Bagian ini menunjukkan bahwa Daud tidak menginginkan kematian Saul. Meskipun Daud berada dalam bahaya jikalau Saul masih hidup, tetapi kecintaannya kepada Israel sebagai umat Allah membuat dia tidak ingin raja Israel itu dihancurkan. Dia tidak ingin keamanan pribadinya menjadi lebih utama daripada keamanan seluruh bangsa. Bagian ini dimulai dengan kepulangan Daud, setelah sebelumnya dia berhasil mengalahkan orang Amalek. Seorang tentara Saul yang, ironisnya, merupakan keturunan Amalek datang membawa laporan kekalahan Israel. Laporan yang diberikan sepertinya berbeda dengan catatan kematian Saul pada 1 Samuel 31. Dalam 2 Samuel 1:10, dalam laporan orang muda ini, Saul mati karena dialah yang membunuhnya atas permintaan Saul sendiri. Kemungkinan dia sengaja mengubah beberapa hal di dalam ceritanya supaya dia mendapatkan penghargaan dari Daud. Tetapi reaksi Daud dan seluruh tentaranya adalah dukacita yang amat mendalam. Dukacita bukan hanya karena kekalahan Israel, tetapi karena kematian Saul dan Yonatan. Bahkan Daud menghukum mati orang muda yang datang membawa kabar itu karena, menurut pengakuannya, dialah yang membunuh Saul. Ayat 16 menyatakan alasan Daud membunuh orang muda itu, yaitu karena dia, berdasarkan kesaksiannya sendiri, telah membunuh orang yang diurapi Tuhan.
Ini menunjukkan bahwa hati Daud tidak pernah berpaling dari raja yang diurapi Tuhan. Dia tidak pernah kehilangan kesetiaan kepada Saul. Dia tidak membunuh Saul dalam dua kesempatan. Dia juga tetap berduka karena kematian Saul bahkan membunuh orang yang mengaku membunuh Saul. Dia tetap setia kepada Saul walaupun Saul berusaha membunuh dia. Setelah kita renungkan hal ini barulah kita menyadari betapa bodohnya Saul. Saul membenci Daud tanpa alasan. Dia menyingkirkan pemimpin pasukannya sendiri yang sangat berbakat. Dia mengusir tentaranya yang paling berprestasi. Kebodohan yang terjadi karena Saul berjiwa kerdil. Mari kita belajar untuk menjauhi jiwa kerdil seperti ini. Jiwa kerdil mudah merasa terancam oleh prestasi orang lain. Jiwa kerdil mudah iri hati. Jiwa kerdil mudah merasa tersaingi oleh orang-orang lain. Saul menyingkirkan Daud dan karena itu dia kehilangan kekuatan yang sangat besar di dalam pasukan perangnya. Tetapi Daud tetap menunjukkan kesetiaannya kepada Saul dengan berduka karena kematian Saul. Daud juga mengeksekusi pembunuh Saul. Setelah itu dia juga memaksa seluruh pasukannya bersedih hati karena Saul dengan menyanyikan nyanyian ratapan.
Nyanyian ratapan yang dibuat Daud karena kematian Saul dan Yonatan tercatat dalam ayat 17-27. Ayat 18 mengatakan bahwa nyanyian ini dibuat oleh Daud supaya dinyanyikan oleh orang-orang Yehuda. Orang-orang Yehuda diperintahkan untuk berduka oleh Daud. Mereka tidak boleh bersenang karena kematian Saul, meskipun kematian Saul melapangkan jalan bagi Daud untuk menjadi raja. Mereka dilatih untuk mempunyai perasaan hati yang melebur dengan seluruh umat Israel. Ayat 18 mengatakan bahwa tulisan ini juga dicatat di dalam Kitab Orang Jujur. Kita tidak tahu tentang kitab ini dan sekarang telah hilang. Tetapi catatan dalam Kitab 2 Samuel melestarikan nyanyian ini. Nyanyian kedukaan, di dalam zaman ketika kitab ini ditulis, sering kali berkait dengan penyembahan arwah dari orang yang telah mati (A. A. Anderson, WBC 2 Samuel, hlm. 14), tetapi ini tidak muncul sama sekali di dalam tulisan-tulisan Alkitab. Daud menyatakan kekagumannya kepada Saul dan Yonatan dengan jujur. Di dalam beberapa versi tulisan bahasa Ibrani, nyanyian ini disebut sebagai nyanyian busur, senjata yang dipakai oleh Yonatan. Mari kita lihat apa yang tercatat dalam nyanyian ini.
