Keberanian Daud

Reforming Heart - Day 21

1 Samuel 17:23-39

Keberanian Daud

Devotion from 1 Samuel 17:23-39

Sekarang Kitab Samuel mulai memasukkan Daud ke dalam inti cerita. Ketika semua orang mendengar Goliat mencemooh Israel, semua tentara sangat ketakutan. Tetapi seorang anak muda tidak takut, melainkan marah mendengar umat Tuhan dicemooh. Siapakah anak muda seperti ini? Mempunyai gairah besar untuk kekudusan nama Tuhan. Perhatikan ayat 25. Saul memberikan tawaran kekayaan, bebas tanggungan pajak, dan mendapat putri raja sebagai istri bagi barang siapa yang sanggup mengalahkan Goliat. Inilah Saul. Raja dengan cara berpikir yang sangat duniawi. Sangat pragmatis tetapi dangkal. Gereja-gereja yang berpola pikir duniawi untuk memenangkan jiwa juga sama dangkalnya. Pendeta-pendeta berpola pikir duniawi untuk memenangkan jiwa, dengan menarik anak muda lewat musik disko, dance yang tidak karu-karuan, atau artis-artis dengan kehidupan cemar, itu pendeta-pendeta yang berpikir pendek dan dangkal. Tidak pikirkan apa efek samping yang mungkin terjadi. Mengapa tawarkan kekayaan dan istri untuk mengalahkan Goliat? Tidak adakah orang Israel yang sungguh-sungguh tulus dan beriman yang bersedia maju hanya karena ingin membela kekudusan nama Tuhan? Berarti Saul sudah sangat terdesak karena ternyata tidak ada yang berani bertindak di tengah-tengah pasukan Israel yang begitu besar ini.

Kisah hari ini dilanjutkan dengan Daud yang menawarkan diri untuk mengalahkan Goliat. Dalam ayat 28 Eliab, kakak Daud, mengatakan bahwa Daud mempunyai sifat pemberontak dan suka melihat kekejaman perang. Dia sedang bertindak sebagai kakak yang baik, memarahi adiknya yang nakal. Dia tidak sadar bahwa sekarang dia adalah seorang prajurit yang sedang berbicara kepada calon rajanya. Untuk menghindari Eliab, Daud terus menyelinap dan bertanya-tanya kepada orang-orang lain mengenai apa yang terjadi, mengenai siapa Goliat, dan mengenai janji raja Saul tentang hadiah kemenangan melawan Goliat. Ternyata Daud membuat kehebohan dengan pertanyaan yang terus diulang-ulang kepada para tentara di perkemahan. Akhirnya berita ini sampai pula kepada Saul. Maka Daud pun menghadap Saul dan menawarkan diri untuk bertarung melawan Goliat. Mengingat deskripsi bagian Alkitab sebelumnya tentang Goliat, sangat wajar kalau Saul menolak tawaran Daud. Saul dengan sopan memberikan argumen untuk menjelaskan kepada Daud bahwa dia tidak mungkin bisa menang. Hal yang ditekankan oleh Saul adalah pengalaman. Goliat punya pengalaman begitu banyak sedangkan Daud tidak pengalaman sama sekali. Meskipun Saul mempunyai banyak karakter buruk, tetapi kali ini dia menjawab dengan sangat bijak, “Engkau tidak usah bertarung dengan dia karena pengalamanmu kurang.” Dia tidak mengatakan, “Hah? Tinggimu berapa? Dua meter saja tidak. Orang itu hampir tiga meter lho! Lalu kamu mau pakai jurus apa untuk lawan dia? Jurus pengantar roti mana yang akan menaklukkan Goliat? Sudahlah, kamu ganggu saya saja. Pulang saja dan latihan kecapi yang baik!” Saul hanya menekankan pengalaman. Dia sama sekali tidak meremehkan Daud. Mengapa Saul menghargai Daud dan berbicara baik-baik kepada dia? Karena Saul mengasihi Daud (1Sam. 16:21) dan karena tidak ada satu pun yang menawarkan diri untuk melawan Goliat kecuali Daud. Relasi yang dekat antara Saul dan Daud ini membuat Saul menjawab Daud dengan hormat. Alangkah sayangnya kalau iri hati membuat Saul membenci Daud dan ingin membunuh dia yang tadinya sangat Saul kasihi.

