jikalau dalam pembahasan kemarin kita telah melihat bahwa Tuhan memakai semua rencana jahat Saul untuk memperkenalkan Daud kepada seluruh Israel, maka pada bagian ini kita melihat Tuhan memakai rencana jahat Saul untuk membuat Daud terusir. Allah ingin membentuk calon raja sejati Israel ini dan tidak ada tempat pembentukan sebaik padang gurun. Itulah sebabnya Tuhan membuat Daud terusir dan harus tinggal di tempat-tempat pelarian.
Narasi hari ini dimulai dengan rencana jahat selanjutnya dari Saul. Kalau menyuruh Daud berperang ternyata tidak membuat Daud tewas, bahkan malah membuat dia semakin populer, maka cara berikutnya adalah dengan menyebarkan fitnah. Ayat 1 mengatakan bahwa Saul menyebarkan berita tentang ketidaksetiaan Daud kepada kerajaan Israel sehingga harus dibunuh. Inilah cara yang sangat jahat: cara fitnah. Membuat seseorang dibenci semua orang yang lain karena berita palsu yang disebarkan tentang dia. Tetapi Yonatan tampil sebagai pembela Daud. Yonatan mengingatkan Saul betapa berjasanya Daud bagi Saul dan bagi Israel. Karena perkataan Yonatan, maka Saul memberikan sumpahnya bahwa Daud tidak akan dibunuh (ay. 6). Lihat betapa mudahnya Saul mengucapkan sumpah hanya untuk melanggarnya kembali. Inilah salah satu ciri Saul, terlalu gampang berjanji tanpa ada intensi untuk menepati. Bahkan dia berjanji untuk menyelubungi rencananya membunuh Daud! Betapa liciknya seorang yang memelihara satu benih dosa dan membiarkannya bertumbuh subur menjadi pohon yang penuh dengan buah-buah yang cemar.
Bagian selanjutnya dari narasi kita hari ini sangat unik, yaitu karena berbicara tentang keadaan Saul di dalam cengkraman roh jahat. Perhatikan ayat 9! Setelah ayat 8 berbicara tentang kuat kuasa Allah yang bekerja pada Daud, ayat 9 segera menyatakan betapa kuat roh jahat telah mencengkeram Saul. Saul melakukan kembali apa yang pernah dicobanya sebelumnya, yaitu menancapkan tombak ke tubuh Daud. Sejak kejadian itu Daud pun melarikan diri dari Saul dan hidup dalam pelarian sampai pada hari Saul mati. Daud melarikan diri dan Saul mengejarnya dengan sangat ganas. Ayat 18 mengatakan bahwa Daud pergi kepada Samuel dan mereka tinggal di Nayot. Di sinilah kita melihat keadaan Saul yang makin rusak karena kejahatannya sendiri. Saul mengutus orang untuk menangkap Daud tetapi orang-orang itu “kepenuhan seperti nabi” (ay. 20-21). Apakah yang dimaksud dengan “kepenuhan seperti nabi” tidak jelas pada bagian ini. Sangat mungkin kalau Roh Tuhan menggerakkan mereka untuk menyerukan peringatan-peringatan firman Allah sama seperti para nabi. Tetapi ketika Saul sendiri kepenuhan sampai telanjang seperti orang gila, maka orang-orang segera berkata, “apakah Saul termasuk golongan nabi?” Jikalau pada 1 Samuel 10:11 Saul bernubuat dan membuat orang heran akan kemampuannya bernubuat, maka pada ayat 24 orang-orang mencibir Saul karena kegilaannya. Itu sebabnya perkataan “apakah Saul termasuk golongan nabi?” dikatakan dengan dua intensi atau tujuan yang berbeda. Yang satu (1Sam. 10:11) menyatakan kekaguman orang-orang kepada calon raja Israel ketika itu. Sedangkan pada ayat 24 perkataan tadi lebih bersifat penghinaan ketimbang kekaguman.
