Bagian ini menjelaskan salah satu alasan mengapa Allah memanggil Samuel, yaitu karena bobroknya para imam, terutama kedua anak Eli. Tuhan tengah mempersiapkan pengganti mereka, yaitu Samuel. Sebenarnya salah satu tema dari Kitab Samuel adalah bagaimana Tuhan mempersiapkan orang yang lebih baik untuk mengganti pelayan-Nya yang sudah tidak lagi setia kepada-Nya. Suatu tema yang seharusnya memberikan peringatan kepada kita semua untuk tidak main-main dengan panggilan yang Tuhan sudah berikan. Betapa celakanya jika seseorang merasa dia penting bagi Tuhan. Betapa kekanak-kanakannya orang yang karena tersinggung mau berhenti melayani Tuhan. Seolah-olah kalau dia tidak melayani lagi pekerjaan Tuhan akan terbengkalai. Tetapi pekerjaan Tuhan tidak mungkin gagal. Tuhan sudah mempersiapkan pengganti yang lebih baik dari orang yang disingkirkan itu. Siapakah yang lebih baik? Eli atau Samuel? Hofni dan Pinehas (anak-anak Eli), atau Samuel? Semua sepakat bahwa Samuel adalah seorang nabi dan hakim yang sangat dipakai Tuhan, melebihi semua nama yang disebut tadi. Demikian juga pada pertengahan kitab ini kita melihat Tuhan memanggil Daud untuk menggantikan Saul. Tuhan tidak mengizinkan rencananya rusak karena ketidakberesan hidup hamba-Nya. Jika kesabaran-Nya habis, Dia akan menyingkirkan mereka yang tidak lagi mau hidup benar dan menggantikan mereka dengan orang-orang yang lebih baik. Mari dengan gentar kita mengingat hal ini dan belajar lebih bertanggungjawab dalam melayani Tuhan.
Bagian ini membahas tentang kejahatan anak-anak Eli. Kita dapat menyimpulkan kejahatan mereka dalam dua hal. Yang pertama: mereka menghina kekudusan ibadah kepada Tuhan. Mereka menganggap perut mereka lebih perlu dipuaskan daripada menjalankan ibadah untuk Tuhan! Yang kedua: mereka melakukan kekerasan. Mereka berani mengancam orang-orang yang datang untuk beribadah kepada Tuhan. Bahkan mereka mengancam akan menyakiti orang yang mau menaati cara Tuhan untuk beribadah kepada-Nya (ayat 16). Seorang hamba Tuhan mengancam jemaat yang mau taat kepada Tuhan?! Betapa rusaknya keadaan Israel pada waktu itu.
Ayat 18-21 kita melihat ada pemberitaan yang mau membandingkan Samuel dengan anak-anak Eli. Samuel dikasihi oleh Tuhan dan ibunya pun mendapatkan penyertaan Tuhan, sedangkan anak-anak Eli sudah dibuang oleh Tuhan. Tetapi ternyata kesalahan bukan hanya pada anak-anak Eli. Tuhan pun marah kepada Eli yang menghormati anak-anaknya lebih daripada menghormati Tuhan (ayat 29). Dalam ayat 23-25 dicatat bagaimana Eli memberikan teguran yang terlalu sopan kepada anak-anaknya, padahal anak-anaknya sudah bertindak seperti orang kafir. Bahkan kata dalam bahasa asli yang dipakai untuk menggambarkan mereka adalah “anak-anak belial”, yaitu orang-orang yang kejahatannya sedemikian memuakkan bagi Tuhan sehingga disamakan dengan penyembah berhala yang jahat dan menjijikkan. Orang-orang yang tidak lagi diberi kesempatan untuk bertobat karena kebejatan mereka yang memuakkan bagi Tuhan. Lalu bagaimanakah Eli menegur “anak-anak belial” ini? Eli mengatakan kalimat-kalimat tegurannya dengan cara yang terlalu halus. Seperti seorang bawahan hendak memberi masukan kepada atasannya. Seperti seorang rakyat biasa menegur raja dengan segala perasaan tidak layak yang dia miliki. Anak-anak Eli tidak lagi seharusnya ditegur. Mereka seharusnya dihukum sangat berat. Bukankah anak-anak Harun dibunuh oleh Tuhan ketika mereka mempersembahkan api yang tidak Tuhan perintahkan (Im. 10:1-7)? Eli tidak mempunyai jiwa yang menyala-nyala untuk membela kekudusan Tuhan. Dia mengizinkan anak-anaknya melakukan penghinaan yang sedemikian besar kepada Tuhan. Perlakuan halus sang ayah yang mengasihi dengan buta ini membuat anak-anaknya akhirnya dihukum mati oleh Tuhan (ayat 25). Para orang tua yang memanjakan anak dan tidak pernah melatih anak untuk takut akan Tuhan pada akhirnya akan menyebabkan kematian anaknya!