Tetapi Daud tidak setuju dengan penilaian Saul. Daud mengatakan bahwa dia sudah cukup pengalaman karena Tuhan melatih dia. Pengalamannya adalah pengalaman non-formal. Self study. Bukan belajar secara resmi. Daud mengatakan bahwa Tuhanlah yang membentuk dia untuk dapat tiba kepada saat ini. Dia merasa yakin bahwa untuk melawan Goliat inilah segala pelatihan yang Tuhan bebankan kepada dia terjadi. Daud pernah melawan singa dan beruang (ay. 34) meskipun kambing domba yang dia gembalakan sangat sedikit (ay. 28). Inilah pembentukan Tuhan kepada Daud. Tuhan memberikan tanggung jawab yang sangat besar meskipun jumlah hewan gembalaannya sangat sedikit. Bayangkan, hanya tiga atau empat domba tetapi harus melawan beruang dan singa. Lalu Daud menyala-nyala dengan gairah membela kekudusan nama Tuhan sehingga dia berjanji akan membunuh Goliat karena sudah mencemooh barisan Allah yang hidup (ay. 36). Begitu bersemangatnya Daud sehingga Saul pun terpengaruh. Maka Saul mengizinkan Daud pergi menghadapi Goliat.

Semua orang Kristen tentu mempunyai panggilan dari Tuhan. Semua orang Kristen juga sedang dibentuk Tuhan untuk siap melakukan panggilannya. Itulah saat di mana Tuhan membebankan kepada kita pelatihan untuk menghadapi perang yang akan kita hadapi berdasarkan panggilan dari Tuhan. Daud dengan setia menjalankan pelatihan yang Tuhan bebankan. Pelatihan itu pun tidak main-main. Tuhan memberikan les kepada Daud dan guru lesnya adalah beruang dan singa. Guru lesnya tidak minta bayaran, hanya minta daging Daud saja. Tetapi Daud menghadapi mereka semua dan dia menjadi prajurit yang terlatih secara alamiah. Saul hanya melihat yang formal saja. “Engkau latihan perang di mana?” “Peperangan mana yang pernah engkau ikuti?” “Siapa pemimpin militer yang melatih kamu?” “Ayahmu prajuritkah?” Semua pertanyaan ini pasti dijawab dengan “tidak” atau “belum pernah” oleh Daud. Tetapi kalau Saul bertanya, “tahukah cara memukul?” “Tahukah cara menghadapi rasa takut dan tetap bertarung dengan berani?” “Tahukah perasaan ingin melindungi rakyat dan perasaan itu memotivasimu untuk bertarung?” Maka semua akan dijawab Daud dengan “ya, saya tahu. Saya pernah memukul singa dan beruang. Saya pernah ketakutan mendengar auman singa atau melihat sosok beruang yang begitu besar. Saya ingin melindungi domba-domba saya dari ancaman mereka sehingga saya bertarung dengan mereka.”

Lalu ketika Saul memberikan baju perang, Daud malah tidak bisa memakai baju perang ini. Dia mengatakan bahwa pakaian itu membuat dia menjadi kaku. Di sini kita melihat bahwa Daud adalah orang yang sangat brilian dalam strategi perang. Bagian ini tidak boleh ditafsirkan bahwa Daud anti memakai baju perang, atau bahwa Daud tidak pernah belajar memakai baju perang di kemudian hari. Tetapi Daud melihat Goliat yang sangat kuat memiliki baju perang dan peralatan perang yang sangat berat. Berat berarti ada kekuatan tetapi mengorbankan kelincahan. Jika Daud mau beradu kuat, dia akan dibunuh oleh Goliat. Tetapi jika dia menghadapi Goliat dengan kelincahan, maka dia mempunyai keunggulan atas Goliat. Daud bukan orang bodoh yang hanya bermodalkan kenekatan. Dia adalah ahli perang yang secara alamiah tahu harus menggunakan strategi apa. Ini pun adalah berkat latihan melawan singa dan beruang. Beruang mempunyai kekuatan sangat besar, tetapi lebih lambat ketika bertarung. Singa tidak sekuat beruang, tetapi sangat lincah ketika menyerang. Beruang akan menggunakan cakar dan rahangnya yang kuat untuk merobek-robek mangsanya, sedangkan singa tidak suka pertarungan frontal. Dia akan berusaha secepat mungkin menghujamkan giginya ke leher mangsanya untuk membuat dia mati lemas atau kehabisan darah karena nadi utama di leher tertusuk oleh gigi. Untuk menghadapi dua binatang ini pasti perlu strategi berbeda. Tuhan sudah melatih Daud. Ketika dia melihat Goliat dia tahu bahwa dia harus seperti singa yang lincah dan terus bergerak. Itu sebabnya dia menolak memakai baju perang yang hanya akan membuat dia kuat, tetapi akan mengorbankan kelincahannya.

Mari kita renungkan bersama-sama bahwa sama seperti Daud, kita pun tengah dipersiapkan Tuhan. Tuhan sedang mengirim singa dan beruang untuk kita hadapi. Kesulitan relasi, pekerjaan, lingkungan sekitar, dan puluhan permasalahan lain yang harus kita hadapi adalah pelatihan yang Tuhan sedang berikan supaya ketika waktunya tiba, kita bisa mengatakan bahwa Tuhan sudah melatih kita selama ini untuk menghadapi panggilan ini. (JP)

1 Samuel 17:23-39