Mari kita lihat betapa jauhnya Saul sudah terseret. Ketika baru diurapi, Samuel mengatakan bahwa Saul akan bernubuat seperti nabi. Sekarang nubuat Saul justru adalah nubuat yang palsu dan hanya membuat dia menjadi bahan tertawaan orang-orang di sekelilingnya. Pada narasi kita hari inilah kita dapat melihat tanda-tanda dari Tuhan bahwa Dia mulai meninggalkan Saul. Tanda pertama adalah (1) Saul diganggu terus oleh roh jahat. Ini sangat bertolak belakang dari Daud yang terus diberi kemenangan oleh Roh Tuhan. Tuhan sudah menyerahkan Saul untuk jatuh ke dalam tangan Iblis dan membiarkan Iblis mempermainkan dia sebagaimana tercatat dalam ayat 24. Jika kita terus hidup dalam kecemaran, maka Tuhan akan membiarkan kita diperbudak oleh kecemaran itu. Kepenguasaan setan atas hidup kita adalah tanda kalau Roh Kudus belum memeteraikan kita menjadi milik Kristus. Tetapi di mana ada Roh Kudus, tidak ada kuasa dari roh apa pun yang dapat mengikat orang yang sudah dimiliki oleh Dia. Lalu tanda kedua adalah: (2) Nabi Tuhan menolak untuk bertemu dengan Saul. Samuel telah meninggalkan Saul sejak kejadian yang tercatat pada 1 Samuel 15:34-35. Seluruh Israel mengasihi Daud. Mikhal dan Yonatan, anak-anak Saul juga mengasihi Daud. Tetapi kebencian Saul sudah menutup semua kemampuan berpikir dengan iman yang sejati. Ayat 23 mengatakan bahwa Saul bahkan tidak sadar dan telanjang ketika dia berada di depan Samuel. Kemudian tanda ketiga adalah (3) tidak adanya hati nurani yang peka dan terus berbicara kepada Saul sehingga apa yang Allah nyatakan sebagai dosa ternyata tidak dianggap apa-apa. Saul hampir membunuh Daud beberapa kali dan sekarang ia mengejar Daud dengan sangat kejam. Keberdosaan telah menutupi kemampuan Saul untuk mendengarkan hati nuraninya bekerja. Mengapa Daud harus dibunuh? Padahal dia bukanlah ancaman bagi Saul. Bahkan Daud adalah panglima perang Saul yang sangat dipakai Tuhan. Tuhan sudah tidak lagi ingin berbicara kepada Saul, bahkan melalui teguran hati nuraninya sekalipun. Alangkah mengerikannya kalau Tuhan sudah bosan berbicara kepada kita. Jika Tuhan sudah menarik anugerah firman, keadaan kita pasti akan menjadi semakin parah. Ketika Saul ingin membunuh Daud tidak ada satu pun teguran hati nurani yang mencegah dia melakukan itu. Segala suara telah dimatikan dan segala pikiran telah dibutakan oleh keinginan untuk membunuh yang begitu besar.
Mari kita renungkan untuk hari ini:
1. Saul berusaha membunuh Daud karena pemikirannya sudah sangat dicemari oleh sifat gila kekuasaan. Saul melihat segala hal sebagai potensi ancaman (kalau belum disebut sebagai ancaman yang aktual), dan dia gagal untuk melihat berkat yang diberikan oleh Tuhan. Hati kita pun tidak luput dari ancaman perbuatan dosa yang telah dilakukan Saul, yaitu gagal melihat berkat, tetapi sangat peka dalam melihat ancaman. Mari kita berlatih untuk hari ini dan seterusnya. Kita berlatih untuk mematikan hati yang terlalu peka untuk untung-rugi kita sendiri, dan mengarahkan hati kita untuk lebih ingin melihat apa yang Tuhan sedang kerjakan melalui hidup kita. Melihat berkat Tuhan sangat sulit jika terus dilihat dengan kacamata yang berfokus pada untung-rugi pribadi. Saul tidak melihat potensi besar untuk kerajaannya ada di dalam Daud, tetapi dia melihat adanya potensi yang dapat merugikan dia kalau Daud terlalu populer. Melihat kutukan persis pada anugerah yang Tuhan berikan dengan cuma-cuma. Mengapakah kita gagal melihat berkat? Karena kita melihatnya dengan memakai kacamata untung-rugi pribadi.
2. Renungkanlah bagaimana dosa membuat keadaan seseorang begitu menyedihkan. Sangat kasihan kalau Saul harus hidup seperti sekarang ini, terus menerus ditaklukkan oleh keinginan-kenginan sempitnya untuk menjadi penguasa. Marilah belajar untuk tidak menganggap enteng dosa. Dosa yang satu akan menghasilkan dosa yang lain. Dosa lain lagi akhirnya menghasilkan dosa demi dosa yang semakin lama semakin liar dan tidak terkontrol. Jangan biarkan hidup kita seperti ini. Dosa akan menghasilkan dosa-dosa lain, dan dosa yang paling parah adalah dosa di dalam hati kita yang membuat kita memercayai diri sendiri bahwa kita tidak berdosa. Dosa yang paling berbahaya adalah dosa yang membuat perasaan berdosa atau bersalah lenyap dari dalam hati. Saul tidak merasa bersalah membunuh seorang benar seperti Daud. Dia juga merasa tidak ada salahnya kalau mulutnya mengucapkan sumpah palsu yang dibuat hanya untuk dilanggar. Kiranya Tuhan mengasihani kita dan tidak mengizinkan kita terus menerus diperangkap oleh kecemaran kita. (JP)