Tuhan menginginkan adanya kesucian hidup, baik di dalam beribadah kepada-Nya maupun di dalam kesopanan moral dalam berelasi dengan orang lain. Itu sebabnya orang tua yang bijak juga akan membuat “takut akan Tuhan” dan “kasih kepada sesama” menjadi tujuan utama membesarkan anak. Dia tidak mau mengganti kesuksesan studi, kekayaan, karier, kedudukan di dalam masyarakat menjadi pencapaian yang lebih penting daripada takut akan Tuhan dan kasih akan sesama. Siapa yang meremehkan takut akan Tuhan tidak mungkin mendidik anaknya untuk takut akan Tuhan. Dan anak yang tidak pernah dididik untuk takut akan Tuhan akan menjadi orang-orang dursila yang hidup seenaknya sendiri.
Alkitab menyatakan di dalam bacaan kita (ayat 22) bahwa kebobrokan rohani anak-anak Eli juga tercermin dari kerusakan moral mereka. Mereka melampiaskan hawa nafsu mereka tanpa memedulikan apa pun juga. Mereka menjadi binatang liar yang tidak lagi bisa dikekang. Maukah engkau pada suatu hari melihat anakmu menjadi binatang liar yang tidak bisa dikekang? Takutlah akan Tuhan! Ajar anak-anak kita untuk takut akan Tuhan! Ini hal yang paling utama dalam kehidupan manusia. Ada orang tua yang begitu panik kalau nilai matematika anaknya jelek tetapi tidak pernah peduli kalau anaknya tidak mengenal Kitab Suci. Ada orang tua yang mencari sekolah yang terbaik untuk anak berdasarkan standar dunia tetapi tidak pernah menggubris standar Tuhan. Ada orang tua yang sediakan jam demi jam membimbing anak belajar agar dia lulus ujian sekolah tetapi tidak sekali pun mendampingi dia mempelajari Alkitab. Orang tua macam apa ini? Orang tua sedemikian akan dihakimi dengan berat oleh Tuhan dan jikalau dia tidak juga bertobat, maka dia akan menyaksikan sendiri anak-anaknya berubah menjadi orang dursila yang akhirnya dibuang oleh Tuhan. Mari tekankan rasa takut akan Tuhan. Jadikan itu bagian utama dari kehidupanmu! Jadikan itu bagian utama dari kehidupan rumah tanggamu! Jadikan itu bagian utama dalam kehidupan anak-anakmu!
Tuhan tidak akan membiarkan rencana-Nya gagal, dan karena itu Ia memanggil Samuel dengan menyingkirkan Eli dan anak-anaknya. Ini pun suatu pelajaran yang sangat penting bagi kita, yaitu bahwa tidak seorang pun yang tak tergantikan. Meskipun seorang imam dalam kehidupan berbangsa Israel sangat penting karena mempunyai otoritas yang sangat besar dalam berbagai aspek kehidupan umat Tuhan, tetapi tidak satu pun dari mereka yang tidak tergantikan. Di dalam Kitab Keluaran Tuhan telah memilih anak-anak sulung sebagai imam untuk melayani Dia. Tetapi setelah kasus anak lembu emas, Tuhan menggantikan mereka dengan orang-orang Lewi. Di dalam Kitab Suci Tuhan memilih Israel untuk menjadi umat-Nya supaya seluruh dunia mengenal ada Tuhan yang berdaulat mutlak dan harus disembah. Tetapi setelah mereka menolak Dia berkali-kali maka Tuhan memanggil Paulus dan mengutus dia untuk pergi jauh kepada bangsa-bangsa lain. Tuhan memakai Yerusalem untuk menyatakan kehadiran-Nya. Tetapi ketika mereka terus-menerus menolak, maka Tuhan mengirim Titus, seorang Jendral Romawi, untuk mengepung kota itu, menaklukkannya dan merobohkan tembok-temboknya. Tuhan memanggil saudara dan saya untuk melayani Dia. Marilah kita gentar! Dengan rendah hati dan sungguh-sungguh kita menjalankan panggilan melayani Dia. Kita sebagai hamba Tuhan, atau majelis, pengurus, aktivis, guru Sekolah Minggu, atau menjadi saksi-saksi Kristus di tengah-tengah masyarakat, atau yang menjalankan panggilan mandat budaya di bidang pekerjaan masing-masing, mari kita gentar! Mari kita belajar takut akan Tuhan. Mari kita minta kekuatan kepada Tuhan untuk setia kepada Dia dan berjanji untuk mengikuti Dia dengan tepat. Mari kita berjuang untuk menaati Dia! (JP)