Nyanyian ini diwarnai dengan kata-kata, “betapa gugur para pahlawan…” (ay. 19, 25, dan 27) sebagai pembukaan dan penutupan, dan karena itu nyanyian ini dapat dibagi ke dalam dua bagian. Bagian awal (ay. 19-24) adalah seruan dukacita yang sangat. Dalam ayat 19-21 Daud menyamakan Saul dan Yonatan sebagai kepermaian Israel. Kematian Saul berarti sorak gembira musuh Israel, yaitu Filistin. Maka, karena kematian Saul membuat Filistin bersorak, Israel harus berduka. Selanjutnya, di dalam ayat 22-24 Daud menyerukan alasan mengapa Israel harus berduka, yaitu karena Saul dan Yonatan begitu dikasihi dan begitu perkasa di dalam peperangan. Apakah Saul benar-benar dikasihi? Daud menyatakan kembali di dalam ayat 24 bahwa Saul harus dikasihi karena dia telah memberikan banyak kemenangan bagi Israel sehingga perempuan-perempuan Israel dapat hidup dengan kemewahan oleh karena jasa Saul. Bagian kedua (ay. 25-27) dimulai dengan seruan tema, “betapa gugur para pahlawan…” Bagian ini menyatakan perasaan dukacita mendalam Daud karena Yonatan, anak Saul. Yonatan dengan cinta kasihnya yang ajaib kepada Daud. Apakah yang ajaib dari cinta kasih Yonatan kepada Daud? Karena cinta kasih ini adalah cinta kasih hormat yang diberikan oleh seorang yang cinta Tuhan kepada orang yang diurapi Tuhan dan akan menjadi raja Israel yang sejati. Cinta Yonatan berbeda dari cinta ibu kepada anaknya ataupun cinta istri kepada suaminya. Cinta Yonatan adalah cinta yang disertai perasaan hormat dan kagum kepada sang raja Israel. Cinta yang diberikan karena pandangan iman Yonatan yang sudah melihat sang raja Israel di dalam diri Daud.
Kita akan menekankan tiga hal dari bacaan kita hari ini:
-
Kaitan bagian ini dengan seluruh Kitab 2 Samuel
Bagian ini merupakan pendahuluan sekaligus transisi takhta kerajaan dari raja yang lama ke raja yang baru. Berbeda dengan perpindahan kerajaan yang banyak diwarnai oleh pemberontakan dan pembunuhan raja yang lama oleh raja yang baru, perpindahan takhta Israel ke Daud berlangsung karena pekerjaan Tuhan, tanpa melibatkan Daud. Daud memiliki segala yang diperlukan untuk menggulingkan kerajaan yang lama. Dia punya dua kesempatan untuk membunuh Saul yang sedang tidak berdaya, tetapi dia tidak lakukan. Dia juga mempunyai 600 tentara yang tidak pernah berkonflik satu kali pun dengan orang Israel, apalagi dengan tentara Saul. Daud tidak pernah berusaha memperbesar jumlah tentaranya dengan bersekutu dengan kaum Yehuda. Daud juga punya kesempatan untuk bergabung kekuatan dengan orang Filistin dan menyerang Saul, tetapi dia tidak melakukannya. Dia menyerahkan kepada Tuhan dan bagian akhir dari Kitab 1 Samuel menyatakan bagaimana Tuhan sendirilah yang menggulingkan Saul tanpa Daud berbagian di dalamnya. Bagian awal 2 Samuel menghubungkan peristiwa kematian Saul dengan kedukaan Daud. Dia tidak pernah ingin mengambil bagian di dalam menggulingkan dinasti Saul. Meskipun Tuhan yang melakukannya untuk dia, tetapi dukacita dalam diri Daud menunjukkan kemurnian Daud dan ketiadaan ambisi Daud untuk merebut takhta. Takhta Israel diberikan Allah kepada Daud, bukan dikejar-kejar atau diusahakan oleh Daud. -
Apakah yang dapat kita pelajari?
Kesedihan Daud adalah kesedihan karena hati yang telah terikat kepada Allah dan kepada umat-Nya. Kesedihan inilah yang diperkenan Tuhan. Kita, sebagai orang Kristen, sering kali melihat untung rugi pribadi untuk merasa sukacita atau dukacita. Jika kita diuntungkan maka itulah bahagia kita. Tetapi perasaan seperti itu adalah perasaan seorang yang mempunyai rohani kekanak-kanakan. Saul seperti itu, tetapi Daud tidak. Biarlah kita belajar mengaitkan hati kita dengan keseluruhan umat Tuhan. Biarlah kita belajar berdukacita kalau Gereja Tuhan diselewengkan oleh pengajar-pengajar yang tidak setia, atau Gereja Tuhan mengalami penganiayaan, atau sedang berada dalam tipu daya kekayaan dan kenikmatan dunia. Tetapi berapa banyak orang yang mau mengaitkan hati kepada pergumulan umat Tuhan? Banyak yang membaca sejarah gereja, tetapi sedikit yang memiliki keterkaitan hati dengan pergumulan yang terjadi di sepanjang sejarah Gereja. Banyak yang merasa kasihan karena orang-orang Kristen yang mengalami aniaya, tetapi sedikit yang benar-benar bersedih. Mengapa demikian? Karena tidak melihat adanya kaitan langsung antara diri dengan Gereja. Lebih dari itu, banyak yang merasa penginjilan itu penting, tetapi sedikit yang benar-benar menangisi jiwa-jiwa dan mendoakan keselamatan mereka sehingga mereka boleh menjadi bagian dari Gereja Tuhan yang ditebus oleh darah Kristus. Mari berdoa memohon kepada Tuhan supaya kita mempunyai hati yang sungguh-sungguh terpaut dengan Gereja Tuhan. Daud menangisi Saul walaupun Saul ingin membunuh dia. Tangisan Daud adalah tangisan orang yang hatinya begitu terpaut kepada Allah, umat Allah, dan raja yang diurapi Allah untuk menggembalakan umat Allah. Berhentilah memiliki hati yang sempit yang hanya menampung diri sendiri dan kalangan sendiri yang sempit. Mari belajar memiliki hati yang luas, yang mudah tergerak untuk Gereja Tuhan dan pekerjaan pelayanan bagi kemuliaan nama Kristus. -
Bayang-bayang Kristus
Bagian ini mencerminkan penghormatan Daud kepada Saul karena Saul adalah raja yang diurapi. Penghukuman yang Daud harapkan dilakukan Salomo kepada Simei (1Raj. 2:8-9) juga adalah karena Simei mengutuki Daud, raja yang diurapi oleh Tuhan. Demikian juga penghormatan yang diberikan oleh Daud kepada Saul adalah karena Saul raja yang diurapi Tuhan. Pengurapan Tuhan kepada raja bukanlah suatu simbol pelantikan saja, tetapi merupakan simbol pelayanan Sang Mesias. Sang Mesias (artinya: Yang Diurapi) telah dinyatakan melalui simbol, dan salah satu simbol yang Tuhan nyatakan adalah melalui adanya raja Israel. Daud tidak melihat kepada pribadi Saul, tetapi Daud melihat urapan Tuhan dan melalui iman dia melihat Kristus yang diurapi. Pengertian Daud akan Sang Mesias begitu limpah, dan kita dapat melihat bahwa salah satu tanda pengertiannya adalah penghormatan yang dia berikan kepada Saul. Demikianlah posisi raja Israel begitu penting bagi Tuhan, karena bukan saja raja Israel akan memulai dinasti kerajaan yang tak terputus hingga pada kedatangan Kristus, tetapi karena raja Israel juga adalah lambang dari Kristus yang akan datang. Perusakan simbol harus dihukum dengan hukuman mati. Tabut perjanjian adalah simbol kehadiran Tuhan. Siapa yang sembarangan memperlakukan tabut harus dihukum. Demikian juga hari Sabat adalah simbol Sabat kekal, yaitu Sabat Allah (Ibr. 4:8-9), dan barangsiapa sembarangan memperlakukan Sabat juga harus dihukum. Raja Israel adalah simbol bagi Sang Mesias. Pengurapan di kepalanya menjadi tanda simbol itu. Jika demikian, siapa yang merusak simbol itu harus dihukum. Itu sebabnya Daud menghukum mati pembunuh Saul. Demikian juga Tuhan menuntut ketaatan mutlak dari Saul. Kegagalan Saul setia kepada Allah adalah kegagalan yang sangat besar sebagai simbol dari Sang Mesias yang sejati. (JP)